TUGAS TEORI
AKUNTANSI
BAB 2
HAKIKAT DAN
PENGGUNAAN AKUNTANSI
HAKIKAT DAN
PENGGUNAAN AKUNTANSI
Makalah
untuk memenuhi tugas matakuliah Teori
Akuntansi
yang dibina oleh H. Eka Ananta Sidharta,
S.E., M.M.Ak.
oleh
ASHFA EL FAJRIYYA H.A 120422403180
SUTRIA
KUMALASARI 120422403192
UNIVERSITAS NEGERI
MALANG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
September
2014
HAKIKAT DAN
PENGGUNAAN AKUNTANSI
A. Definisi dan Peranan Akuntansi
1. Definisi Akuntansi
Menurut Komite Terminologi dari American Institute of Certified Public
Accountants (AICPA), akuntansi adalah suatu seni pencatatan,
pengklasifikasian, dan pengikhtisaran dalam cara yang signifikan dan satuan
mata uang, transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian yang paling tidak sebagian
diantaranya, memiliki sifat keuangan, dan selanjutnya menginterpretasikan
hasilnya.
Berkaitan dengan konsep dari
informasi kuantitatif, akuntansi didefinisikan sebagai proses
pengidentifikasian, pengukuran, dan pengomunikasian informasi ekonomi sehingga
memungkinkan adanya pertimbangan dan pengambilan keputusan berdasarkan
informasi oleh para pengguna informasi tersebut.
Akuntansi merupakan suatu “seni”
atau suatu “aktifitas jasa” dan akuntansi meliputi beragam teknik yang dianggap
berguna untuk bidang-bidang tertentu. The
Handbook of Accounting menegaskan bahwa akuntansi dapat memberikan berbagai
macam manfaat, yaitu.
a.
Pelaporan keuangan
b.
Penentuan dan perencanaan pajak
c.
Audit independen
d.
Pemrosesan data dan sistem informasi
e.
Akuntansi manajemen dan akuntansi biaya
f.
Akuntansi laba nasional
g.
dst.
Selanjutnya daftar di atas telah
mengalami perluasan dengan memasukkan perkembangan-perkembangan baru, antara
lain.
a.
Akuntansi internasional
b.
Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting)
c.
Akuntansi sosio-ekonomi
d.
Akuntansi pemerintahan
e.
Akuntansi nirlaba
f.
dst
Riset dan praktik yang ada telah membawa
akuntansi ke batas yang baru, menjadikan akuntansi sebuah ilmu yang lengkap.
2. Akuntansi Seni atau Ilmu?
Selama
ini literatur-literatur akuntansi telah mengembangkan suatu debay yang
berkepanjangan menyangkut pertanyaan mengenai apakah akuntansi merupakan sebuah
ilmu(sains) atau seni?
berkepanjangan menyangkut pertanyaan mengenai apakah akuntansi merupakan sebuah
ilmu(sains) atau seni?
Para
pendukung akuntansi adalah ilmu menyarankan agar mengajarkan model pengukuran
akuntansi untuk dapat memberikan pandangan yang lenih konseptual kepada para mahasiswa
akuntansi mengenai apa yang hendak dilakukan oleh akuntansi akrual konvensional dalam
memenuhi sasaran umum guna melayani kebutuhan para penggunanya, untuk menumbuhkan
pemikiran-pemikiran kritis di bidang akuntansi dan perubahan-perubahan dinamis yang terjadi
di dalamnya.
akuntansi untuk dapat memberikan pandangan yang lenih konseptual kepada para mahasiswa
akuntansi mengenai apa yang hendak dilakukan oleh akuntansi akrual konvensional dalam
memenuhi sasaran umum guna melayani kebutuhan para penggunanya, untuk menumbuhkan
pemikiran-pemikiran kritis di bidang akuntansi dan perubahan-perubahan dinamis yang terjadi
di dalamnya.
Sedangkan
mereka yang berpendapat bahwa akuntansi adalah seni atau keahlian menyarankan
agar keahlian akuntansi yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pedagang yang baik harus
diajarkan dan memerlukan adanya pendekatan “legalistik” terhadap akuntansi.
agar keahlian akuntansi yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pedagang yang baik harus
diajarkan dan memerlukan adanya pendekatan “legalistik” terhadap akuntansi.
Bagaimana
akuntansi diajarkan, apakah sebagai ilmu atau seni (keahlian), akan memengaruhi
cara pandang terhadap bidang studi ini.
cara pandang terhadap bidang studi ini.
Argumen bahwa
akuntansi sebagai seni dipandang sangat tidak tepat untuk kondisi masa
sekarang, apalagi dikaitkan dengan malah estetika (Suwardjono,2005), karena kalau akuntansi
dikatakan sebagai seni maka yang dimaksud adalah cara-cara menerapkannya dalam praktik.
Starling (1975), juga menolak akuntansi dikatakan sebagai seni, karena menurutnya akuntan
tidak menyelesaikan masalah, melainkan membuang masalah tersebut. Sering sekali masalah
terus diperdebatkan secara kontroversial, kemudian dibuang dan kemudian muncul lagi masalah
tersebut, dibuang lagi dan seterusnya muncul lagi, demikian seterusnya.
sekarang, apalagi dikaitkan dengan malah estetika (Suwardjono,2005), karena kalau akuntansi
dikatakan sebagai seni maka yang dimaksud adalah cara-cara menerapkannya dalam praktik.
Starling (1975), juga menolak akuntansi dikatakan sebagai seni, karena menurutnya akuntan
tidak menyelesaikan masalah, melainkan membuang masalah tersebut. Sering sekali masalah
terus diperdebatkan secara kontroversial, kemudian dibuang dan kemudian muncul lagi masalah
tersebut, dibuang lagi dan seterusnya muncul lagi, demikian seterusnya.
Alasan mengapa akuntan tidak dapat
menjawab permasalahan karena mereka membentuk
pertanyaan yang tidak mungkin diperoleh suatu jawaban. Menurut Starling kesalahan tersebut
berada pada definisi akuntansi itu sendiri, karena pada awalnya akuntansi didefinisikan sebagai
seni bukan ilmu, oleh karena itu masalah akuntansi dipecahkan berdasarkan kesepakatan bukan
berdasarkan hukum yang menjadi dasar suatu ilmu.
Secara realitas, definisi akuntansi sebagai seni juga
sudah semestiny dipermasalahkan. pertanyaan yang tidak mungkin diperoleh suatu jawaban. Menurut Starling kesalahan tersebut
berada pada definisi akuntansi itu sendiri, karena pada awalnya akuntansi didefinisikan sebagai
seni bukan ilmu, oleh karena itu masalah akuntansi dipecahkan berdasarkan kesepakatan bukan
berdasarkan hukum yang menjadi dasar suatu ilmu.
Terlebih dengan kemajuan teknologi misalnya pada saat akuntan dihadapkan pada keadaan saat
sistem pencatatan dilakukan dengan terkomputerisasi, proses pengolahan datanya tidak lagi
melalui pencatatan tetapi melalui optic, dealing atau keyboard sehingga sama sekali tidak
melibatkan proses konvensional.
3. Sifat dan Peranan Akuntansi
Sifat-sifat
baik (virtue) dari praktik akuntansi
meliputi.
a.
Kejujuran dari akuntan pada umumnya dan
auditor pada khususnya.
b.
Memiliki kepedulian terhadap status
ekonomi pihak lain dalam bentuk penyelenggaraan dan akuntabilitas.
c.
Sensitif terhadap nilai kerja sama dan
konflik dengan mengantisipasi terjadinya konflik dan menciptakan adanya
penegakan kerja sama melalui penggunaan teknik akuntansi manajemen.
d.
Komunikatif dengan menceritakan
pengalaman-pengalaman ekonomi melalui dialog-dialog akuntansi.
e.
Penyebaran informasi ekonomi dengan
memberikan informasi mengenai ekonomi untuk pengambilan keputusan.
Tetapi terkadang realisasi dari
sifat-sifat di atas terhalang oleh kendala-kendala, diantaranya.
a.
Dominasi dari imbalan eksternal yang
mengancam kebebasan auditor
b.
Kekuatan institusi yang merusak
c. Kegagalan membedakan antara sifat baik dengan
hukum
d. Dan informasi lainnya.
Prakash dan Rappaport memberikan suatu
kerangka referensi yang menarik, yang didasarkan pada arus informasi, yang
menunjukkan peranan akuntansi dalam memberikan jenis informasi yang menyatukan
proses-proses manajerial dan menghubungkan perusahaan dengan lingkungannya
.
1. Hakikat Pengukuran dalam Akuntansi
Pengukuran memiliki arti pemberian angka-angka pada objek atau kejadian-kejadian
menurut aturan-aturan tertentu. Langkah pertama dalam akuntansi adalah mengidentifikasi,
memilih objek-objek, aktivitas-aktivitas, dan atribut-atributnya yang dianggap relevan bagi
para pengguna sebelum pengukuran yang sebenarnya dilakukan.
para pengguna sebelum pengukuran yang sebenarnya dilakukan.
Tentunya terdapat batasan bagi pelaksanaan pengukuran, hal ini dikarenakan keterbatasan
data yang tersedia sekaligus sifat-sifat khusus dari lingkungan, seperti ketidakpastian,
kurangnya objektivitas dan kemampuan verifikasi.
2. Jenis Ukuran
Terdapat
beberapa jenis ukuran yang mungkin dalam akuntansi:
a.
Ukuran akuntansi dapat langsung maupun
tidak langsung.
Ukuran langsung adalah ukuran nyata dari suatu objek
atau atribut yang ia miliki.
Ukuran tidak langsung diambil secara tidak langsung
melalui suatu transformasi aljabar
dari sejumlah angka yang mencerminkan ukuran
langsung dari beberapa objek atau atribut.
b.
Dilihat dari dimensi waktu, ukuran
akuntansi diklasifikasikan sebagi ukuran lampau, ukuran masa kini, atau ukuran
masa depan.
c.
Jika dilihat secara relatif terhadap
waktu ketika ukuran dibuat, ukuran akuntansi diklasifikasikan menjadi:
· tiga
jenis ukuran masa lampau: ukuran masa lampau retrospektif, ukuran masa lampau
kontemporer, dan ukuran prospektif
· dua
jenis ukuran masa kini: ukuran masa kini kontemporer dan ukuran masa kini
prospektif
· seluruh
ukuran masa depan menjadi ukuran prospektif
d.
Pengukuran dapat berupa:
· pengukuran
fundamental dimana suatu angka dapat diberikan kepada suatu sifat sesuai dengan
referensinya, tidak bergantung pada variabel-variabel yang lain.
· pengukuran
turunan yang bergantung kepada pengukuran dari dua atau lebih kuantitas dan
bergantung kepada adanya suatu teori empiris yang telah diverifikasi yang
menghubungkan suatu sifat tertentu dengan sifat yang lain.
e. Pengukuran dapat dilakukan ketika teori empiris
yang telah dikonfirmasikan mungkindapat digunakan untuk mendukung keberadaan pengukuran. Dan pengukuran dapat dibuat
melalui suatu keputusan resmi yang didasarkan pada definisi arbitrer.
3. Jenis Skala
Setiap
pengukuran dibuat dalam satu skala. Skala dapat diuraikan dalam istilah umum
sebagai skala nominal, ordinal, interval, dan rasio.
Skala
nominal (nominal scale) akan membantu
dalam penentu keseimbangan, seperti
penomoran pemain sepakbola. Skala ini
merupakan sistem pengklasifikasian atau pelabelan
yang sederhana seperti dalam
kasus kode akun. Angka yang diberikan mencerminkan objek itu
sendiri, bukan
sifat yang dimiliki.
Skala
ordinal (ordinal scale) membantu
dalam penetuan lebih besar atau lebih kecil suatu
hal. Skala ini merupakan
urutan sistem preferensi.
Skala
interval (interval scale) memberikan
nilai yang seimbang kepada interval-interval di
antara angka-angka yang telah
diberikan.
Skala
rasio (ratio scale) membantu dalam
penentuan keseimbangan dari rasio, dengan
tambahan fitur dari adanya suatu awal
yang unik, titik nol yang alamiah .
Akuntansi
bergantung pada setiap skala pengukuran di atas.
C. Pemikiran di Balik Akuntansi
Pencatatan Berpasangan
Akuntansi pencatatan berpasangan
meraih ketenarannya melalui Luca Pacioli dalam bukunya Summa de Arithmetica, Geometria, Proportioni et Proportionalita. Ia
memberikan suatu deskripsi mengenai pembukuan, pencatatan berpasangan, yang
dikenal sebagai “metode Venesia”.
Akuntansi pencatatan berpasangan
terdiri dari dua jenis: akuntansi pencatatan berpasangan klasifikasional dan
kausal. Kedua jenis pencatatan tersebut bergantung pada keseimbangan sisi debit
dan kredit.
Akuntansi pencatatan berpasangan
klasifikasional ditujukan untuk tetap menjaga persamaan akuntansi fundamental
yang merangkum posisi klasifikasional sebagai berikut:
Aktiva
= Kewajiban + Ekuitas Pemilik
Akuntansi
pencatatan berpasangan kausal menggambarkan hubungan sebab akibat antara suatu
kenaikan dan penurunan. Nilai dari kenaikan (debit) di-offset oleh nilai penurunan yang sama (kredit).
Akuntansi dipraktikkan dalam suatu kerangka yang implisit. Kerangka ini dikenal sebagai
prinsip-prinsip yang berlaku umum (GAAP). Pernyataan dari Accounting Principles Board
(APB) of the American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) menyatakan bahwa
GAAP mencatat “pengalaman, alasan, kebiasaan, penggunaan, dan .. kebutuhan praktis dan
mereka .... mencakup ketentuan, aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk mendefinisikan
praktik akuntansi yang berlaku umum. Ini adalah pedoman bagi profesi akuntansi dalam
pemilihan teknik-teknik akuntansi dan pembuatan laporan keuangan dengan cara yang dianggap
sebagai praktik akuntansi yang baik.
E. Kebijakan Akuntansi dan
Perubahannya
Perusahaan perlu
menentukan pilihan di antara berbagai metode akuntansi yang berbeda-beda dalam
melakukan pencatatan transaksi dan pembuatan laporan keuangannya. Pilihan-pilihan
ini, seperti yang diunkapan di atas mengenai prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum, mencerminkan kebijakan akuntansi dari perusahaan tersebut.
Kebijakan
tersebut didefinisikan oleh APB dengan Opini No. 22, Pengungkapan dari Kebijakan yang Disetujui (April 1972), paragraf
6:
spesifik dan metode-metode penerapan prinsip-prinsip tersebut yang dinilai oleh
manajemen dari entitas tersebut sebagai yang paling sesuai dengan kondisi yang
ada untuk menyajikan secara wajar posisi keuangan, perubahan yang terjadi pada
posisi keuangan, dan hasil operasi sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum dan karena itu telah diadopsi untuk pembuatan laporan keuangan.
Perusahaan juga membuat
perubahan-perubahan akuntansi sebagai bagian dari kebijakan akuntansi.
Perubahan dalam prinsip-prinsip dan estimasi akuntansi dilihat dari segi
keinginan manajemen untuk merai tujuan-tujuan tertentu.
F. Akuntansi yang Dirancang
Jika seorang pengamat memiliki ketertarikan dan rasa ingin tahu dari luar idang akuntansi
memeriksa disiplin ilmu akuntansi dan prosese akuntansi serta outputnya, ia mungkin akan
dengan mudah tergoda untuk melihat lebih jauh berbagai usaha percobaan. Fenomena ini dapat
disebut sebagai akuntansi yang dirancang(disigned accounting) karena kekontrasan yang
dimilikinya dengan pemilihan teknik dan solusi yang didasarkan pada suatu prinsip, suatu
fenomena yang disebut akuntansi prinsip. Aspek-aspek dari akuntansi yang dirancang termasuk
konsep-konsep yang berbeda seperti:
1. Hipotesis Salah Saji Keuangan Secara Selektif
Hipotesis salah saji keuangan secara selektif diasumsikan melintas kedua sektor publik dan
pribadi karena para partisipan di kedua sektor tersebut dimotivasi untuk mendukung standart-
standart yang secara selektif membuat salah saji dari realitas ekonomi ketika hal tersebut sesuai
dengan tujuan mereka. Ini berlaku untuk manajer, pemegang saham, auditor, dan para penyusun
standart. Situasi ini menuntut adanya suatu perubahan dengan mengisolasi proses penentuan
standart dari jangkauan regulator. Revsine mengusulkan proses empat langkah berikut:
a. Mendidik publik
b. Memperbaiki proses pemilihan dan pengawasan para penyusun standar
c. Menetapkan peraturan pendanaan baru dan Menciptakan independensi bagi para penyusun
standart.
d. Menciptakan independensi bagi para penyusun standart.
2. Perataan Laba
Perataan
laba (income smoothing) adalah
pengurangan fluktuasi laba dari tahun ke tahun
dengan memindahkan pendapatan
dari tahun-tahun yang tinggi pendapatannya ke periode-
periode yang kurang
menguntungkan. Artikel yang ditulis oleh Eckel memberikan klasifikasi
yang
lebih mendetail mengenai berbagai jenis arus perataan laba. Perbedaan pertama
dinyatakan
antara perataan yang dibuat atau disengaja dan perataan alami.
Perbedaan yang kedua adalah untuk
mengklasifikasi perataan yang dibuat atau
disengaja tadi menjadi suatu perataan artifisial atau
perataan nyata.
Perataan
yang sesungguhnya melibatkan pilihan yang disengaja dan perubahan waktu dari
transaksi yang dapat mempengaruhi arus kas dan mengendalikan peristiwa ekonomi
yang
mendasarinya. Hal ini dapat dilakukan dengan memilih dan mengubah waktu
pembelian,
menyewa produksi, investasi, enjualan, penganggaran modal,
penelitian dan pengembangan,
periklanan dan keputusan lainnya. Pada dasarnya
ini adalah suatu pilihan pelaksanaan bisnis yang
secara sengaja akan mengubah
arus kas dar subuah perusahaan ke arah peredaman fluktuasi dari
pendapatan.
3. Manajemen Laba
Manajemen
laba (earning management) yaitu suatu
kemampuan untuk memanipulasi pilihan
pilihan yang tersedia dan mengambil
pilihan yang tepat untuk dapat mencapai tingkat laba yang
diharapkan. Schipper
melihat manajemen laba sebagai suatu intervensi yang disengaja pada proses
pelaporan eksternal dengan maksud untuk mendapatkan beberapa keuntungan
pribadi. Schipper
juga melihat manajemen laba baik dari sudut pandang ekonomi
(nyata) maupun dari sudut
pandang informasional.
Definisi
yang dikemukakan oleh Healy dan Wahlen di atas berfokus pada penerapan
pertimbangan dalam laporan keuangan. Oleh karenanya, terdapat sisi baik dan
sisi buruk dari
manajemen laba:a)sisi
buruknya adalah biaya yang diciptakan oleh kesalahan alokasi dari sumber-
sumber
daya dan ,b)sis baiknya adalah potensi peningkatan kredibilitas manajemen dalam
mengkomunikasikan informasi pribadi kepada pemangku kepentingan eksternal, dan
memperbaiki keputusan dalam alokasi sumber-sumber daya.
4. Kreativitas dalam Akuntansi
Kreativitas
dalam akuntansi menyiratkan suatu interprestasi yang liberal atas aturan-aturan
akuntansi yang memungkinkan dilakukannya pilihan sehingga dapat dihasilkan
penggambaran
situasi keuangan yang lebih atau kurang optimis jika dibandingkan
dengan situasi nyata.
Bentuk-bentuk
kreativitas dalam akuntansi ini biasanya dikenal dalam praktik dan literatur
sebagai akuntansi “mandi besar”(big bath)
dan akuntansi kreatif.
a.
Akuntansi mandi besar (big bath accounting) umumnya mengacu
pada langkah-langkah yang diambil oleg manajemen untuk secara drastis
mengurangi laba per lembar saham saat ini untuk mendapatkan peningkatan laba
per lembar saham di masa depan. Seperti yang dinyatakan Healy jika pendapatan
begitu rendahnya sehingga prosedur akuntansi apapun yang dipilih tetap tidak
akan dapat mencapai sasaran pendapatan, para manajer mendapatkan insentif untuk
semakin menurunkan pendapatan saat ini dengan menangguhkan pendapatan atau
mengekselerasi penghapusan, sebuah strategi yang dikenal dengan melakukan
“mandi”.
b.
Akuntansi kreatif (creative accounting) biasanya digunakan oleh pers populer untuk
mengacu pada apa yang dianggap oleh jurnalis dilakukan oleh akuntan untuk
menjadikan laporan keuangan tampak lebih bagus dari yang seharusnya.
5. Kecurangan dalam Akuntansi
Kecurangan
merupakan pengelabuhan yang disengaja yang dilakukan oleh orang lain melalui
Satu alternatif baik dari etika utilitarianisme maupun etika deontologi ditawarkan oleh
pemikiran akan kelayakan (notion of filtingness). Kelayakan dapat digunakan untuk
mengevaluasi moralitas dari suatu tindakan melalui suatu referensi terhadap apakah mereka
pantas dan sesuai dengan etos yang diakui bersam-sama oleh individu dan masyarakat.
kebohongan dan penipuan untuk tujuan memperoleh keuntungan ekonomi, pribadi,
sosial,
ataupun
politik yang tidak adil atas orang tersebut. Macam-macam
kecurangan.
a.
Kecurangan korporat
Kejahatan ekonomi yang dilakukan oleh pejabat,
eksekutif,dan atau manajer pusat laba dari perusahaaan publik untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi jangka pendek mereka.
b.
Kecurangan dalam pelaporan keuangan
Yaitu perlakuan yang di sengaja baik tindakan, atau
penghilangan yang menghasilkan laporan keuangan yang secara material
menyesatkan. Terdapat suatu strategi yang disengaja untuk melakukan kecurangan
melalui pendistorsian informasi dan catatan-atatannya. Perilaku ini terjadi
ketika para manajer memiliki tingkat kepercayaan yang rendah terhadap mampu
tidaknya suatu informasi dianalisis serta dalam kemampuan pengukuran dan
verivikasi data. Faktor terjadinya kecurangan pelaporan akuntansi adalah
kegagalan dari institut pendidikan akuntansi dalam mengajarkan cara mendeteksi
kecurangan dan pentingnya pendeteksian terhadap keseluruhan sistem pelaporan
keuangan. Salah satu pengungkapan keuangan yang disyaratkan oleh program
penegak kecurangan terdapat empat area:
· Masalah
likuiditas
· Tren
dan faktor operasional yang mempengaruhi laba dan rugi
· Peningkatan
yang material dalam pinjaman bermasalah harus dilaporkan oleh intitusi keuangan
· Perusahaan
tidak dapat menghindari kewajiban pengungkapannya ketika menghadapi penurunan
atau kegagaln bisnis.
· Kejahatan
kerah putih
Hartung mendifinisikannya sebagai
suatu pelanggaran atas hukum yang mengatur bisnis, yang dilakukan terhadap
suatu perusahaan oleh perusahaan tersebut atau agen-agennya dalam pelaksanaan
usahanya. Kejahatan kerah putoh belum dipersalahkan dengan bobot seperti
kejahatan umumnya. Kejahatan kerah putih dapat dikenali dari lima komponen
utamanya:1) maksud untuk melakukan kejahatan, 2) menyamarkan tujuan, 3)
menggantungkan diri pada kenaifan korban, 4) tindakan korban secara sukarela
untuk membantu pelaku kejahatan, 5) penyembunyian pelanggaran tersebut.
·
Kegagalan audit
Yaitu kegagalan audit dalam
mendeteksi dan memperbaiki atau mengungkapkan penghilangan atau kesalahan saji
informasi keuangan yang material. Maka kemudian tingkat kualiatas auditlah yang
dapat menghindarkan terjadinya kegagalan audit. Kualitas audit (audit quality) adalah sebagai
probabilitas bahwa laporan keuangan tidak memuat penghilangan ataupun kesalahan
saji yang material.
Namun kegagalan audit memang
terjadi dan sebagai konsekuensinya akan membuat kantor akuntan publik
berhadapan dengan litigasi yang merugikan dan hilangnya reputasi, belum
termasuk keputusan yang diberikan oleh pengauditan dan penyelesaian di luar
persidangan.
Kegagalan bisnis dan kecurangan
manajemen memainkan peranan yang sangat penting dalam terjadinya kegagalan
audit, yang meminta auditor untuk mengambil sikap yang bertanggungjawab dalam
pendeteksian kecurangan, karena ia dapat mempengaruhi kualitas audit, risiko
audit, dan potensi terjadinya litigasi yang merugikan.
G. Proletarisasi Teknis dan Ideologis
Para Akuntan
Akuntan sebagai karyawan
profesional di organisasi akuntansi atau non akuntansi dipandang sebagai
anggota dari kelas baru profesional yang digaji. Para akuntan enggan untuk
meninggalkan pemikiran akan suatu posisi ekonomi yang independen akan tetapi
semakin banyak dari mereka yang bergabung dengan perusahaan akuntansi dan non
akuntansi, besar dan kecil, korporal atau birokrasi pemerintahan. Apa yang
dihasilkan oleh perkembangan ini adalah proletarisasi atas akuntan, yang
bekerja menurut suatu pembagian tenaga kerja yang disususn dan diawali oleh
manajemen, mengikuti aturan prosedural dan pengulangan rutin yang diciptakan
oleh proses administratif dan atau keputusan resmi.
Proletarisasi akuntan mencerminkan
adanya suatu pergeseran pengendalian ke arah majikan atau manajemen dan
hilangnya kebebasan kreatif yang telah dinikmati akuntan sebagai profesional
yang bekerja sendiri. Dalam prosesnya, seperti yang menjadi teori dari Marx,
mereka kehilangan kendali atas baik arti maupun akhir dari tenaga kerja, suatu
fenomena yang dikenal sebagai proletarisasi teknis (technical proletarianization).
Disamping
proletarisasi teknis munculnya kelas pekerja baru menimbulkan pula
proletarisasi
ideoligis (ideological
proletarianzation). Proletarisasi ideologis mungkin dapat lebih dinyatakan
dalam akuntansi karena ketidakmampuan akuntan secara umum untuk mengendalikan
kebijakan
operasional dan sasaran spesifik dan tujuan pekerjaan. Untuk saat
ini, sebagai jawaban atas
proletarisasai teknis dan ideologis, akuntan dan juga
para anggota lain sari elas pekerja baru dapat
merespon sengan melakukan desensitisasi ideologis, suatu penolakan
atau pemisahan diri dari
kendali ideologis pekerjaan, menyangkal adanya
kepntingan ataupun tanggung jawab untuk
isu-isu sosial dimana pekerjaan mereka
ditempatkan.
H. Kesadaran Para Pengguna yang
Direkayasa
Dalam
merekayasa kesadaran dari para pengguna melalui penyebaran informasi secara
selektif manajemen dapat menambahkannya dengan pencucian otak dan hipnotis
secara kolektif atau pengondisian sosial. Sehingga, persoalannya adalah bahwa
pengguna sebaiknya mendapatkan informasi dengan baik, dan akibatnya suatu norma
demokratis telah ditegakkan. Pembuatan kesadaran adalah suatu kendala dalam
ekspansi data yang relevan bagi para pengguna.
I. Prespektif Etika Akuntansi
1. Etika Utilitarian
Pendekatan
ini melihat apakah suatu tindakan dapat dianggap secara moral benar atau salah
dengan hanya didasarkan kepada konsekuensi akibat dari kita melakukannya.
Keunggulan dari
etika utilitarian berhubungan dengan.
a.
Sasaran moralitas
b.
Proses pemikiran moral
c.
Fleksibilitas dan pengecualian
d.
Menghindari konflik aturan
Kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan
utilitarianisme adalah.
a.
Penolakan dari kewajiban khusus
b.
Penolakan dari hak asasi
c.
Penolakan dari keadilan
2. Etika Deontologi
Pendekatan
ini mempertimbangkan suatu tindakan yang menurut moral benar jika ia telah
sesuai dengan aturan moral yang tepat. Sebuah tindakan yang melanggar aturan
tersebut namun ternyata menghasilkan suatu hal yang menguntungkan akan tetap
dianggap salah. Sumber aturan tersebut dapat berupa teologis yang mengandung
artian bahwa tindakan tersebut ditentukan sebagai sesuatu yang bermoral oleh
suatu agama, atau sosialis yang mengandung artian bahwa mereka merupakan hasil
dari suatu konsensus sosial yang menentukan apakah tindakan terebut adalah
merupakan suatu tindakan yang benar atau salah. Karena adanya
keterbatasan-keterbatasan dari kedua sumber di atas, digunakan kriteria yang
diterapkan berdasarkan atas konsekuensi menerapkan suatu kumpulan aturan moral
tertentu, atau kemampuan yang seharusnya kita miliki mengenai intusi moral.
3. Pemikiran Akan KelayakanSatu alternatif baik dari etika utilitarianisme maupun etika deontologi ditawarkan oleh
pemikiran akan kelayakan (notion of filtingness). Kelayakan dapat digunakan untuk
mengevaluasi moralitas dari suatu tindakan melalui suatu referensi terhadap apakah mereka
pantas dan sesuai dengan etos yang diakui bersam-sama oleh individu dan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar