TUGAS TEORI AKUNTANSI
BAB 11
Pendekatan-pendekatan
Peristiwa dan Perilaku
PENDEKATAN-PENDEKATAN
PERISTIWA DAN PERILAKU
Resume untuk memenuhi tugas matakuliah
Teori Akuntansi
yang dibina oleh H. Eka Ananta Sidharta,
S.E., M.M.Ak.
oleh
ASHFA EL FAJRIYYA H.A 120422403180
SUTRIA KUMALASARI 120422403192
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
November 2014
PENDEKATAN-PENDEKATAN
PERISTIWA DAN PERILAKU
A. Pendekatan peristiwa
1.
Hakikat dari pendekatan
peristiwa
Pendekatan
peristiwa, menyatakan bahwa tujuan akuntansi adalah “untuk menyediakan
informasi yang relevan tentang peristiwa ekonomi yang dapat bermanfaat bagi
berbagai model keputusan”. Menjadi tanggung jawab akuntan untuk menyediakan
informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi dan memberikan kepada
pengguna peristiwa-peristiwa yang sesuai dengan model keputusan mereka, dan
menjadi tanggung jawab pengguna untuk menggabungkan dan menetapkan bobot serta
nilai bagi data-data yang dihasilkan oleh peristiwa-peristiwa yang sesuai
dengan fungsi utilitas mereka masing-masing.
Pengguna,
mengubah peristiwa menjadi informasi akuntansi yang sesuai dengan model
keputusan pengguna itu sendiri. Sehingga kandungan laporan akuntansi merupakan
refleksi observasi dari dunia riil, bukan “kesimpulan yang dikehendaki manajer,
yang menggunakan teknik akuntansi altematif untuk tujuan manipulasi, bukan
untuk memberi informasi”.
Peristiwa
merupakan segala tindakan yang dapat digambarkan dengan satu atau lebih dimensi
dasar atau ciri. Menurut Johnson, “peristiwa” berarti “observasi yang layak
mengenai karakteristik tertentu suatu tindakan sehingga seorang pengamat dapat
mengatakan bahwa saya meramalkan dan melihat sendiri hal itu terjadi”.
Dengan
demikian, karakteristik suatu peristiwa dapat diobservasi secara langsung dan
karakteristik ekonomi dapat bermanfaat bagi pengguna. Karena jumlah
karakteristik dan jumlah peristiwa mudah terpengaruh oleh observasi yang
mungkin relevan bagi model keputusan seluruh pengguna, maka pendekatan
peristiwa mengusulkan suatu pengembangan yang luar biasa mengenai data
akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan. Karakteristik suatu peristiwa,
selain nilai moneter, harus dapat diungkapkan. Pendekatan peristiwa juga
mengasumsikan bahwa tingkat penggabungan dan pengevaluasian data akuntansi
diputuskan oleh pengguna, menurut fungsi pengguna.
Apa konsekuensi pendekatan peristiwa pada laporan tahunan
konvensional?
Pada pendekatan nilai, neraca dianggap sebagai indikator
posisi keuangan perusahaan pada suatu periode. Pada pendekatan peristiwa,
neraca dianggap sebagai komunikasi tidak langsung mengenai seluruh peristiwa
akuntansi yang relevan bagi perusahaan sejak berdiri.
Pada pendekatan nilai, laporan keuangan dianggap sebagai
suatu indikator kinerja keuangan perusahaan pada periode tertentu. Pada
pendekatan peristiwa, laporan keuangan dianggap sebagai komunikasi langsung
mengenai peristiwa peristiwa operasi yang terjadi selama periode tertentu.
Pada pendekatan nilai, laporan aliran kas dianggap sebagai
suatu ungkapan perubahan pada kas. Tetapi, pada pendekatan peristiwa, laporan
aliran kas lebih baik dipandang sebagai ungkapan peristiwa-peristiwa keuangan
dan investasi. Dengan kata lain, relevansi suatu peristiwa bukan hasil aliran
kas, yang menentukan pelaporan suatu peristiwa dalam laporan aliran kas.
3.
Teori peristiwa normatif
dari akuntansi
Teori akuntansi mengenai peristiwa-peristiwa normatif telah
disimpulkan secara tentatif sebagai: Usaha untuk menarik perhatian orang
(pemegang saham, karyawan, manajer, pemasok, pelanggan, badan-badan pemerintah,
yayasan) agar dapat memprediksi dengan lebih baik, maka karakteristik, yang
paling relevan bagi peristiwa penting (internal, lingkungan, dan transaksional)
yang memengaruhi organisasi, digabungkan (secara bertahap dan antar bagian)
secara periodik dan bebas dari konklusi yang bias.
Jadi, tujuan teori akuntansi mengenai peristiwa normatif
adalah memaksimalkan keakuratan peramalan laporan akuntansi dengan berfokus
pada ciri-ciri yang paling relevan dari peristiwa-peristiwa yang penting bagi
pengguna. Teori ini menyatakan bahwa.
a. Suatu taksonomi yang
ekplisit dari peristiwa-peristiwa nyata, yang harus dilaporkan oleh akuntan.
b. Perencanaan klasifikasi yang
lebih efektif, dengan referensi khusus pada label-label yang memungkinkan untuk
mengaitkan peristiwa-peristiwa tertentu dengan peristiwa lain yang terkait.
c. Pembuataan struktur sistem
informasi akuntansi berbasis peristiwa.
4.
Sistem informasi akuntansi
berbasis peristiwa
Salah
satu cara untuk mencapai tujuan teori akuntansi mengenai peristiwa normatif
adalah dengan mengintegrasikan pendekatan peristiwa dengan pendekatan database
pada manajemen informasi yang mempunyai asumsi bahwa suatu perusahaan membuat
database yang dikelola terpusat untuk dibagikan kepada sejumlah besar pengguna
yang mempunyai kebutuhan beragam. Sistem akuntansi yang seperti itu meliputi
model.
a) Model hierarkis didasarkan
pada ide sistem informasi akuntansi peristiwa yang memungkinkan penggunanya
membuat pertanyaan ilmiah (inquiry) pada database.
b) Model jaringan didasarkan
pada konsep akuntansi multi dimensi yang dinyatakan oleh Ijiri dan Chames,
Colantoni, dan Cooper. Model ini menggunakan input database yang tidak
terstruktur pada awalnya dan juga menggunakan suatu kumpulan pertanyaan ilmiah
atau data yang kemudian dikembangkan menjadi suatu struktur data hierarkis,
yang dapat meminimalkan jumlah catatan yang diakses untuk memperoleh jawaban
atas pertanyaan yang diajukan.
c) Model relasional didasarkan
pada teori relasi pada matematika. Pada dasarnya, suatu database merupakan
suatu kumpulan relasi dengan berbagai macam tingkatan dan waktunya yang
berbeda-beda pula. Para pengguna berinteraksi dengan model melalui suatu bahasa
yang bermakna bagi pengguna tertentu. Pekerjaan penting yang harus dilakukan
adalah meningkatkan penerapan pendekatan relasional ini pada model akuntansi.
d) Model hubungan entitas
mengasumsikan bahwa sistem akuntansi dimodelkan secara alamiah pada lingkungan
database sebagai suatu kumpulan entitas dunia riil dan hubungan di antara
entitas-entitas tersebut. Model ini pada dasarnya menggantikan daftar rekening
tradisional dan prosedur pembukuan double entry dengan memandang hubungan
entitas dalam bentuk tabel entitas dan tabel hubungan.
e) Model akuntansi REA
merupakan penyajian fenomena akuntansi yang digeneralisasi, yang
komponen-komponennya terdiri dari sekumpulan penyajian sumber daya ekonomi,
peristiwa-peristiwa ekonomi, dan agen-agen ekonomi.
5.
Evaluasi atas pendekatan
peristiwa
Pendekatan peristiwa menawarkan keunggulan dan kelemahan
tertentu. Keunggulannya terutama berasal dari usaha-usaha untuk menyediakan
informasi mengenai peristiwa-peristiwa ekonomi yang relevan, yang mungkin dapat
bermanfaat bagi berbagai model keputusan. Sehingga informasi lebih banyak
tersedia bagi pengguna, yang kemudian dapat diterapkan pada fungsi utilitasnya
untuk menentukan sifat dan tingkat penggabungan informasi yang mereka butuhkan
untuk pembuatan keputusan.
B. Pendekatan Perilaku
1.
Hakikat dari pendekatan
perilaku
Sebagian besar pendekatan tradisional dalam penyusunan teori
akuntansi telah gagal untuk mempertimbangkan perilaku pengguna secara khusus
dan asumsi-asumsi keperilakuan secara umum. Pendekatan keperilakuan pada
pembuatan teori akuntansi menekankan pada relevansi pembuatan keputusan
mengenai informasi yang dikomunikasikan (berorientasi pada keputusan yang
dikomunikasikan), dan perilaku individual dan kelompok yang disebabkan oleh
komunikasi informasi (berorientasi pada pembuat keputusan). Akuntasi
diasumsikan berorientasi pada tindakan yang tujuannya adalah untuk mempengaruhi
tindakan (perilaku) secara langsung melalui kandungan informasi pesan pesan
yang disampaikan dan secara tidak langsung melalui perilaku para akuntan.
Karena akuntansi dianggap sebagai proses keperilakuan, maka pendekatan
keperilakuan pada pembentukan teori akuntansi menerapkan ilmu keperilakuan pada
akuntansi.
2.
Dampak perilaku dari
informasi akuntansi
Penelitian mengenai kecukupan dan penggunaan pengungkapan
menunjukkan penerimaan umum mengenai kecukupan laporan keuangan yang ada,
pemahaman dan pengertian umum mengenai laporan keuangan, dan suatu pengakuan
bahwa perbedaan pada kecukupan pengungkapan antar laporan keuangan disebabkan
variabel-variabel, misalnya besar perusahaan, profitabilitas, serta besar dan
status kantor auditor.
Dampak keputusan prosedur-prosedur akuntansi dijelaskan
terutama dalam konteks penggunaan tehnik-tehnik persediaan yang berbeda,
informasi tinghat harga (price level), dan informasi non-akuntansi. Hasil
penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa teknik-teknik altematif
akuntansi dapat mempengaruhi keputusan individual, dan sejauh mana pengaruhnya
tergantung pada sifat tugas, karakteristik pengguna dan sifat lingkungan
eksperimental.
3.
Dampak linguistik dari data
dan teknik akuntansi
Berbagai penggabungan dalam akuntansi akan menimbulkan repertoire
atau kode linguistik yang berbeda pada komunikasi interkelompok dan/atau
komunikasi antar kelompok. Konstruk (construct)
linguistik digunakan untuk menyesuaikan tidak adanya konsensus pada makna
konsep akuntansi, sehingga masalah masalah tertentu diidentifikasi sebagai
kebutuhan penelitian berikutnya, yaitu.
a. Sifat “bahasa institusional”
pada setiap kelompok profesional akuntansi;
b. Adanya kode linguistik yang
terhubung secara profesional dalam bidang akuntansi, yang terdiri dari “bahasa
formal” dan “bahasa publik”; dan
c. Pelaksanaan suatu pengujian
untuk menentukan apakah bahasa publik dipahami oleh pengguna data formal
(misalnya mahasiswa) atau tidak.
Penelitian lainnya telah menggali dampak linguistik data dan
teknik-teknik akuntansi tanpa mempertimbangkan tesis relativisme liguistik
ataupun tesis sosiologika. Penelitian ini menitik beratkan pada perbedaan
antara komunikasi inter dan antar kelompok mengenai data dan/atau teknik akuntasi
antar pengguna dan pembuat data akuntansi.
4.
Fiksasi fungsional dan data
Kondisi-kondisi tertentu menyebabkan seorang pembuat
keputusan tidak dapat menyesuaikan proses keputusannya, dan melakukan perubahan
dalam proses akuntansi. Mereka mempertimbangkan faktor-faktor psikologis
fiksasi fungsional. Para ahli psikologi tertarik pada fiksasi fungsional yang
terkait dengan fungsi atau objek, sedangkan para peneliti akuntansi, yang
dipengaruhi oleh eksplorasi Ijiri, Jaedicke, dan Knight, tertarik dengan fiksasi
fungsional yang terkait dengan data.
Terdapat perbedaan antara fiksasi fungsional dan fiksasi
data. Pada kasus fiksasi fungsional, para ahli psikologi menggunakan
benda-benda, seperti medali, tali, dan kotak, untuk melakukan tugas yang
relatif sederhana, sedangkan pada eksperimen fiksasi data, seluruh data
digunakan untuk menyelesaikan masalah yang tidak terstruktur.
5.
Sifat induksi informasi
Walaupun dampak penggunaan informasi secara umum telah
diketahui dan diterima sebagai bagian dari paradigma stimulus-respons, fenomena
terkini mengenai induktor informasi atau induktor sederhana, yang diperkenalkan
oleh Prakash dan Rappaport, dimaksudkan untuk merujuk pada proses yang kompleks
yaitu perilaku individual dipengaruhi oleh informasi yang dibutuhkan untuk
melakukan komunikasi. Induktor informasi timbul dari kecenderungan penerima
untuk mengantisipasi kemungkinan penggunaan informasi, sebagai konsekuensi
penggunaan informasi, dan tanggapan mereka terhadap konsekuensi tersebut.
C. Pendekatan pemrosesan informasi
manusia
1.
Model lensa
Model Lensa dari Brunswick memungkinkan untuk mengakui secara
eksplisit mengenai saling ketergantungan antara variabel-variabel lingkungan
dengan individual secara khusus. Model ini terutama digunakan untuk menilai
situasi yang membutuhkan penilaian mengenai manusia, yang di dalamnya orang
membuat penilaian dengan dasar sekumpulan petunjuk eksplisit yang diperoleh
dari lingkungan. Model ini menekankan pada kemiripan antara lingkungan dengan
tanggapan subjek.
Sebagian besar penelitian akuntansi menggunakan model lensa,
yang didorong oleh kebutuhan untuk membangun model matematis yang menunjukkan
keunggulan relatif dari petunjuk-petunjuk informasi yang berbeda beda (sering
disebut penghimpunan kebijakan atau “policy capturing”), didorong oleh
kebutuhan untuk mengukur keakuratan ketetapan dengan konsistensi, konsensus,
dan prediktabilitasnya.
2.
Pertimbangan probabilitas
Penilaian probabilistik, sering disebut pendekatan Bayesian,
menitik beratkan terutama pada perbandingan probabilitas penilaian intuitif dan
model normatif. Model normatif bagi revisi probabilitas, disebut sebagai
Teorema Bayes, digunakan sebagai model deskriptif bagi pemrosesan informasi
manusia. Penelitian mengenai perolehan probabilitas telah berusaha untuk
menetapkan validitas terpusat dari teknik-teknik perolehan yang berbeda dalam
auditing, dan juga keakuratan serta dampaknya terhadap keputusan audit. Tidak
ada kesimpulan umum yang dapat ditarik pada tingkat penelitian ini.
Penelitian mengenai penyimpangan perilaku pembuatan keputusan
normatif menitikberatkan pada heuristik dan bias pada dasamya, keterwakilan
dalam auditing, anchoring dalam auditing, anchoring dalam pengendalian
manajemen, dan anchoring dalam analisis keuangan dan juga pada kemampuan
pembuat keputusan untuk menjalankan peran sebagai penilai informasi. Tetapi
hanya sedikit diketahui mengenai bagaimana kemampuan pemrosesan informasi oleh
individu berinteraksi dengan struktur tugas untuk menghasilkan heuristik dan
bias.
3.
Perilaku prakeputusan
Metode pelacakan proses berasal dari teori penyelesaian
masalah yang dikembangkan oleh Newell dan Simon, yang berpendapat bahwa manusia
mempunyai keterbatasan kapasitas untuk memproses informasi. Mereka juga
berpendapat bahwa manusia mempunyai daya ingat berjangka pendek dengan
kapasitas terbatas dan sebenarnya mempunyai daya ingat jangka panjang dengan
kapasitas tidak terbatas. Sehingga manusia cenderung untuk menggambarkan
kepuasan bukan tanggapan optimal, yang mengarahkan mereka agar menjadi adaptif
(menyesuaikan diri). Sebaliknya, keadaptifan menyatakan bahwa penyajian
kognitif tugas (sifat dan kompleksitas) menentukan cara penyelesaian masalah,
karena tugas-tugas cenderung untuk diperoleh dan sehingga mengendalikan
tanggapan keperilakuan dari pembuat keputusan.
4.
Pendekatan gaya kognitif
Pendekatan gaya kognitif menitikberatkan pada
variabel-variabel yang mungkin mempunyai dampak pada kualitas ketetapan yang
dibuat oleh para pembuat keputusan. Gaya kognitif merupakan pembentukan
hipotetika yang digunakan untuk menjelaskan proses mediasi antara rangsangan
dengan tanggapan. Terdapat lima pendekatan yaitu.
a. Otoriterianisme (authoritarianism), timbul
dari perhatian Adorno dan lainnya pada hubungan antara kepribadian, sikap anti
demokrasi dengan perilaku. Para peneliti ini terutama tertarik pada
individu-individu yang mempunyai cara berpikir, yang dapat membuat mereka mudah
terpengaruh dengan propaganda anti demokrasi. Dua perilaku yang berkorelasi
dengan otoriterianisme–kekauan dan ketidaktoleransian pada ambigultas–merupakan
refleksi dari gaya kognitif dasar.
b. Dogmatisme (dogmatism), timbul dari
usaha Rokeach untuk mengembangkan ukuran otoriterianisme berbasis struktural,
untuk menggantikan ukuran berbasis isi yang dikembangkan oleh Adomo dan
teman-temannya. Minat mereka adalah untuk mengembangkan suatu ukuran gaya
kognitif yang terbebas dari pemikiran isi.
c. Kompleksitas kognitif (cognitive complexity),
diperkenalkan oleh Kelly dan Bieri, menitikberatkan pada dimensi-dimensi
psikologis yang digunakan oleh individu untuk membentuk lingkungannya dan untuk
membedakan perilakunya dengan individu lain. Individu yang secara kognitif
semakin kompleks diasumsikan mempunyai sejumlah besar dimensi, yang dapat
digunakan untuk menjelaskan perilaku kepada pihak lain dibandingkan individu
yang secara kognitif kurang kompleks. Para pembuat keputusan dapat juga
dikelompokkan menurut gaya kognitifnya: heuristik dan analitik.
d. Kompleksitas integratif (integrative complexity),
dijelaskan oleh Harvey dkk, yang kemudian dikembangkan oleh Schroeder dkk, timbul
dari pandangan bahwa orang-orang terikat pada dua aktivitas pemrosesan masukan
panca indera: pembedaan (differentiation) dan penggabungan (integration).
e. Ketergantungan pada bidang (field dependence),
dijelaskan oleh Witkin dan teman-temannya, merupakan ukuran sejauh mana
perbedaan dalam bidang persepsi. Individual yang tergantung pada bidang
cenderung untuk menganggap keseluruhan organisasi sebagai suatu bidang dan
relatif tidak dapat menganggap bagian-bagian bidang sebagai bagian yang
terpisah. Tetapi, individual yang tidak tergantung pada bidang cenderung
menganggap bagian-bagian bidang terpisah dari keseluruhan organisasi bidang
tersebut, bukan menggabungkannya.
5.
Relativisme kognitif dalam
akuntansi
Revolusi kognitif dalam psikologi sosial telah membangkitkan
minat yang besar pada struktur pengetahuan mengenai daya ingat pada umumnya dan
bagaimana orang-orang belajar, pada khususnya. Intisari relativisme dalam
akuntansi adalah adanya proses kognitif yang diasumsikan dapat mengarahkan
proses penilaian/keputusan. Model menunjukkan bahwa penilaian dan keputusan
yang dibuat dari fenomena akuntansi, merupakan hasil dari sekumpulan operasi
kognitif sosial yang mencakup observasi informasi fenomena akuntansi dan
informasi skema-skema yang disimpan dalam memori, dan kemudian dipanggil
kembali ketika dibutuhkan dalam pembentukan penilaian dan/atau keputusan.
6.
Relativisme kultural dalam
akuntansi
Postulat relativisme budaya menyatakan bahwa budaya membentuk
fungsi kognitif individual yang dihadapkan pada suatu fenomena akuntansi atau
auditing. Budaya membentuk penelitian akuntansi. Penerapan budaya dalam
akuntansi dapat dipandang sebagai media akuntansi. Budaya, pada intinya,
menentukan proses penilaian/keputusan dalam akuntansi. Model mempostulasikan
bahwa budaya, melalui komponen, elemen, dan dimensinya, menentukan penggunaan
struktur organisasi, perilaku mikro organisasi, dan fungsi kognitif individual,
sebagai cara untuk mempengaruhi proses penilaian/keputusannya ketika mereka
dihadapkan pada fenomena akuntansi dan/atau auditing.
D. Evaluasi atas pendekatan
perilaku
Sebagian besar penelitian akuntansi keperilakuan yang
dibahas pada bagian awal telah berusaha untuk membuat generalisasi mengenai
perilaku manusia dalam hubungannya dengan informasi akuntansi. Tujuan implisit
dari seluruh studi ini adalah untuk mengembangkan dan memverifikasi hipotesis
keperilakuan yang relevan dengan hipotesis teori akuntansi, yaitu yang
menyangkut kesesuaian dengan pengungkapan manfaat data laporan keuangan, sikap
akibat praktik-praktik pelaporan perusahaan, materialitas ketetapan, dampak
keputusan pada altematif prosedur akuntansi, dan komponen-komponen model
pemrosesan informasi (masukan, proses, dan hasil).
Tetapi tujuan implisit ini belum dapat dicapai karena
sebagian besar penelitian eksperimen dan survei mengenai akuntansi keperilakuan
mempunyai kelemahan dalam keketatan teoretik dan metodologik. Studi-studi
tersebut telah menjelaskan mengenai penggunaan surogasi dalam penelitian
akuntansi keperilakuan tanpa adanya hasil yang meyakinkan. Dengan kata lain,
pandangan eksperimen sebagai kontrak sosial menjelaskan hubungan antara subjek
dengan eksperimenter. Beberapa aspek hubungan ini dapat mengancam validitas
eksperimen.
E.
Kesimpulan
Bab ini telah menguraikan dengan panjang lebar arti dan
temuan-temuan penting dari peristiwa, perilaku, dan pemrosesan informasi
manusia manusia ke perumusan suatu teori akuntansi. Masing-masing pendekatan
ini bergantung pada asumsi-asumsi yang berbeda dan pada metodologi-metodologi
baru dan cara-cara yang unik, dalam memandang masalah-masalah akuntansi dan
pertanyaan-pertanyaan penelitian. Setiap pendekatan mulai menggunakan
atribut-atribut dari paradigma khusus, karenanya menyebabkan akuntansi menjadi
suatu ilmu pengetahuan paradigmis di mana paradigma-paradigma yang saling
bersaing berusaha untuk mendapat dominasi.
DAFTAR RUJUKAN
Riahi,
Ahmed & Belkaoui. 2011. Teori
Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.