Sabtu, 20 September 2014

TUGAS TEORI AKUNTANSI :BAB 2 & BAB 3






TUGAS TEORI AKUNTANSI

Bab 2
(akuntansi yang dirancang)

BAB 3
(Elemen dan struktur teori akuntansi)










AKUNTANSI YANG DIRANCANG
(SUB BAB HAKIKAT DAN PENGGUNAAN AKUNTANSI)



Makalah untuk memenuhi tugas matakuliah Teori Akuntansi
yang dibina oleh H. Eka Ananta Sidharta, S.E., M.M.Ak.




oleh
ASHFA EL FAJRIYYA H.A          120422403180
SUTRIA KUMALASARI               120422403192           



Description: D:\Materi Kuliah\Logo UM\download (4) copy.png





UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
September 2014

AKUNTANSI YANG DIRANCANG

A.    Hipotesis Salah Saji Keuangan secara Selektif
1.      Materi
Hipotesis salah saji keuangan secara selektif diasumsikan melintas kedua sektor publik dan pribadi karena para partisipan di kedua sektor tersebut dimotivasi untuk mendukung standart-standart yang secara selektif membuat salah saji dari realitas ekonomi ketika hal tersebut sesuai dengan tujuan mereka. Ini berlaku untuk manajer, pemegang saham, auditor, dan para penyusun standart. Situasi ini menuntut adanya suatu perubahan dengan mengisolasi proses penentuan standart dari jangkauan regulator. Revsine mengusulkan proses empat langkah berikut:
a.    Mendidik publik
b.    Memperbaiki proses pemilihan dan pengawasan para penyusun standar
c.    Menetapkan peraturan pendanaan baru dan
d.   Menciptakan independensi bagi para penyusun standart
2.      Studi Kasus
Pada tahun 2002 ditemukan penggelembungan laba bersih pada laporan keuangan PT. Kimia Farma tahun buku 2001. Hal tersebut berawal dari temuan akuntan publik Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM) soal ketidakwajaran dalam laporan keuangan kurun semester I tahun 2001. Mark up itu senilai Rp 32,7 M, karena dalam laporan keuangan yang seharusnya laba Rp 99,6 M ditulisnya Rp 132,3 M, dengan nilai penjualan bersih Rp 1,42 T.
Untuk diketahui bahwa yang mengaudit tahun buku 2001 adalah kantor akuntan HTM itu sendiri, hanya berbeda partner. Pada tahun buku 2001 yang menjadi partner dari KAP HTM adalah Syamsul Arif, sedangkan yang menjadi partner KAP HTM dalam pengauditan semester I tahun buku 2002 adalah Ludovicus Sensi W.
Pihak PT. Kimia Farma menduga bahwa ketidakwajaran tersebut mungkin berbeda di pos inventory stock. Pihak Bapepam selaku pengawas pasar modal mengungkapkan tentang kasus PT. Kimia Farma sebagai berikut:
Dalam rangka restrukturisasi PT. Kimia Farma Tbk, Ludovicus Sensi W. selaku partner dari KAP HTM yang diberikan tugas untuk mengaudit laporan keuangan PT. Kimia Farma untuk masa lima bulan yang berakhir 31 Mei 2002, dia menemukan dan melaporkan adanya kesalahan dalam penilaian persediaan barang dan jasa dan kesalahan pencatatan penjualan untuk tahun yang berakhir per-31 Desember 2001. Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan dalam harian Kontan yang menyatakan bahwa kementrian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik pemerintah di PT. Kimia Farma setelah melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan dalam laporan keuangan pada semester I tahun 2002.
Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam diperoleh bukti sebagai berikut: Terdapat kesalahan penyajian dalam laporan keuangan PT. Kimia Farma, adapun dampak kesalahan tersebut mengakibatkan overstated laba pada laba bersih untuk tahun yang berakhir.
3.    Analisis Studi Kasus
Kesalahan penyajian laporan keuangan tentunya akan merugikan berbagai pihak. Karena laporan keuang yang seharusnya memberikan informasi yang dibutuhkan oleh para penggunanya tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
B.       Manajemen Laba
1.    Materi
Manajemen laba (earning management) yaitu suatu kemampuan untuk memanipulasi pilihan-pilihan yang tersedia dan mengambil pilihan yang tepat untuk dapat mencapai tingkat laba yang diharapkan. Schipper melihat manajemen laba sebagai suatu intervensi yang disengaja pada proses pelaporan eksternal dengan maksud untuk mendapatkan beberapa keuntungan pribadi. Schipper juga melihat manajemen laba baik dari sudut pandang ekonomi (nyata) maupun dari sudut pandang informasional.
Definisi yang dikemukakan oleh Healy dan Wahlen di atas berfokus pada penerapan pertimbangan dalam laporan keuangan. Oleh karenanya, terdapat sisi baik dan sisi buruk dari  manajemen laba: a) sisi buruknya adalah biaya yang diciptakan oleh kesalahan alokasi dari sumber-sumber daya dan, b) sisi baiknya adalah potensi peningkatan kredibilitas manajemen dalam mengkomunikasikan informasi pribadi kepada pemangku kepentingan eksternal, dan memperbaiki keputusan dalam alokasi sumber-sumber daya.
2.    Studi Kasus
Fenomena adanya praktik manajemen laba pernah terjadi di pasar modal Indonesia, khususnya pada emiten manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Contoh kasus terjadi pada PT Kimia Farma Tbk. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal, 2002), diperoleh bukti bahwa terdapat kesalahan penyajian dalam laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk., berupa kesalahan dalam penilaian persediaan barang jadi dan kesalahan pencatatan penjualan, dimana dampak kesalahan tersebut mengakibatkan overstated laba pada laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp32,7 miliar.
Kasus yang sama juga pernah terjadi pada PT Indofarma Tbk. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam terhadap PT Indofarma Tbk. (Badan Pengawas Pasar Modal, 2004), ditemukan bukti bahwa nilai barang dalam proses diniliai lebih tinggi dari nilai yang seharusnya dalam penyajian nilai persediaan barang dalam proses pada tahun buku 2001 sebesar  Rp28,87 miliar. Akibatnya penyajian terlalu tinggi (overstated) persediaan sebesar Rp28,87 miliar, harga pokok penjualan disajikan terlalu rendah (understated) sebesar Rp28,8 miliar dan laba bersih disajikan terlalu tinggi overstated dengan nilai yang sama.
Praktik manajemen laba juga terjadi di luar negeri. AAER (Accounting and Auditing Enforcement Releases), suatu Divisi di The SEC (Security and Exchange Commision), pada tahun 2000 dalam Mulford dan Comiskey (2010), menerbitkan laporan tentang beberapa kasus manajemen laba, antara lain sebagai berikut:

Praktik-praktik Manajemen Laba
No.
Perusahaan
Manajemen Laba
1.
Intile Design, Inc.
AAER No. 1259, May 23, 2000.
menilai terlalu rendah persediaan akhir agar pajak properti mengecil.
2.
System Software Associates, Inc.
AAER No. 1285, July 14, 2000.
mengakui pendapatan atas pendapatan yang tidak jelas apakah produk yang dikirim telah diterima pelanggan atau belum.
3.
ABS Industries, Inc.
AAER No. 1240, Mar 23, 2000.
membukukan penjualan tanpa adanya pesanan dari pelanggan, bahkan pada beberapa kasus produk belum selesai dibuat.
4.
Sirena Apparel, Inc.
AAER No. 1673, Sept 27, 2000.
tidak menutup pembukuan di kuartal Maret 1999 agar target penjualan periode tersebut tercapai dengan cara mengubah tanggal pada computer agar tanggal palsu tercetak di faktur.
5.
Guilford Mills, Inc.
AAER No. 1287, Mar 23, 2000.
Melakukan pembukuan palsu ke Buku Besar Hofman Laces (anak perusahaan) yang mengurangi utang dagang dan harga pokok penjualan dengan jumlah yang sama sehingga menaikkan laba.

3.    Analisis Studi Kasus
Perusahaan yang terancam melanggar perjanjian utang cenderung melakukan  manajemen laba dengan menaikkan laba dalam rangka memperbaiki posisi tawarnya saat negosiasi ulang atau sebagai upaya melakukan go public untuk mendapatkan dana segar karena kesulitan mencari dana pinjaman.
Praktik-praktik manajemen laba dapat memengaruhi relevansi penyajian laporan keuangan sehingga laporan keuangan tidak membantu bahkan dapat menyesatkan para pemakainya dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan karena penyusun laporan keuangan, dalam hal ini manajer, tidak menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya.
Manajemen laba membuat laporan keuangan tidak dapat diandalkan, menyesatkan, mengandung kesalahan material, dan bukan merupakan penyajian yang jujur dan apa adanya. Selain itu, informasi yang disajikan pada laporan keuangan diarahkan pada kepentingan pihak tertentu yang menguntungkan beberapa pihak dan dapat merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan berlawanan.

C.      Kreativitas dalam Akuntansi
1.      Materi
Kreativitas dalam akuntansi menyiratkan suatu interprestasi yang liberal atas aturan-aturan akuntansi yang memungkinkan dilakukannya pilihan sehingga dapat dihasilkan penggambaran situasi keuangan yang lebih atau kurang optimis jika dibandingkan dengan situasi nyata.
Bentuk-bentuk kreativitas dalam akuntansi ini biasanya dikenal dalam praktik dan literatur sebagai akuntansi “mandi besar”(big bath) dan akuntansi kreatif.
a.    Akuntansi mandi besar (big bath accounting) umumnya mengacu pada langkah-langkah yang diambil oleg manajemen untuk secara drastis mengurangi laba per lembar saham saat ini untuk mendapatkan peningkatan laba per lembar saham di masa depan. Seperti yang dinyatakan Healy jika pendapatan begitu rendahnya sehingga prosedur akuntansi apapun yang dipilih tetap tidak akan dapat mencapai sasaran pendapatan, para manajer mendapatkan insentif untuk semakin menurunkan pendapatan saat ini dengan menangguhkan pendapatan atau mengekselerasi penghapusan, sebuah strategi yang dikenal dengan melakukan “mandi”.
Akuntansi kreatif (creative accounting) biasanya digunakan oleh pers populer untuk mengacu pada apa yang dianggap oleh jurnalis dilakukan oleh akuntan untuk menjadikan laporan keuangan tampak lebih bagus dari yang seharusnya.
2.    Studi Kasus
Kasus creative accounting sering dihubungkan dengan Enron, sebuah perusahaan migas. Sebelum kebangkrutannya, Enron pernah dipilih oleh Fortune Magazine sebagai ‘America’s Most Innovative Company’ selama 6 tahun berturut-turut. Enron yang tadinya adalah perusahaan pembangkit tenaga listrik mulai naik daun setelah Enron mulai bermain komoditas-komoditas bandwidth telekomunikasi dan derivatives (sejenis investasi di mana hasil untung ruginya berdasarkan pergerakan dari nilai aset seperti saham, surat utang, komoditas, atau bahkan dari nilai seperti suku bunga, valas, indeks pasar saham, bahkan indeks cuaca).
Enron mulai berpaling dari bisnis tradisionalnya dan mulai berspekulasi dalam financial instruments yang mengandung resiko tinggi. Memang kesannya mereka cukup sukses untuk beberapa tahun, tapi akhirnya kenyataan dari kesuksesan (atau lebih tepatnya kegagalan) mereka mulai terlihat. Namun Enron bukan hanya inovatif dalam berbisnis, ternyata juga ‘inovatif’ dalam cara pembukuannya. Di balik kesuksesan mereka, banyak sekali hutang-hutang tersembunyi yang dipindahkan kepada anak-anak perusahaan yang tidak dikonsolidasi (tidak diperhitungkan masuk ke dalam neraca perdagangan Enron sendiri). Mereka sengaja memanfaatkan celah dalam hukum Amerika yang memperbolehkan ‘special purpose vehicles’ (suatu organisasi yang dibentuk untuk proyek khusus yang dibentuk terpisah untuk mengisolasi resiko-resiko dari proyek tersebut) yang memenuhi syarat-syarat tertentu tidak dikonsolidasi.
3.      Analisis Studi Kasus
Akuntansi kreatif merupakan eufemisme mengacu pada praktik akuntansi yang mungkin mengikuti surat aturan praktik akuntansi standar, tapi jelas menyimpang dari semangat peraturan tersebut. Tujuan-tujuan seseorang melakukan creative accounting bermacam-macam, di antaranya adalah untuk pelarian pajak, menipu bank demi mendapatkan pinjaman baru, atau mempertahankan pinjaman yang sudah diberikan oleh bank dengan syarat-syarat tertentu, mencapai target yang ditentukan oleh analisis pasar, atau mengecoh pemegang saham untuk menciptakan kesan bahwa manajemen berhasil mencapai hasil yang cemerlang.
Motivasi materialisme merupakan suatu dorongan besar manajemen dan akuntan-akuntan melakukan creative accounting. Banyak perusahaan yang terjebak masalah creative accounting mempunyai sistem ‘executive stock option plan’ bagi eksekutif-eksekutif yang mencapai target yang ditetapkan. Secara umum, para eksekutif biasanya lebih mengenal perusahaan tempat mereka bekerja dibandingkan karyawan-karyawan di bawah mereka, sehingga para eksekutif ini dapat dengan mudah memanipulasi data-data dalam laporan keuangan (financial statement) dengan motivasi memperkaya diri mereka sendiri.
Motivasi dan prilaku manusialah yang membuat creative accounting jadi ilegal atau legal, etis atau tidak etis, atau baik atau buruk.

D.      Kecurangan dalam Akuntansi
1.      Materi
Kecurangan merupakan pengelabuhan yang disengaja yang dilakukan oleh orang lain melali kebohongan dan penipuan untuk tujuan memperoleh keuntungan ekonomi, pribadi, sosial, ataupun politik yang tidak adil atas orang tersebut. Macam-macam kecurangan.
a.    Kecurangan korporat
Kejahatan ekonomi yang dilakukan oleh pejabat, eksekutif,dan atau manajer pusat laba dari perusahaaan publik untuk memenuhi kebutuhan ekonomi jangka pendek mereka.
b.    Kecurangan dalam pelaporan keuangan
Yaitu perlakuan yang di sengaja baik tindakan, atau penghilangan yang menghasilkan laporan keuangan yang secara material menyesatkan. Terdapat suatu strategi yang disengaja untuk melakukan kecurangan melalui pendistorsian informasi dan catatan-atatannya. Perilaku ini terjadi ketika para manajer memiliki tingkat kepercayaan yang rendah terhadap mampu tidaknya suatu informasi dianalisis serta dalam kemampuan pengukuran dan verivikasi data. Faktor terjadinya kecurangan pelaporan akuntansi adalah kegagalan dari institut pendidikan akuntansi dalam mengajarkan cara mendeteksi kecurangan dan pentingnya pendeteksian terhadap keseluruhan sistem pelaporan keuangan. Salah satu pengungkapan keuangan yang disyaratkan oleh program penegak kecurangan terdapat empat area:
·      Masalah likuiditas
·      Tren dan faktor operasional yang mempengaruhi laba dan rugi
·      Peningkatan yang material dalam pinjaman bermasalah harus dilaporkan oleh intitusi keuangan
·      Perusahaan tidak dapat menghindari kewajiban pengungkapannya ketika menghadapi penurunan atau kegagaln bisnis.
·      Kejahatan kerah putih
Hartung mendifinisikannya sebagai suatu pelanggaran atas hukum yang mengatur bisnis, yang dilakukan terhadap suatu perusahaan oleh perusahaan tersebut atau agen-agennya dalam [elaksanaan usahanya. Kejahatan kerah putoh belum dipersalahkan dengan bobot seperti kejahatan umumnya. Kejahatan kerah putih dapat dikenali dari lima komponen utamanya:1) maksud untuk melakukan kejahatan, 2) menyamarkan tujuan, 3) menggantungkan diri pada kenaifan korban, 4) tindakan korban secara sukarela untuk membantu pelaku kejahatan, 5) penyembunyian pelanggaran tersebut.
·         Kegagalan audit
Yaitu kegagalan audit dalam mendeteksi dan memperbaiki atau mengungkapkan penghilangan atau kesalahan saji informasi keuangan yang material. Maka kemudian tingkat kualiatas auditlah yang dapat menghindarkan terjadinya kegagalan audit. Kualitas audit (audit quality) adalah sebagai probabilitas bahwa laporan keuangan tidak memuat penghilangan ataupun kesalahan saji yang material.
Namun kegagalan audit memang terjadi dan sebagai konsekuensinya akan membuat kantor akuntan publik berhadapan dengan litigasi yang merugikan dan hilangnya reputasi, belum termasuk keputusan yang diberikan oleh pengauditan dan penyelesaian di luar persidangan.
Kegagalan bisnis dan kecurangan manajemen memainkan peranan yang sangat penting dalam terjadinya kegagalan audit, yang meminta auditor untuk mengambil sikap yang bertanggungjawab dalam pendeteksian kecurangan, karena ia dapat mempengaruhi kualitas audit, risiko audit, dan potensi terjadinya litigasi yang merugikan.
2.      Studi Kasus
WorldCom Perusahaan  telekomunikasi  terbesar  kedua  di Amerika  Serikat, mengakui  telah  Melakukan  skandal  akuntansi  yang  menyebabkan  perdagangan sahamnya  di  bursa  NASDAQ  terhenti.  Beberapa  minggu  kemudian,  WorldCom menyatakan diri bangkrut. Perusahaan telah memberi gambaran yang salah tentang kinerja perusahaan dengan  cara memalsukan milyaran  bisnis  rutin  sebagai belanja modal,  sehingga  labanya  overstated  sebesar $11 milyar pada awal 2002. Perusahaan juga meminjamkan uang lebih dari $400  juta kepada Chief Executive Officer (CEO)-nya  waktu,  Bernard  Ebbers,  untuk  menutupi  kerugian  perdagangan  pribadinya. Ironisnya  meski  di  dakwa  telah  melakukan  pemalsuan,  konspirasi  dan  laporan keuangan  yang  salah,  mantan  CEO WorldCom  tersebut  mengaku  tidak  bersalah.
3.      Analisis Studi Kasus
Praktik kecurangan dalam akuntansi ini tidak dapat dibenarkan, hal ini dapat merugikan banyak pihak.










ELEMEN DAN STUKTUR TEORI AKUNTANSI



Makalah untuk memenuhi tugas matakuliah Teori Akuntansi
yang dibina oleh H. Eka Ananta Sidharta, S.E., M.M.Ak.




oleh
ASHFA EL FAJRIYYA H.A          120422403180
SUTRIA KUMALASARI               120422403192           



Description: D:\Materi Kuliah\Logo UM\download (4) copy.png







UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
September 2014
ELEMEN DAN STUKTUR TEORI AKUNTANSI

A.      Pemikiran Mengenai Teori
1.    Jenis Struktur Teoritis
Terdapat suatu kebingungan umum anatara istilah hipotesis, hukum, dan teori.
·      Hipotesis ilmiah adalah suatu teori ilmiah jika dan hanya jika ia mengacu kepada suatu permasalahan faktual tertentu dan setiap bagian dari kumpulan tersebut adalah suatu asumsi awal.
·      Hukum menunujuk kepada suatu jenis teori tertentu, yaitu non-tunggal, non-terisolasi, mengacu pada pola, dan membenarkan sesuatu.
·      Teori menunjuk kepada suatu sistem hipotesis, dimana rumusan hukum terlihat jelas diantaranya. Jadi teori adalah suatu sistem dari rumusan hukum.
Berikut tingkatan formalisasi dari suatu teori yang menghasilkan enam jenis utama stuktur teoritis.
a.    Teori deduktif lengkap, yaitu stuktur formal yang lengkap dengan aksioma-aksioma yang dijelaskan secara penuh dan lengkap.
b.    Prapengandaian siatematis, berisi formulasi-formulasi yang mengandaikan sebelumnya isi dari teori.
c.    Teori kuasi-deduktif, yaitu teori yang menggunakan logika induktif dan merupakan deduktif kuasi (seolah-olah).
d.   Percobaan-percobaan teoritis, yaitu sistem yang dapat tanpa modifikasi yang signifikan pada konsep, dapat dibuat paling tidak sebagian unttuk menjadi stuktur formal.
e.    Teori yang saling berhubungan, yaitu teori yang hukum-hukum komponennya saling berhubungan sehingga membentuk konfigurasi atau pola yang dapat diidentifikasi.
f.     Teori hierarki, yaitu teori yang hukum-hukum komponennya disajikan sebagai deduksi-deduksi dari satu kumpulan kecil prinsip-prinsip dasar.


2.      Fungsi dan Struktur Teori
John Harvard dan Sheth Jagdish mengklasifikasikan fungsi menjadi empat kategori.
a.    Fungsi deskriptif, mencakup penggunaan gagasan atau konsep & hubungan yang dimiliki untuk memberikan penjelasan terbaik atas fenomena.
b.    Fungsi pembatasan, mencakup kumpulan peristiwa favorit yang harus dijelaskan dan memberikan suatu arti atas abstraksi yang diformulasikan dari tahapan deskriptif tersebut.
c.    Fungsi generatif, kemampuan untuk menghasilkan suatu hipotesis yang dapat diuji
d.   Fungsi integrative, kemampuan untuk menyajikan secara koheren dan konsisten, integrasi dari berbagai konsep dan hubungan dalam suatu teori.
Tingkat abstaksi (level of abstraction) adalah penyederhanaan dan generalisasi konsep dan hubungan untuk menghilangkan fitur-fitur yang kurang relevan dalam menjelaskan suatu fenomena. Abstraksi memberikan keunggulan ketika semakin tinggi tingkat abstraksinya, maka semakin tinggi generalisasi dalam teori.
Permasalahan mengenai realisme versus idealisme (realism versus idealism) mencerminkan dilema yang dihadapi oleh peneliti. Para realis berpikir bahwa dunia memberikan mereka satu struktur yang harus mereka temukan. Dan para idealis meyakini bahwa tidak terdapat dunia realitas dan bahwa riset yang dilakukan adalah untuk menciptakan struktur dan bukan menemukannya.
Permasalahan mengenai objektivitas versus subjektivitas (objectivisim versus subjectivisim) mencerminkan dilema yang dihadapi para peneliti mengenai suatu konsep. Objektivitas adalah memandang sesuatu dalam arti umum, sedang subjektivitas adalah memandang sesuatu secara pribadi.
Permasalahan mengenai intropeksi versus ekstropeksi (instropection versus extropection) mencerminkan dilema yang dihadapi mengenai bagaimana memformulasikan teori. Memformulasikan teori secara intropeksi yaitu dari sudut pandang objek yang menjadi studi. Sedangkan secara ekstropeksi yaitu dari sudut pandang peneliti sebagai pengamat.
3.      Evaluasi Teori
Suatu teori dievaluasi untuk membuktikan kecukupan dari teori yang diungkapkan. Karl Popper mengusulkan kriteri-kriteria evaluasi, yaitu konsistensi internal, bentuk logis perbandingan dengan teori-teori lain, dan uji empiris. Dari 70 kriteria teori yg “baik”, S.C. Dodd memilih 24 kriteria evaluasi yang paling relevan disusun dengan urutan yang paling penting.
a.    Dapat diverivikasi             
b.    Dapat diprediksi                
c.    Konsisten                           
d.   Andal                                 
e.    Akurat                               
f.     Umum                                
g.    Utilitas                               
h.    Penting                              
i.      Multi penerapan                 
j.      Memiliki satu arti               
k.    Dapat dikendalikan
l.      Dapat distandarkan
m.  Sinergi
n.    Kehematan
o.    Kesederhanaan
p.    Stabilitas
q.    Keseringan
r.     Kemampuan untuk diterjemahkan
s.     Kelangsungan
t.     Ketahanan
u.    Pengenalan
v.    Kepopuleran
w.  Kemanjuran
x.    Densitas
Terdapat pengelompokan Bunge untuk mengembangkan 16 kriteria evaluasi teori. Pada dasarnya.
a.    Pernyataan teoritis hendaknya dibuat dengan baik
b.    Pernyataan teoritis hendaknya tidak memiliki pertentangan-pertentangan logis
c.    Pernyataan teoritis dapat memuat konsep-konsep primitif (belum didefinisikan) dan asumsi yang didefinisikan hendaknya independen.
d.   Pernyataan teoritis hendaknya komprehensif
e.    Pernyataan teoritis hendaknya tidak  memuat konsep-konsep yang memiliki ketidakjelasan maksud dan ketidakjelasan perluasan.
f.     Pernyataan teoritis dari berbagai disiplin hendaknya mengacu pada satu kumpulan fenomena yang sama
g.    Pernyataan teoritis hendaknya melibatkan korespondensi masing-masing simbol dengan artinya.
h.    Pernyataan teoritis hendaknya memiliki keterdalaman (keterwakilan)
i.      Pernyataan teoritis hendaknya dapat diuji secara empiris.
j.      Pernyataan teoritis hendaknya tidak terlalu rumit (kesederhanaan metodologi).
k.    Pernyataan teoritis hendaknya dapat dikonfirmasi.
l.      Pernyataan teoritis hendaknya original.
m.  Pernyataan teoritis hendaknya konsisten.
n.    Pernyataan teoritis hendaknya memiliki kekuatan untuk menyatukan.
o.    Pernyataan teoritis hendaknya mampu menghasilkan ide-ide riset yang baru.
p.    Pernyataan teoritis hendaknya fleksibel dan memilik stabilitas.
4.      Teori Umum vs Teori Menengah Mengenai Akuntansi
Suatu teori didefinisikan sebagai suatu gagasan, definisi, dan usulan yg saling bergantung satu sama lain, yang menyajikan suatu pandangan yang matematis dari suatu fenomena yangg menyatakan hubungan-hubungan  antar variabel dengan maksud untuk meramalkan fenomena tersebut. Harus disadari bahwa saat ini belum ada teori akuntansi yang komprehensif. Namun hal itu tidak berarti bahwa tidak ada upaya untuk mengembangkan teori umum semacam itu.
Teori akuntansi menengah  didefinisikan Robert Merton sebagai teori yang ada pada hipotesis-hipotesis minor namun sangat banyak dikembangkan selama riset. Teori akuntansi menengah diakibatkan oleh adanya perbedaaan yang terjadi antar peneliti bagaimana mengartikan baik ‘pengguna’ dari data akuntansi maupun ‘lingkungan’ dimana para pengguna dan pembuat data akuntansi seharusnya bertingkah laku.
Dari perbedaan-perbedaan ini, sehingga mengarahkan Komite Konsep dan Standar untuk Laporan Keuangan Eksternal (Comitee Concepts and Standards for External Financial Report) dari American Accounting Association untuk menarik kesimpulan bahwa.
·      Tidak ada satu pun teori akuntansi keuangan yang cukup luas untuk mencakup seluruh jajaran spesifikasi dari pengguna linkungan secara efektif.
·      Yang tercantum dalam literatur akuntansi keuangan bukanlah suatu teori akuntansi, melainkan sekumpulan teori yang yang dapat diatur sesuai dengan perbedaan yang terdapat dalam spesifikasi dari pengguna lingkungan.

B.       Pemikiran Mengenai Konsep
1.    Hakikat dan Pentingnya Konsep
Konsep secara fundamental adalah sesuatu yang penting dalam akuntansi maupun dalam ilmu-ilmu yang lain. Pengetahuan ilmiah adalah sepenuhnya konseptual yang terdiri atas sistem- sistem konsep yang saling berhubungan dengan cara yang berbeda. Dan konsep dapat didefinisikan sebagai unit-unit utama dari suatu teori, dan pembuatan teori yang baik mengandung artian pembentukan konsep yang baik pula.
2.    Validitas Konsep
Meskipun banyak konsep keuangan dalam akuntansi telah didefinisikan dengan cukup baik, hanya sedikit diantaranya yang telah divalidasi. Validasi dari suatu konsep pada kenyataannya penting untuk penerimaannya sebagai suatu konsep yang bermanfaat sehingga dapat dimasukkan ke dalam suatu teori tertentu.
Zalman dan rekan-rekannya memberikan daftar lengkap mengenai jenis validitas konsepn yang terdapat dalam literatur konsep.
a.    Validitas observasional
Yaitu tingkat sampai dimana konsep dapat disederhanakan oleh observasi.
b.    Validitas isi
Yaitu tingkat sampai dimana suatu operasionalisasi mencerminkan konsep yang akan dibuat generalisasinya.
c.    Validitas kriteria
Yaitu tingkat sampai dimana konsep yang sedang dinilai dapat meramalkan nilai dari beberapa konsep lain yang memenuhi kriteria.
·      Validitas prediktif (kriteria yang diukur memiliki waktu yang terpisah dari konsep prediktor)
·      Validitas konkuren atau bersamaan (konsep kriteria dan konsep prediktor diukur dalam waktu yang sama)
d.   Validitas gagasan
Yaitu tingkat sampai dimana operasionalisasi mengukur konsep yang seharusnya ia ukur.
·      Validitas konvergen (korelasi dua percobaan untuk mengukur konsep melalui metode yang berbeda)
·      Validitas diskriminan (sejauh mana perbedaan konsep dengan yang lain)
·      Validitas nomologi (sejauh mana suatu prediksi yang didasarkan pada konsep dapat diukur oleh instrumen yang dapat dikonfirmasikan)
e.    Validitas sistemik
Yaitu tingkat sampai dimana konsep memungkinkan adanya integrasi dari konsep-konsep yang sebelumnya tidak berhubungan.
f.     Validitas semantik
Yaitu tingkat sampai dimana konsep memiliki penggunaan semantik yang seragam.
g.    Validitas pengendalian
Yaitu tingkat sampai dimana konsep dapat dimanipulasi dan mampu mempengaruhi variabel lain yang berpengaruh.

C.      Menangani Hipotesis
1.    Dari Dalil ke Hipotesis
Dalil dalam suatu teori menetapkan hubungan antara konsep-konsep dalam teori tersebut. Ia ditunjukkan oleh sebuah kalimat. Secara umum ciri-cirinya adalah (1) angka dan tingkat predikat, yaitu unit sintaksis yang menyatakan tindakan yang telah dilakukan oleh atau berdasarkan kondisi yang dapat dikaitkan dengan subjek dari kalimat, (2) tingkat dari keumuman, yaitu lingkungan dari wacana yang diberikan.
Dalil dapat menjadi hipotesis jika mereka mengacu kepada fakta-fakta yang tidak berpengalaman dan pada waktu yang bersamaan dapat diperbaruhi berdasarkan atas pengetahuan yang baru diperoleh. Sifat dari pengujian bergantung apakah dalil bersifat analitis yaitu hanya dapat dinyatakan benar atau salah secara logis atau apakah dalil sintesis yaitu yang memiliki signifikasi empiris dapat menjadi subjek dari suatu ujian empiris.
2.    Konfirmasi atas Hipotesis
Pernyataan apakah akuntansi suatu ilmu(sains) belum mendapat jawaban yang memadai. Suatu definisi ilmu yang baik yang dikatakan oleh Robert Buzzell sebagai berikut:
Suatu isi pengetahuan yang terklasifikasi dan sistematis yang diorganisasikan di sekitar satu atau lebih teori pusat dan sejumlah prinsip-prinsip dasar biasanya dinyatakan dalam bentuk kuantitatif pengetahuan yang memungkinkan dilakukannya prediksi dan dalam kondisi tertentu, pengendalian atas peristiwa di masa depan.

Akuntansi memenuhi kriteria tersebut,ia memiliki subjek masalah yang jelas dan mencakup keseragaman dan keteraturan yang menjadi dasar dan kondusif bagi hubungan empiris, generalisasi,otoritatif, konsep-konsep, prinsip, hukum dan teori. Karenanya terdapat suatu metodelogi yang diterima umum oleh seluruh ilmu pengetahuan untuk membenarkan suatu pengetahuan. Metodologi tersebut terletak dalam penentuan apakah suatu nilai kebenaran dapat secara prinsip ditempatkan sebagai hipotesis yaitu apakah ia dapat disanggah,dikonfirmasikan, dibuktikan kesalahannya atau diverivikasi.
Ada hipotesis yang bisa tidak sepenuhnya dapat dikonfirmasi atau dapat disanggah, yaitu yang muncul dari hukum-hukum statistika atau tendensius yaitu pernyataan yang menyatakan suatu hubungan statistika yang”ditentukan dengan longgar”antara suatu fenomena dengan sejumlah besar variabel. Hipotesis akuntansi masuk dalam kategori ini yang menjadikan mereka tidak sepenuhnya dikonfimasikan ataupun disanggah.
3.    Hakikat dari Penjelasan
Ernst Nagel menyatakan bahwa tujuan khusus dari suatu usaha ilmiah adalah memberikan penjelasan yang sistematis dan didukung secara tanggungjawab. Syarat model penjelasan:
a.    Model penjelasan harus bagaimana pun caranya menunjukkan bahwa fenomena yang akan dijelaskan adalah telah diekspektasikan mengingat kondisi-kondisi yang ada.
b.    Penjelasan ilmiah harus dapat diuji secara empiris.
Model deduktif-nomologi disebut juga hipotesis-deduktif. Model probabilistik berbeda dari model deduktif-nomologi dengan mengandalkan pada probabilistik daripada mempelajari suatau hukum universal. Penjelasan probabilistik lebih lemah daripada penjelasan eduktif. Model probabilistik memiliki struktur.
·      Model fungsional atau teleologi-penjelasan menjawab pertanyaan mengapa atas suatu fenomena dengan mengacu kepada fungsi-fungsi tertentu dari fenomena tersebut.
·      Model genetik-penjelasan menjawab pertanyaan mengapa atas suatu fenomena dengan mengacu kepada suatu kondisi sebelumnya atau suatu urutan dari kondisi-kondisi sebelumnya.
·      Model pola menjawab pertanyaan mengapa dengan mencocokkan suatu fenomena ke dalam pola yang diketahui.
·      Model peristiwa-peristiwa individual menjawab pertanyaan mengapa atas suatu fenomena dengan mengacu kepada penjelasan yang individual sebagai penjelasnya.
·      Model empiris menjawab pertanyaan mengapa dengan tidak mengacu kepada peritiwa individual namun kepada generalisasi yang menggolongkan dan secara induktif menggeneralisasi temuan yang ada.
4.    Hakikat dari Prediksi
Apakah hubungan antara penjelasan dengan prediksi? Hempel menjawab pertanyaan ini dari segi tesis identitas struktural atau simetri struktural: (1) setiap penjelasan yang memadai adalah suatu potensi prediksi, dan (2) setiap prediksi yang memadai adalah suatu potensi penjelasan. Predisksi sebagai suatu kasus dari penjelaan. Meraka menyarankan agar strukutur formal dari penjelasan berlaku pula pada prediksi dengan sedikit modifikasi.

D.      Konteks Penemuan
Prosedur yang harus digunakan untuk menghasilkan generalisasi, hukum, atau teori-teori impiris yaitu:
1.      Mimpi
2.      Eureka
3.      Pendekatan deduktif
4.      Pendekatan induktif
Usulan-usulan akuntansi yang dihasilkan dari kesimpulan induksi secara tidak langsung berarti teknik-teknik akuntansi khusus namun dengan kemungkinan yang lebih atau kurang tinggi, sedangkan usulan-usulan akuntansi yang dihasilkan dari kesimpulan deduktif mengarah kepada teknik-teknik akuntansi khusus dengan pasti.



DAFTAR RUJUKAN

Riahi, Ahmed & Belkaoui. 2011. Teori Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
http;// Contoh Kasus Creative Accounting _ Purnama110393's Blog.htm









TUGAS TEORI AKUNTANSI

Bab 2
(akuntansi yang dirancang)

BAB 3
(Elemen dan struktur teori akuntansi)










AKUNTANSI YANG DIRANCANG
(SUB BAB HAKIKAT DAN PENGGUNAAN AKUNTANSI)



Makalah untuk memenuhi tugas matakuliah Teori Akuntansi
yang dibina oleh H. Eka Ananta Sidharta, S.E., M.M.Ak.




oleh
ASHFA EL FAJRIYYA H.A          120422403180
SUTRIA KUMALASARI               120422403192           



Description: D:\Materi Kuliah\Logo UM\download (4) copy.png





UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
September 2014

AKUNTANSI YANG DIRANCANG

A.    Hipotesis Salah Saji Keuangan secara Selektif
1.      Materi
Hipotesis salah saji keuangan secara selektif diasumsikan melintas kedua sektor publik dan pribadi karena para partisipan di kedua sektor tersebut dimotivasi untuk mendukung standart-standart yang secara selektif membuat salah saji dari realitas ekonomi ketika hal tersebut sesuai dengan tujuan mereka. Ini berlaku untuk manajer, pemegang saham, auditor, dan para penyusun standart. Situasi ini menuntut adanya suatu perubahan dengan mengisolasi proses penentuan standart dari jangkauan regulator. Revsine mengusulkan proses empat langkah berikut:
a.    Mendidik publik
b.    Memperbaiki proses pemilihan dan pengawasan para penyusun standar
c.    Menetapkan peraturan pendanaan baru dan
d.   Menciptakan independensi bagi para penyusun standart
2.      Studi Kasus
Pada tahun 2002 ditemukan penggelembungan laba bersih pada laporan keuangan PT. Kimia Farma tahun buku 2001. Hal tersebut berawal dari temuan akuntan publik Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM) soal ketidakwajaran dalam laporan keuangan kurun semester I tahun 2001. Mark up itu senilai Rp 32,7 M, karena dalam laporan keuangan yang seharusnya laba Rp 99,6 M ditulisnya Rp 132,3 M, dengan nilai penjualan bersih Rp 1,42 T.
Untuk diketahui bahwa yang mengaudit tahun buku 2001 adalah kantor akuntan HTM itu sendiri, hanya berbeda partner. Pada tahun buku 2001 yang menjadi partner dari KAP HTM adalah Syamsul Arif, sedangkan yang menjadi partner KAP HTM dalam pengauditan semester I tahun buku 2002 adalah Ludovicus Sensi W.
Pihak PT. Kimia Farma menduga bahwa ketidakwajaran tersebut mungkin berbeda di pos inventory stock. Pihak Bapepam selaku pengawas pasar modal mengungkapkan tentang kasus PT. Kimia Farma sebagai berikut:
Dalam rangka restrukturisasi PT. Kimia Farma Tbk, Ludovicus Sensi W. selaku partner dari KAP HTM yang diberikan tugas untuk mengaudit laporan keuangan PT. Kimia Farma untuk masa lima bulan yang berakhir 31 Mei 2002, dia menemukan dan melaporkan adanya kesalahan dalam penilaian persediaan barang dan jasa dan kesalahan pencatatan penjualan untuk tahun yang berakhir per-31 Desember 2001. Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan dalam harian Kontan yang menyatakan bahwa kementrian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik pemerintah di PT. Kimia Farma setelah melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan dalam laporan keuangan pada semester I tahun 2002.
Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam diperoleh bukti sebagai berikut: Terdapat kesalahan penyajian dalam laporan keuangan PT. Kimia Farma, adapun dampak kesalahan tersebut mengakibatkan overstated laba pada laba bersih untuk tahun yang berakhir.
3.    Analisis Studi Kasus
Kesalahan penyajian laporan keuangan tentunya akan merugikan berbagai pihak. Karena laporan keuang yang seharusnya memberikan informasi yang dibutuhkan oleh para penggunanya tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
B.       Manajemen Laba
1.    Materi
Manajemen laba (earning management) yaitu suatu kemampuan untuk memanipulasi pilihan-pilihan yang tersedia dan mengambil pilihan yang tepat untuk dapat mencapai tingkat laba yang diharapkan. Schipper melihat manajemen laba sebagai suatu intervensi yang disengaja pada proses pelaporan eksternal dengan maksud untuk mendapatkan beberapa keuntungan pribadi. Schipper juga melihat manajemen laba baik dari sudut pandang ekonomi (nyata) maupun dari sudut pandang informasional.
Definisi yang dikemukakan oleh Healy dan Wahlen di atas berfokus pada penerapan pertimbangan dalam laporan keuangan. Oleh karenanya, terdapat sisi baik dan sisi buruk dari  manajemen laba: a) sisi buruknya adalah biaya yang diciptakan oleh kesalahan alokasi dari sumber-sumber daya dan, b) sisi baiknya adalah potensi peningkatan kredibilitas manajemen dalam mengkomunikasikan informasi pribadi kepada pemangku kepentingan eksternal, dan memperbaiki keputusan dalam alokasi sumber-sumber daya.
2.    Studi Kasus
Fenomena adanya praktik manajemen laba pernah terjadi di pasar modal Indonesia, khususnya pada emiten manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Contoh kasus terjadi pada PT Kimia Farma Tbk. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal, 2002), diperoleh bukti bahwa terdapat kesalahan penyajian dalam laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk., berupa kesalahan dalam penilaian persediaan barang jadi dan kesalahan pencatatan penjualan, dimana dampak kesalahan tersebut mengakibatkan overstated laba pada laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp32,7 miliar.
Kasus yang sama juga pernah terjadi pada PT Indofarma Tbk. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam terhadap PT Indofarma Tbk. (Badan Pengawas Pasar Modal, 2004), ditemukan bukti bahwa nilai barang dalam proses diniliai lebih tinggi dari nilai yang seharusnya dalam penyajian nilai persediaan barang dalam proses pada tahun buku 2001 sebesar  Rp28,87 miliar. Akibatnya penyajian terlalu tinggi (overstated) persediaan sebesar Rp28,87 miliar, harga pokok penjualan disajikan terlalu rendah (understated) sebesar Rp28,8 miliar dan laba bersih disajikan terlalu tinggi overstated dengan nilai yang sama.
Praktik manajemen laba juga terjadi di luar negeri. AAER (Accounting and Auditing Enforcement Releases), suatu Divisi di The SEC (Security and Exchange Commision), pada tahun 2000 dalam Mulford dan Comiskey (2010), menerbitkan laporan tentang beberapa kasus manajemen laba, antara lain sebagai berikut:

Praktik-praktik Manajemen Laba
No.
Perusahaan
Manajemen Laba
1.
Intile Design, Inc.
AAER No. 1259, May 23, 2000.
menilai terlalu rendah persediaan akhir agar pajak properti mengecil.
2.
System Software Associates, Inc.
AAER No. 1285, July 14, 2000.
mengakui pendapatan atas pendapatan yang tidak jelas apakah produk yang dikirim telah diterima pelanggan atau belum.
3.
ABS Industries, Inc.
AAER No. 1240, Mar 23, 2000.
membukukan penjualan tanpa adanya pesanan dari pelanggan, bahkan pada beberapa kasus produk belum selesai dibuat.
4.
Sirena Apparel, Inc.
AAER No. 1673, Sept 27, 2000.
tidak menutup pembukuan di kuartal Maret 1999 agar target penjualan periode tersebut tercapai dengan cara mengubah tanggal pada computer agar tanggal palsu tercetak di faktur.
5.
Guilford Mills, Inc.
AAER No. 1287, Mar 23, 2000.
Melakukan pembukuan palsu ke Buku Besar Hofman Laces (anak perusahaan) yang mengurangi utang dagang dan harga pokok penjualan dengan jumlah yang sama sehingga menaikkan laba.

3.    Analisis Studi Kasus
Perusahaan yang terancam melanggar perjanjian utang cenderung melakukan  manajemen laba dengan menaikkan laba dalam rangka memperbaiki posisi tawarnya saat negosiasi ulang atau sebagai upaya melakukan go public untuk mendapatkan dana segar karena kesulitan mencari dana pinjaman.
Praktik-praktik manajemen laba dapat memengaruhi relevansi penyajian laporan keuangan sehingga laporan keuangan tidak membantu bahkan dapat menyesatkan para pemakainya dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan karena penyusun laporan keuangan, dalam hal ini manajer, tidak menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya.
Manajemen laba membuat laporan keuangan tidak dapat diandalkan, menyesatkan, mengandung kesalahan material, dan bukan merupakan penyajian yang jujur dan apa adanya. Selain itu, informasi yang disajikan pada laporan keuangan diarahkan pada kepentingan pihak tertentu yang menguntungkan beberapa pihak dan dapat merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan berlawanan.

C.      Kreativitas dalam Akuntansi
1.      Materi
Kreativitas dalam akuntansi menyiratkan suatu interprestasi yang liberal atas aturan-aturan akuntansi yang memungkinkan dilakukannya pilihan sehingga dapat dihasilkan penggambaran situasi keuangan yang lebih atau kurang optimis jika dibandingkan dengan situasi nyata.
Bentuk-bentuk kreativitas dalam akuntansi ini biasanya dikenal dalam praktik dan literatur sebagai akuntansi “mandi besar”(big bath) dan akuntansi kreatif.
a.    Akuntansi mandi besar (big bath accounting) umumnya mengacu pada langkah-langkah yang diambil oleg manajemen untuk secara drastis mengurangi laba per lembar saham saat ini untuk mendapatkan peningkatan laba per lembar saham di masa depan. Seperti yang dinyatakan Healy jika pendapatan begitu rendahnya sehingga prosedur akuntansi apapun yang dipilih tetap tidak akan dapat mencapai sasaran pendapatan, para manajer mendapatkan insentif untuk semakin menurunkan pendapatan saat ini dengan menangguhkan pendapatan atau mengekselerasi penghapusan, sebuah strategi yang dikenal dengan melakukan “mandi”.
Akuntansi kreatif (creative accounting) biasanya digunakan oleh pers populer untuk mengacu pada apa yang dianggap oleh jurnalis dilakukan oleh akuntan untuk menjadikan laporan keuangan tampak lebih bagus dari yang seharusnya.
2.    Studi Kasus
Kasus creative accounting sering dihubungkan dengan Enron, sebuah perusahaan migas. Sebelum kebangkrutannya, Enron pernah dipilih oleh Fortune Magazine sebagai ‘America’s Most Innovative Company’ selama 6 tahun berturut-turut. Enron yang tadinya adalah perusahaan pembangkit tenaga listrik mulai naik daun setelah Enron mulai bermain komoditas-komoditas bandwidth telekomunikasi dan derivatives (sejenis investasi di mana hasil untung ruginya berdasarkan pergerakan dari nilai aset seperti saham, surat utang, komoditas, atau bahkan dari nilai seperti suku bunga, valas, indeks pasar saham, bahkan indeks cuaca).
Enron mulai berpaling dari bisnis tradisionalnya dan mulai berspekulasi dalam financial instruments yang mengandung resiko tinggi. Memang kesannya mereka cukup sukses untuk beberapa tahun, tapi akhirnya kenyataan dari kesuksesan (atau lebih tepatnya kegagalan) mereka mulai terlihat. Namun Enron bukan hanya inovatif dalam berbisnis, ternyata juga ‘inovatif’ dalam cara pembukuannya. Di balik kesuksesan mereka, banyak sekali hutang-hutang tersembunyi yang dipindahkan kepada anak-anak perusahaan yang tidak dikonsolidasi (tidak diperhitungkan masuk ke dalam neraca perdagangan Enron sendiri). Mereka sengaja memanfaatkan celah dalam hukum Amerika yang memperbolehkan ‘special purpose vehicles’ (suatu organisasi yang dibentuk untuk proyek khusus yang dibentuk terpisah untuk mengisolasi resiko-resiko dari proyek tersebut) yang memenuhi syarat-syarat tertentu tidak dikonsolidasi.
3.      Analisis Studi Kasus
Akuntansi kreatif merupakan eufemisme mengacu pada praktik akuntansi yang mungkin mengikuti surat aturan praktik akuntansi standar, tapi jelas menyimpang dari semangat peraturan tersebut. Tujuan-tujuan seseorang melakukan creative accounting bermacam-macam, di antaranya adalah untuk pelarian pajak, menipu bank demi mendapatkan pinjaman baru, atau mempertahankan pinjaman yang sudah diberikan oleh bank dengan syarat-syarat tertentu, mencapai target yang ditentukan oleh analisis pasar, atau mengecoh pemegang saham untuk menciptakan kesan bahwa manajemen berhasil mencapai hasil yang cemerlang.
Motivasi materialisme merupakan suatu dorongan besar manajemen dan akuntan-akuntan melakukan creative accounting. Banyak perusahaan yang terjebak masalah creative accounting mempunyai sistem ‘executive stock option plan’ bagi eksekutif-eksekutif yang mencapai target yang ditetapkan. Secara umum, para eksekutif biasanya lebih mengenal perusahaan tempat mereka bekerja dibandingkan karyawan-karyawan di bawah mereka, sehingga para eksekutif ini dapat dengan mudah memanipulasi data-data dalam laporan keuangan (financial statement) dengan motivasi memperkaya diri mereka sendiri.
Motivasi dan prilaku manusialah yang membuat creative accounting jadi ilegal atau legal, etis atau tidak etis, atau baik atau buruk.

D.      Kecurangan dalam Akuntansi
1.      Materi
Kecurangan merupakan pengelabuhan yang disengaja yang dilakukan oleh orang lain melali kebohongan dan penipuan untuk tujuan memperoleh keuntungan ekonomi, pribadi, sosial, ataupun politik yang tidak adil atas orang tersebut. Macam-macam kecurangan.
a.    Kecurangan korporat
Kejahatan ekonomi yang dilakukan oleh pejabat, eksekutif,dan atau manajer pusat laba dari perusahaaan publik untuk memenuhi kebutuhan ekonomi jangka pendek mereka.
b.    Kecurangan dalam pelaporan keuangan
Yaitu perlakuan yang di sengaja baik tindakan, atau penghilangan yang menghasilkan laporan keuangan yang secara material menyesatkan. Terdapat suatu strategi yang disengaja untuk melakukan kecurangan melalui pendistorsian informasi dan catatan-atatannya. Perilaku ini terjadi ketika para manajer memiliki tingkat kepercayaan yang rendah terhadap mampu tidaknya suatu informasi dianalisis serta dalam kemampuan pengukuran dan verivikasi data. Faktor terjadinya kecurangan pelaporan akuntansi adalah kegagalan dari institut pendidikan akuntansi dalam mengajarkan cara mendeteksi kecurangan dan pentingnya pendeteksian terhadap keseluruhan sistem pelaporan keuangan. Salah satu pengungkapan keuangan yang disyaratkan oleh program penegak kecurangan terdapat empat area:
·      Masalah likuiditas
·      Tren dan faktor operasional yang mempengaruhi laba dan rugi
·      Peningkatan yang material dalam pinjaman bermasalah harus dilaporkan oleh intitusi keuangan
·      Perusahaan tidak dapat menghindari kewajiban pengungkapannya ketika menghadapi penurunan atau kegagaln bisnis.
·      Kejahatan kerah putih
Hartung mendifinisikannya sebagai suatu pelanggaran atas hukum yang mengatur bisnis, yang dilakukan terhadap suatu perusahaan oleh perusahaan tersebut atau agen-agennya dalam [elaksanaan usahanya. Kejahatan kerah putoh belum dipersalahkan dengan bobot seperti kejahatan umumnya. Kejahatan kerah putih dapat dikenali dari lima komponen utamanya:1) maksud untuk melakukan kejahatan, 2) menyamarkan tujuan, 3) menggantungkan diri pada kenaifan korban, 4) tindakan korban secara sukarela untuk membantu pelaku kejahatan, 5) penyembunyian pelanggaran tersebut.
·         Kegagalan audit
Yaitu kegagalan audit dalam mendeteksi dan memperbaiki atau mengungkapkan penghilangan atau kesalahan saji informasi keuangan yang material. Maka kemudian tingkat kualiatas auditlah yang dapat menghindarkan terjadinya kegagalan audit. Kualitas audit (audit quality) adalah sebagai probabilitas bahwa laporan keuangan tidak memuat penghilangan ataupun kesalahan saji yang material.
Namun kegagalan audit memang terjadi dan sebagai konsekuensinya akan membuat kantor akuntan publik berhadapan dengan litigasi yang merugikan dan hilangnya reputasi, belum termasuk keputusan yang diberikan oleh pengauditan dan penyelesaian di luar persidangan.
Kegagalan bisnis dan kecurangan manajemen memainkan peranan yang sangat penting dalam terjadinya kegagalan audit, yang meminta auditor untuk mengambil sikap yang bertanggungjawab dalam pendeteksian kecurangan, karena ia dapat mempengaruhi kualitas audit, risiko audit, dan potensi terjadinya litigasi yang merugikan.
2.      Studi Kasus
WorldCom Perusahaan  telekomunikasi  terbesar  kedua  di Amerika  Serikat, mengakui  telah  Melakukan  skandal  akuntansi  yang  menyebabkan  perdagangan sahamnya  di  bursa  NASDAQ  terhenti.  Beberapa  minggu  kemudian,  WorldCom menyatakan diri bangkrut. Perusahaan telah memberi gambaran yang salah tentang kinerja perusahaan dengan  cara memalsukan milyaran  bisnis  rutin  sebagai belanja modal,  sehingga  labanya  overstated  sebesar $11 milyar pada awal 2002. Perusahaan juga meminjamkan uang lebih dari $400  juta kepada Chief Executive Officer (CEO)-nya  waktu,  Bernard  Ebbers,  untuk  menutupi  kerugian  perdagangan  pribadinya. Ironisnya  meski  di  dakwa  telah  melakukan  pemalsuan,  konspirasi  dan  laporan keuangan  yang  salah,  mantan  CEO WorldCom  tersebut  mengaku  tidak  bersalah.
3.      Analisis Studi Kasus
Praktik kecurangan dalam akuntansi ini tidak dapat dibenarkan, hal ini dapat merugikan banyak pihak.










ELEMEN DAN STUKTUR TEORI AKUNTANSI



Makalah untuk memenuhi tugas matakuliah Teori Akuntansi
yang dibina oleh H. Eka Ananta Sidharta, S.E., M.M.Ak.




oleh
ASHFA EL FAJRIYYA H.A          120422403180
SUTRIA KUMALASARI               120422403192           



Description: D:\Materi Kuliah\Logo UM\download (4) copy.png







UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
September 2014
ELEMEN DAN STUKTUR TEORI AKUNTANSI

A.      Pemikiran Mengenai Teori
1.    Jenis Struktur Teoritis
Terdapat suatu kebingungan umum anatara istilah hipotesis, hukum, dan teori.
·      Hipotesis ilmiah adalah suatu teori ilmiah jika dan hanya jika ia mengacu kepada suatu permasalahan faktual tertentu dan setiap bagian dari kumpulan tersebut adalah suatu asumsi awal.
·      Hukum menunujuk kepada suatu jenis teori tertentu, yaitu non-tunggal, non-terisolasi, mengacu pada pola, dan membenarkan sesuatu.
·      Teori menunjuk kepada suatu sistem hipotesis, dimana rumusan hukum terlihat jelas diantaranya. Jadi teori adalah suatu sistem dari rumusan hukum.
Berikut tingkatan formalisasi dari suatu teori yang menghasilkan enam jenis utama stuktur teoritis.
a.    Teori deduktif lengkap, yaitu stuktur formal yang lengkap dengan aksioma-aksioma yang dijelaskan secara penuh dan lengkap.
b.    Prapengandaian siatematis, berisi formulasi-formulasi yang mengandaikan sebelumnya isi dari teori.
c.    Teori kuasi-deduktif, yaitu teori yang menggunakan logika induktif dan merupakan deduktif kuasi (seolah-olah).
d.   Percobaan-percobaan teoritis, yaitu sistem yang dapat tanpa modifikasi yang signifikan pada konsep, dapat dibuat paling tidak sebagian unttuk menjadi stuktur formal.
e.    Teori yang saling berhubungan, yaitu teori yang hukum-hukum komponennya saling berhubungan sehingga membentuk konfigurasi atau pola yang dapat diidentifikasi.
f.     Teori hierarki, yaitu teori yang hukum-hukum komponennya disajikan sebagai deduksi-deduksi dari satu kumpulan kecil prinsip-prinsip dasar.


2.      Fungsi dan Struktur Teori
John Harvard dan Sheth Jagdish mengklasifikasikan fungsi menjadi empat kategori.
a.    Fungsi deskriptif, mencakup penggunaan gagasan atau konsep & hubungan yang dimiliki untuk memberikan penjelasan terbaik atas fenomena.
b.    Fungsi pembatasan, mencakup kumpulan peristiwa favorit yang harus dijelaskan dan memberikan suatu arti atas abstraksi yang diformulasikan dari tahapan deskriptif tersebut.
c.    Fungsi generatif, kemampuan untuk menghasilkan suatu hipotesis yang dapat diuji
d.   Fungsi integrative, kemampuan untuk menyajikan secara koheren dan konsisten, integrasi dari berbagai konsep dan hubungan dalam suatu teori.
Tingkat abstaksi (level of abstraction) adalah penyederhanaan dan generalisasi konsep dan hubungan untuk menghilangkan fitur-fitur yang kurang relevan dalam menjelaskan suatu fenomena. Abstraksi memberikan keunggulan ketika semakin tinggi tingkat abstraksinya, maka semakin tinggi generalisasi dalam teori.
Permasalahan mengenai realisme versus idealisme (realism versus idealism) mencerminkan dilema yang dihadapi oleh peneliti. Para realis berpikir bahwa dunia memberikan mereka satu struktur yang harus mereka temukan. Dan para idealis meyakini bahwa tidak terdapat dunia realitas dan bahwa riset yang dilakukan adalah untuk menciptakan struktur dan bukan menemukannya.
Permasalahan mengenai objektivitas versus subjektivitas (objectivisim versus subjectivisim) mencerminkan dilema yang dihadapi para peneliti mengenai suatu konsep. Objektivitas adalah memandang sesuatu dalam arti umum, sedang subjektivitas adalah memandang sesuatu secara pribadi.
Permasalahan mengenai intropeksi versus ekstropeksi (instropection versus extropection) mencerminkan dilema yang dihadapi mengenai bagaimana memformulasikan teori. Memformulasikan teori secara intropeksi yaitu dari sudut pandang objek yang menjadi studi. Sedangkan secara ekstropeksi yaitu dari sudut pandang peneliti sebagai pengamat.
3.      Evaluasi Teori
Suatu teori dievaluasi untuk membuktikan kecukupan dari teori yang diungkapkan. Karl Popper mengusulkan kriteri-kriteria evaluasi, yaitu konsistensi internal, bentuk logis perbandingan dengan teori-teori lain, dan uji empiris. Dari 70 kriteria teori yg “baik”, S.C. Dodd memilih 24 kriteria evaluasi yang paling relevan disusun dengan urutan yang paling penting.
a.    Dapat diverivikasi             
b.    Dapat diprediksi                
c.    Konsisten                           
d.   Andal                                 
e.    Akurat                               
f.     Umum                                
g.    Utilitas                               
h.    Penting                              
i.      Multi penerapan                 
j.      Memiliki satu arti               
k.    Dapat dikendalikan
l.      Dapat distandarkan
m.  Sinergi
n.    Kehematan
o.    Kesederhanaan
p.    Stabilitas
q.    Keseringan
r.     Kemampuan untuk diterjemahkan
s.     Kelangsungan
t.     Ketahanan
u.    Pengenalan
v.    Kepopuleran
w.  Kemanjuran
x.    Densitas
Terdapat pengelompokan Bunge untuk mengembangkan 16 kriteria evaluasi teori. Pada dasarnya.
a.    Pernyataan teoritis hendaknya dibuat dengan baik
b.    Pernyataan teoritis hendaknya tidak memiliki pertentangan-pertentangan logis
c.    Pernyataan teoritis dapat memuat konsep-konsep primitif (belum didefinisikan) dan asumsi yang didefinisikan hendaknya independen.
d.   Pernyataan teoritis hendaknya komprehensif
e.    Pernyataan teoritis hendaknya tidak  memuat konsep-konsep yang memiliki ketidakjelasan maksud dan ketidakjelasan perluasan.
f.     Pernyataan teoritis dari berbagai disiplin hendaknya mengacu pada satu kumpulan fenomena yang sama
g.    Pernyataan teoritis hendaknya melibatkan korespondensi masing-masing simbol dengan artinya.
h.    Pernyataan teoritis hendaknya memiliki keterdalaman (keterwakilan)
i.      Pernyataan teoritis hendaknya dapat diuji secara empiris.
j.      Pernyataan teoritis hendaknya tidak terlalu rumit (kesederhanaan metodologi).
k.    Pernyataan teoritis hendaknya dapat dikonfirmasi.
l.      Pernyataan teoritis hendaknya original.
m.  Pernyataan teoritis hendaknya konsisten.
n.    Pernyataan teoritis hendaknya memiliki kekuatan untuk menyatukan.
o.    Pernyataan teoritis hendaknya mampu menghasilkan ide-ide riset yang baru.
p.    Pernyataan teoritis hendaknya fleksibel dan memilik stabilitas.
4.      Teori Umum vs Teori Menengah Mengenai Akuntansi
Suatu teori didefinisikan sebagai suatu gagasan, definisi, dan usulan yg saling bergantung satu sama lain, yang menyajikan suatu pandangan yang matematis dari suatu fenomena yangg menyatakan hubungan-hubungan  antar variabel dengan maksud untuk meramalkan fenomena tersebut. Harus disadari bahwa saat ini belum ada teori akuntansi yang komprehensif. Namun hal itu tidak berarti bahwa tidak ada upaya untuk mengembangkan teori umum semacam itu.
Teori akuntansi menengah  didefinisikan Robert Merton sebagai teori yang ada pada hipotesis-hipotesis minor namun sangat banyak dikembangkan selama riset. Teori akuntansi menengah diakibatkan oleh adanya perbedaaan yang terjadi antar peneliti bagaimana mengartikan baik ‘pengguna’ dari data akuntansi maupun ‘lingkungan’ dimana para pengguna dan pembuat data akuntansi seharusnya bertingkah laku.
Dari perbedaan-perbedaan ini, sehingga mengarahkan Komite Konsep dan Standar untuk Laporan Keuangan Eksternal (Comitee Concepts and Standards for External Financial Report) dari American Accounting Association untuk menarik kesimpulan bahwa.
·      Tidak ada satu pun teori akuntansi keuangan yang cukup luas untuk mencakup seluruh jajaran spesifikasi dari pengguna linkungan secara efektif.
·      Yang tercantum dalam literatur akuntansi keuangan bukanlah suatu teori akuntansi, melainkan sekumpulan teori yang yang dapat diatur sesuai dengan perbedaan yang terdapat dalam spesifikasi dari pengguna lingkungan.

B.       Pemikiran Mengenai Konsep
1.    Hakikat dan Pentingnya Konsep
Konsep secara fundamental adalah sesuatu yang penting dalam akuntansi maupun dalam ilmu-ilmu yang lain. Pengetahuan ilmiah adalah sepenuhnya konseptual yang terdiri atas sistem- sistem konsep yang saling berhubungan dengan cara yang berbeda. Dan konsep dapat didefinisikan sebagai unit-unit utama dari suatu teori, dan pembuatan teori yang baik mengandung artian pembentukan konsep yang baik pula.
2.    Validitas Konsep
Meskipun banyak konsep keuangan dalam akuntansi telah didefinisikan dengan cukup baik, hanya sedikit diantaranya yang telah divalidasi. Validasi dari suatu konsep pada kenyataannya penting untuk penerimaannya sebagai suatu konsep yang bermanfaat sehingga dapat dimasukkan ke dalam suatu teori tertentu.
Zalman dan rekan-rekannya memberikan daftar lengkap mengenai jenis validitas konsepn yang terdapat dalam literatur konsep.
a.    Validitas observasional
Yaitu tingkat sampai dimana konsep dapat disederhanakan oleh observasi.
b.    Validitas isi
Yaitu tingkat sampai dimana suatu operasionalisasi mencerminkan konsep yang akan dibuat generalisasinya.
c.    Validitas kriteria
Yaitu tingkat sampai dimana konsep yang sedang dinilai dapat meramalkan nilai dari beberapa konsep lain yang memenuhi kriteria.
·      Validitas prediktif (kriteria yang diukur memiliki waktu yang terpisah dari konsep prediktor)
·      Validitas konkuren atau bersamaan (konsep kriteria dan konsep prediktor diukur dalam waktu yang sama)
d.   Validitas gagasan
Yaitu tingkat sampai dimana operasionalisasi mengukur konsep yang seharusnya ia ukur.
·      Validitas konvergen (korelasi dua percobaan untuk mengukur konsep melalui metode yang berbeda)
·      Validitas diskriminan (sejauh mana perbedaan konsep dengan yang lain)
·      Validitas nomologi (sejauh mana suatu prediksi yang didasarkan pada konsep dapat diukur oleh instrumen yang dapat dikonfirmasikan)
e.    Validitas sistemik
Yaitu tingkat sampai dimana konsep memungkinkan adanya integrasi dari konsep-konsep yang sebelumnya tidak berhubungan.
f.     Validitas semantik
Yaitu tingkat sampai dimana konsep memiliki penggunaan semantik yang seragam.
g.    Validitas pengendalian
Yaitu tingkat sampai dimana konsep dapat dimanipulasi dan mampu mempengaruhi variabel lain yang berpengaruh.

C.      Menangani Hipotesis
1.    Dari Dalil ke Hipotesis
Dalil dalam suatu teori menetapkan hubungan antara konsep-konsep dalam teori tersebut. Ia ditunjukkan oleh sebuah kalimat. Secara umum ciri-cirinya adalah (1) angka dan tingkat predikat, yaitu unit sintaksis yang menyatakan tindakan yang telah dilakukan oleh atau berdasarkan kondisi yang dapat dikaitkan dengan subjek dari kalimat, (2) tingkat dari keumuman, yaitu lingkungan dari wacana yang diberikan.
Dalil dapat menjadi hipotesis jika mereka mengacu kepada fakta-fakta yang tidak berpengalaman dan pada waktu yang bersamaan dapat diperbaruhi berdasarkan atas pengetahuan yang baru diperoleh. Sifat dari pengujian bergantung apakah dalil bersifat analitis yaitu hanya dapat dinyatakan benar atau salah secara logis atau apakah dalil sintesis yaitu yang memiliki signifikasi empiris dapat menjadi subjek dari suatu ujian empiris.
2.    Konfirmasi atas Hipotesis
Pernyataan apakah akuntansi suatu ilmu(sains) belum mendapat jawaban yang memadai. Suatu definisi ilmu yang baik yang dikatakan oleh Robert Buzzell sebagai berikut:
Suatu isi pengetahuan yang terklasifikasi dan sistematis yang diorganisasikan di sekitar satu atau lebih teori pusat dan sejumlah prinsip-prinsip dasar biasanya dinyatakan dalam bentuk kuantitatif pengetahuan yang memungkinkan dilakukannya prediksi dan dalam kondisi tertentu, pengendalian atas peristiwa di masa depan.

Akuntansi memenuhi kriteria tersebut,ia memiliki subjek masalah yang jelas dan mencakup keseragaman dan keteraturan yang menjadi dasar dan kondusif bagi hubungan empiris, generalisasi,otoritatif, konsep-konsep, prinsip, hukum dan teori. Karenanya terdapat suatu metodelogi yang diterima umum oleh seluruh ilmu pengetahuan untuk membenarkan suatu pengetahuan. Metodologi tersebut terletak dalam penentuan apakah suatu nilai kebenaran dapat secara prinsip ditempatkan sebagai hipotesis yaitu apakah ia dapat disanggah,dikonfirmasikan, dibuktikan kesalahannya atau diverivikasi.
Ada hipotesis yang bisa tidak sepenuhnya dapat dikonfirmasi atau dapat disanggah, yaitu yang muncul dari hukum-hukum statistika atau tendensius yaitu pernyataan yang menyatakan suatu hubungan statistika yang”ditentukan dengan longgar”antara suatu fenomena dengan sejumlah besar variabel. Hipotesis akuntansi masuk dalam kategori ini yang menjadikan mereka tidak sepenuhnya dikonfimasikan ataupun disanggah.
3.    Hakikat dari Penjelasan
Ernst Nagel menyatakan bahwa tujuan khusus dari suatu usaha ilmiah adalah memberikan penjelasan yang sistematis dan didukung secara tanggungjawab. Syarat model penjelasan:
a.    Model penjelasan harus bagaimana pun caranya menunjukkan bahwa fenomena yang akan dijelaskan adalah telah diekspektasikan mengingat kondisi-kondisi yang ada.
b.    Penjelasan ilmiah harus dapat diuji secara empiris.
Model deduktif-nomologi disebut juga hipotesis-deduktif. Model probabilistik berbeda dari model deduktif-nomologi dengan mengandalkan pada probabilistik daripada mempelajari suatau hukum universal. Penjelasan probabilistik lebih lemah daripada penjelasan eduktif. Model probabilistik memiliki struktur.
·      Model fungsional atau teleologi-penjelasan menjawab pertanyaan mengapa atas suatu fenomena dengan mengacu kepada fungsi-fungsi tertentu dari fenomena tersebut.
·      Model genetik-penjelasan menjawab pertanyaan mengapa atas suatu fenomena dengan mengacu kepada suatu kondisi sebelumnya atau suatu urutan dari kondisi-kondisi sebelumnya.
·      Model pola menjawab pertanyaan mengapa dengan mencocokkan suatu fenomena ke dalam pola yang diketahui.
·      Model peristiwa-peristiwa individual menjawab pertanyaan mengapa atas suatu fenomena dengan mengacu kepada penjelasan yang individual sebagai penjelasnya.
·      Model empiris menjawab pertanyaan mengapa dengan tidak mengacu kepada peritiwa individual namun kepada generalisasi yang menggolongkan dan secara induktif menggeneralisasi temuan yang ada.
4.    Hakikat dari Prediksi
Apakah hubungan antara penjelasan dengan prediksi? Hempel menjawab pertanyaan ini dari segi tesis identitas struktural atau simetri struktural: (1) setiap penjelasan yang memadai adalah suatu potensi prediksi, dan (2) setiap prediksi yang memadai adalah suatu potensi penjelasan. Predisksi sebagai suatu kasus dari penjelaan. Meraka menyarankan agar strukutur formal dari penjelasan berlaku pula pada prediksi dengan sedikit modifikasi.

D.      Konteks Penemuan
Prosedur yang harus digunakan untuk menghasilkan generalisasi, hukum, atau teori-teori impiris yaitu:
1.      Mimpi
2.      Eureka
3.      Pendekatan deduktif
4.      Pendekatan induktif
Usulan-usulan akuntansi yang dihasilkan dari kesimpulan induksi secara tidak langsung berarti teknik-teknik akuntansi khusus namun dengan kemungkinan yang lebih atau kurang tinggi, sedangkan usulan-usulan akuntansi yang dihasilkan dari kesimpulan deduktif mengarah kepada teknik-teknik akuntansi khusus dengan pasti.



DAFTAR RUJUKAN

Riahi, Ahmed & Belkaoui. 2011. Teori Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
http;// Contoh Kasus Creative Accounting _ Purnama110393's Blog.htm




Tidak ada komentar:

Posting Komentar