TUGAS TEORI
AKUNTANSI
Bab 2
(akuntansi
yang dirancang)
BAB 3
(Elemen dan
struktur teori akuntansi)
AKUNTANSI YANG
DIRANCANG
(SUB BAB HAKIKAT
DAN PENGGUNAAN AKUNTANSI)
Makalah
untuk memenuhi tugas matakuliah Teori
Akuntansi
yang dibina oleh H. Eka Ananta Sidharta,
S.E., M.M.Ak.
oleh
ASHFA EL FAJRIYYA H.A 120422403180
SUTRIA
KUMALASARI 120422403192
UNIVERSITAS NEGERI
MALANG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
September
2014
AKUNTANSI YANG
DIRANCANG
A. Hipotesis Salah Saji Keuangan
secara Selektif
1. Materi
Hipotesis
salah saji keuangan secara selektif diasumsikan melintas kedua sektor publik
dan pribadi karena para partisipan di kedua sektor tersebut dimotivasi untuk
mendukung standart-standart yang secara selektif membuat salah saji dari
realitas ekonomi ketika hal tersebut sesuai dengan tujuan mereka. Ini berlaku
untuk manajer, pemegang saham, auditor, dan para penyusun standart. Situasi ini
menuntut adanya suatu perubahan dengan mengisolasi proses penentuan standart
dari jangkauan regulator. Revsine mengusulkan proses empat langkah berikut:
a.
Mendidik publik
b.
Memperbaiki proses pemilihan dan
pengawasan para penyusun standar
c.
Menetapkan peraturan pendanaan baru dan
d.
Menciptakan independensi bagi para
penyusun standart
2. Studi Kasus
Pada
tahun 2002 ditemukan penggelembungan laba bersih pada laporan keuangan PT.
Kimia Farma tahun buku 2001. Hal
tersebut berawal dari temuan akuntan publik Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM)
soal ketidakwajaran dalam laporan keuangan kurun semester I tahun 2001. Mark up itu senilai Rp 32,7 M, karena
dalam laporan keuangan yang seharusnya laba Rp 99,6 M ditulisnya Rp 132,3 M, dengan nilai
penjualan bersih Rp 1,42 T.
Untuk
diketahui bahwa yang mengaudit tahun buku 2001 adalah kantor akuntan HTM itu sendiri,
hanya berbeda partner. Pada
tahun buku 2001 yang menjadi partner dari KAP HTM adalah Syamsul Arif,
sedangkan yang menjadi partner KAP HTM dalam pengauditan semester I tahun buku
2002 adalah Ludovicus Sensi W.
Pihak PT. Kimia Farma
menduga bahwa ketidakwajaran tersebut mungkin berbeda di pos inventory stock. Pihak Bapepam selaku
pengawas pasar modal mengungkapkan tentang kasus PT. Kimia Farma sebagai berikut:
Dalam
rangka restrukturisasi PT. Kimia
Farma Tbk, Ludovicus Sensi W. selaku partner dari
KAP HTM yang diberikan tugas untuk mengaudit laporan keuangan PT. Kimia Farma
untuk masa lima bulan yang berakhir 31 Mei 2002, dia menemukan dan melaporkan adanya
kesalahan dalam penilaian persediaan barang dan jasa dan kesalahan pencatatan
penjualan untuk tahun yang berakhir per-31 Desember 2001. Selanjutnya diikuti
dengan pemberitaan dalam harian Kontan yang menyatakan bahwa kementrian BUMN
memutuskan penghentian proses divestasi saham milik pemerintah di PT. Kimia
Farma setelah melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan dalam laporan
keuangan pada semester I tahun 2002.
Berdasarkan
hasil pemeriksaan Bapepam diperoleh bukti sebagai berikut: Terdapat kesalahan
penyajian dalam laporan keuangan PT. Kimia Farma, adapun dampak kesalahan
tersebut mengakibatkan overstated laba
pada laba bersih untuk tahun yang berakhir.
3. Analisis Studi Kasus
Kesalahan
penyajian laporan keuangan tentunya akan merugikan berbagai pihak. Karena laporan
keuang yang seharusnya memberikan informasi yang dibutuhkan oleh para
penggunanya tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
B. Manajemen Laba
1. Materi
Manajemen laba (earning management) yaitu suatu kemampuan untuk memanipulasi pilihan-pilihan
yang tersedia dan mengambil pilihan yang tepat untuk dapat mencapai tingkat
laba yang diharapkan. Schipper melihat manajemen laba sebagai suatu intervensi
yang disengaja pada proses pelaporan eksternal dengan maksud untuk mendapatkan
beberapa keuntungan pribadi. Schipper juga melihat manajemen laba baik dari
sudut pandang ekonomi (nyata) maupun dari sudut pandang informasional.
Definisi yang dikemukakan oleh
Healy dan Wahlen di atas berfokus pada penerapan pertimbangan dalam laporan
keuangan. Oleh karenanya, terdapat sisi baik dan sisi buruk dari manajemen laba: a) sisi buruknya adalah biaya
yang diciptakan oleh kesalahan alokasi dari sumber-sumber daya dan, b) sisi
baiknya adalah potensi peningkatan kredibilitas manajemen dalam
mengkomunikasikan informasi pribadi kepada pemangku kepentingan eksternal, dan
memperbaiki keputusan dalam alokasi sumber-sumber daya.
2. Studi Kasus
Fenomena adanya praktik manajemen laba pernah terjadi di pasar modal
Indonesia, khususnya pada emiten manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Contoh kasus
terjadi pada PT Kimia Farma Tbk. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam (Badan
Pengawas Pasar Modal, 2002), diperoleh bukti bahwa terdapat kesalahan penyajian
dalam laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk., berupa kesalahan dalam penilaian
persediaan barang jadi dan kesalahan pencatatan penjualan, dimana dampak
kesalahan tersebut mengakibatkan overstated laba pada laba bersih untuk
tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp32,7 miliar.
Kasus yang sama juga pernah terjadi pada PT Indofarma Tbk. Berdasarkan
hasil pemeriksaan Bapepam terhadap PT Indofarma Tbk. (Badan Pengawas Pasar
Modal, 2004), ditemukan bukti bahwa nilai barang dalam proses diniliai lebih
tinggi dari nilai yang seharusnya dalam penyajian nilai persediaan barang dalam
proses pada tahun buku 2001 sebesar Rp28,87 miliar. Akibatnya penyajian
terlalu tinggi (overstated) persediaan sebesar Rp28,87 miliar, harga
pokok penjualan disajikan terlalu rendah (understated) sebesar
Rp28,8 miliar dan laba bersih disajikan terlalu tinggi overstated dengan
nilai yang sama.
Praktik manajemen laba juga terjadi di luar negeri. AAER (Accounting and
Auditing Enforcement Releases), suatu Divisi di The SEC (Security and
Exchange Commision), pada tahun 2000 dalam Mulford dan Comiskey (2010), menerbitkan laporan
tentang beberapa kasus manajemen laba, antara lain sebagai berikut:
Praktik-praktik Manajemen Laba
No.
|
Perusahaan
|
Manajemen Laba
|
1.
|
Intile
Design, Inc.
AAER
No. 1259, May 23, 2000.
|
menilai
terlalu rendah persediaan akhir agar pajak properti mengecil.
|
2.
|
System
Software Associates, Inc.
AAER
No. 1285, July 14, 2000.
|
mengakui
pendapatan atas pendapatan yang tidak jelas apakah produk yang dikirim telah
diterima pelanggan atau belum.
|
3.
|
ABS
Industries, Inc.
AAER
No. 1240, Mar 23, 2000.
|
membukukan
penjualan tanpa adanya pesanan dari pelanggan, bahkan pada beberapa kasus
produk belum selesai dibuat.
|
4.
|
Sirena
Apparel, Inc.
AAER
No. 1673, Sept 27, 2000.
|
tidak
menutup pembukuan di kuartal Maret 1999 agar target penjualan periode
tersebut tercapai dengan cara mengubah tanggal pada computer agar tanggal
palsu tercetak di faktur.
|
5.
|
Guilford
Mills, Inc.
AAER
No. 1287, Mar 23, 2000.
|
Melakukan
pembukuan palsu ke Buku Besar Hofman Laces (anak perusahaan) yang mengurangi
utang dagang dan harga pokok penjualan dengan jumlah yang sama sehingga
menaikkan laba.
|
3. Analisis Studi Kasus
Perusahaan yang terancam melanggar perjanjian utang cenderung melakukan
manajemen laba dengan menaikkan laba dalam rangka memperbaiki posisi
tawarnya saat negosiasi ulang atau sebagai upaya melakukan go public untuk
mendapatkan dana segar karena kesulitan mencari dana pinjaman.
Praktik-praktik manajemen laba dapat memengaruhi relevansi penyajian
laporan keuangan sehingga laporan keuangan tidak membantu bahkan dapat
menyesatkan para pemakainya dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini
atau masa depan karena penyusun laporan keuangan, dalam hal ini manajer, tidak
menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya.
Manajemen laba membuat laporan keuangan tidak dapat diandalkan,
menyesatkan, mengandung kesalahan material, dan bukan merupakan penyajian yang
jujur dan apa adanya. Selain itu, informasi yang disajikan pada laporan
keuangan diarahkan pada kepentingan pihak tertentu yang menguntungkan beberapa
pihak dan dapat merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan berlawanan.
C. Kreativitas dalam Akuntansi
1. Materi
Kreativitas
dalam akuntansi menyiratkan suatu interprestasi yang liberal atas aturan-aturan
akuntansi yang memungkinkan dilakukannya pilihan sehingga dapat dihasilkan
penggambaran situasi keuangan yang lebih atau kurang optimis jika dibandingkan
dengan situasi nyata.
Bentuk-bentuk
kreativitas dalam akuntansi ini biasanya dikenal dalam praktik dan literatur
sebagai akuntansi “mandi besar”(big bath)
dan akuntansi kreatif.
a.
Akuntansi mandi besar (big bath accounting) umumnya mengacu
pada langkah-langkah yang diambil oleg manajemen untuk secara drastis
mengurangi laba per lembar saham saat ini untuk mendapatkan peningkatan laba
per lembar saham di masa depan. Seperti yang dinyatakan Healy jika pendapatan
begitu rendahnya sehingga prosedur akuntansi apapun yang dipilih tetap tidak
akan dapat mencapai sasaran pendapatan, para manajer mendapatkan insentif untuk
semakin menurunkan pendapatan saat ini dengan menangguhkan pendapatan atau
mengekselerasi penghapusan, sebuah strategi yang dikenal dengan melakukan
“mandi”.
Akuntansi kreatif (creative accounting) biasanya digunakan
oleh pers populer untuk mengacu pada apa yang dianggap oleh jurnalis dilakukan
oleh akuntan untuk menjadikan laporan keuangan tampak lebih bagus dari yang
seharusnya.
2. Studi Kasus
Kasus creative
accounting sering dihubungkan dengan Enron, sebuah perusahaan migas.
Sebelum kebangkrutannya, Enron pernah dipilih oleh Fortune Magazine sebagai ‘America’s
Most Innovative Company’ selama 6 tahun berturut-turut. Enron yang tadinya
adalah perusahaan pembangkit tenaga listrik mulai naik daun setelah Enron mulai
bermain komoditas-komoditas bandwidth telekomunikasi dan derivatives
(sejenis investasi di mana hasil untung ruginya berdasarkan pergerakan dari
nilai aset seperti saham, surat utang, komoditas, atau bahkan dari nilai
seperti suku bunga, valas, indeks pasar saham, bahkan indeks cuaca).
Enron mulai
berpaling dari bisnis tradisionalnya dan mulai berspekulasi dalam financial
instruments yang mengandung resiko tinggi. Memang kesannya mereka cukup
sukses untuk beberapa tahun, tapi akhirnya kenyataan dari kesuksesan (atau
lebih tepatnya kegagalan) mereka mulai terlihat. Namun Enron bukan hanya inovatif
dalam berbisnis, ternyata juga ‘inovatif’ dalam cara pembukuannya. Di balik
kesuksesan mereka, banyak sekali hutang-hutang tersembunyi yang dipindahkan
kepada anak-anak perusahaan yang tidak dikonsolidasi (tidak diperhitungkan
masuk ke dalam neraca perdagangan Enron sendiri). Mereka sengaja memanfaatkan
celah dalam hukum Amerika yang memperbolehkan ‘special purpose vehicles’
(suatu organisasi yang dibentuk untuk proyek khusus yang dibentuk terpisah
untuk mengisolasi resiko-resiko dari proyek tersebut) yang memenuhi
syarat-syarat tertentu tidak dikonsolidasi.
3. Analisis Studi Kasus
Akuntansi kreatif merupakan
eufemisme mengacu pada praktik akuntansi yang mungkin mengikuti surat aturan
praktik akuntansi standar, tapi jelas menyimpang dari semangat peraturan
tersebut. Tujuan-tujuan seseorang melakukan creative accounting bermacam-macam,
di antaranya adalah untuk pelarian pajak, menipu bank demi mendapatkan pinjaman
baru, atau mempertahankan pinjaman yang sudah diberikan oleh bank dengan
syarat-syarat tertentu, mencapai target yang ditentukan oleh analisis pasar,
atau mengecoh pemegang saham untuk menciptakan kesan bahwa manajemen berhasil
mencapai hasil yang cemerlang.
Motivasi materialisme merupakan
suatu dorongan besar manajemen dan akuntan-akuntan melakukan creative
accounting. Banyak perusahaan yang terjebak masalah creative
accounting mempunyai sistem ‘executive stock option plan’ bagi
eksekutif-eksekutif yang mencapai target yang ditetapkan. Secara umum, para
eksekutif biasanya lebih mengenal perusahaan tempat mereka bekerja dibandingkan
karyawan-karyawan di bawah mereka, sehingga para eksekutif ini dapat dengan
mudah memanipulasi data-data dalam laporan keuangan (financial statement)
dengan motivasi memperkaya diri mereka sendiri.
Motivasi dan
prilaku manusialah yang membuat creative
accounting jadi ilegal atau legal, etis atau tidak etis, atau baik atau
buruk.
D. Kecurangan dalam Akuntansi
1. Materi
Kecurangan
merupakan pengelabuhan yang disengaja yang dilakukan oleh orang lain melali
kebohongan dan penipuan untuk tujuan memperoleh keuntungan ekonomi, pribadi,
sosial, ataupun politik yang tidak adil atas orang tersebut. Macam-macam
kecurangan.
a.
Kecurangan korporat
Kejahatan ekonomi yang dilakukan oleh pejabat,
eksekutif,dan atau manajer pusat laba dari perusahaaan publik untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi jangka pendek mereka.
b.
Kecurangan dalam pelaporan keuangan
Yaitu perlakuan yang di sengaja baik tindakan, atau
penghilangan yang menghasilkan laporan keuangan yang secara material
menyesatkan. Terdapat suatu strategi yang disengaja untuk melakukan kecurangan
melalui pendistorsian informasi dan catatan-atatannya. Perilaku ini terjadi
ketika para manajer memiliki tingkat kepercayaan yang rendah terhadap mampu
tidaknya suatu informasi dianalisis serta dalam kemampuan pengukuran dan
verivikasi data. Faktor terjadinya kecurangan pelaporan akuntansi adalah
kegagalan dari institut pendidikan akuntansi dalam mengajarkan cara mendeteksi
kecurangan dan pentingnya pendeteksian terhadap keseluruhan sistem pelaporan
keuangan. Salah satu pengungkapan keuangan yang disyaratkan oleh program
penegak kecurangan terdapat empat area:
· Masalah
likuiditas
· Tren
dan faktor operasional yang mempengaruhi laba dan rugi
· Peningkatan
yang material dalam pinjaman bermasalah harus dilaporkan oleh intitusi keuangan
· Perusahaan
tidak dapat menghindari kewajiban pengungkapannya ketika menghadapi penurunan
atau kegagaln bisnis.
· Kejahatan
kerah putih
Hartung mendifinisikannya sebagai
suatu pelanggaran atas hukum yang mengatur bisnis, yang dilakukan terhadap
suatu perusahaan oleh perusahaan tersebut atau agen-agennya dalam [elaksanaan
usahanya. Kejahatan kerah putoh belum dipersalahkan dengan bobot seperti
kejahatan umumnya. Kejahatan kerah putih dapat dikenali dari lima komponen
utamanya:1) maksud untuk melakukan kejahatan, 2) menyamarkan tujuan, 3)
menggantungkan diri pada kenaifan korban, 4) tindakan korban secara sukarela
untuk membantu pelaku kejahatan, 5) penyembunyian pelanggaran tersebut.
·
Kegagalan audit
Yaitu kegagalan audit dalam
mendeteksi dan memperbaiki atau mengungkapkan penghilangan atau kesalahan saji
informasi keuangan yang material. Maka kemudian tingkat kualiatas auditlah yang
dapat menghindarkan terjadinya kegagalan audit. Kualitas audit (audit quality) adalah sebagai
probabilitas bahwa laporan keuangan tidak memuat penghilangan ataupun kesalahan
saji yang material.
Namun kegagalan audit memang
terjadi dan sebagai konsekuensinya akan membuat kantor akuntan publik
berhadapan dengan litigasi yang merugikan dan hilangnya reputasi, belum
termasuk keputusan yang diberikan oleh pengauditan dan penyelesaian di luar
persidangan.
Kegagalan bisnis dan kecurangan
manajemen memainkan peranan yang sangat penting dalam terjadinya kegagalan
audit, yang meminta auditor untuk mengambil sikap yang bertanggungjawab dalam
pendeteksian kecurangan, karena ia dapat mempengaruhi kualitas audit, risiko
audit, dan potensi terjadinya litigasi yang merugikan.
2. Studi Kasus
WorldCom Perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di
Amerika Serikat, mengakui telah Melakukan
skandal akuntansi yang menyebabkan perdagangan
sahamnya di bursa NASDAQ terhenti. Beberapa
minggu kemudian, WorldCom menyatakan diri bangkrut. Perusahaan
telah memberi gambaran yang salah tentang kinerja perusahaan dengan cara
memalsukan milyaran bisnis rutin sebagai belanja modal,
sehingga labanya overstated sebesar $11 milyar pada awal
2002. Perusahaan juga meminjamkan uang lebih dari $400 juta kepada Chief
Executive Officer (CEO)-nya waktu, Bernard Ebbers,
untuk menutupi kerugian perdagangan pribadinya.
Ironisnya meski di dakwa telah melakukan
pemalsuan, konspirasi dan laporan keuangan yang
salah, mantan CEO WorldCom tersebut mengaku
tidak bersalah.
3. Analisis Studi Kasus
Praktik kecurangan dalam akuntansi
ini tidak dapat dibenarkan, hal ini dapat merugikan banyak pihak.
ELEMEN DAN STUKTUR
TEORI AKUNTANSI
Makalah
untuk memenuhi tugas matakuliah Teori
Akuntansi
yang dibina oleh H. Eka Ananta Sidharta,
S.E., M.M.Ak.
oleh
ASHFA EL FAJRIYYA H.A 120422403180
SUTRIA
KUMALASARI 120422403192
UNIVERSITAS NEGERI
MALANG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
September
2014
ELEMEN DAN STUKTUR
TEORI AKUNTANSI
A. Pemikiran Mengenai Teori
1. Jenis Struktur Teoritis
Terdapat
suatu kebingungan umum anatara istilah hipotesis, hukum, dan teori.
· Hipotesis
ilmiah adalah suatu teori ilmiah jika dan hanya jika ia mengacu kepada suatu
permasalahan faktual tertentu dan setiap bagian dari kumpulan tersebut adalah
suatu asumsi awal.
· Hukum
menunujuk kepada suatu jenis teori tertentu, yaitu non-tunggal, non-terisolasi,
mengacu pada pola, dan membenarkan sesuatu.
· Teori
menunjuk kepada suatu sistem hipotesis, dimana rumusan hukum terlihat jelas
diantaranya. Jadi teori adalah suatu sistem dari rumusan hukum.
Berikut tingkatan formalisasi dari suatu teori yang menghasilkan enam jenis utama stuktur teoritis.
a.
Teori deduktif lengkap,
yaitu
stuktur
formal yang lengkap dengan aksioma-aksioma yang dijelaskan secara penuh
dan lengkap.
b.
Prapengandaian siatematis,
berisi formulasi-formulasi yang mengandaikan sebelumnya isi dari teori.
c.
Teori kuasi-deduktif,
yaitu teori yang menggunakan logika induktif
dan merupakan deduktif kuasi (seolah-olah).
d.
Percobaan-percobaan teoritis, yaitu sistem yang dapat tanpa modifikasi yang signifikan pada konsep, dapat dibuat paling tidak sebagian
unttuk menjadi stuktur formal.
e.
Teori yang saling berhubungan, yaitu teori yang hukum-hukum komponennya saling berhubungan
sehingga membentuk
konfigurasi atau pola yang dapat diidentifikasi.
f.
Teori hierarki, yaitu teori yang
hukum-hukum komponennya disajikan sebagai deduksi-deduksi dari satu kumpulan
kecil prinsip-prinsip dasar.
2. Fungsi dan Struktur Teori
John Harvard dan Sheth Jagdish mengklasifikasikan
fungsi menjadi empat kategori.
a.
Fungsi deskriptif, mencakup
penggunaan gagasan atau konsep & hubungan yang dimiliki untuk memberikan penjelasan terbaik atas fenomena.
b.
Fungsi pembatasan, mencakup
kumpulan peristiwa favorit yang harus dijelaskan dan memberikan suatu arti atas
abstraksi yang diformulasikan dari tahapan deskriptif
tersebut.
c.
Fungsi generatif, kemampuan untuk
menghasilkan suatu hipotesis yang dapat diuji
d.
Fungsi integrative, kemampuan untuk
menyajikan secara koheren dan konsisten, integrasi dari berbagai konsep
dan hubungan dalam suatu teori.
Tingkat abstaksi (level of abstraction) adalah
penyederhanaan dan generalisasi konsep dan hubungan untuk menghilangkan
fitur-fitur yang kurang relevan dalam menjelaskan suatu fenomena. Abstraksi
memberikan keunggulan ketika semakin tinggi tingkat abstraksinya, maka semakin
tinggi generalisasi dalam teori.
Permasalahan mengenai realisme
versus idealisme (realism versus idealism)
mencerminkan dilema yang dihadapi oleh peneliti. Para realis berpikir bahwa
dunia memberikan mereka satu struktur yang harus mereka temukan. Dan para
idealis meyakini bahwa tidak terdapat dunia realitas dan bahwa riset yang
dilakukan adalah untuk menciptakan struktur dan bukan menemukannya.
Permasalahan mengenai objektivitas
versus subjektivitas (objectivisim versus
subjectivisim) mencerminkan dilema yang dihadapi para peneliti mengenai
suatu konsep. Objektivitas adalah memandang sesuatu dalam arti umum, sedang
subjektivitas adalah memandang sesuatu secara pribadi.
Permasalahan mengenai intropeksi
versus ekstropeksi (instropection versus
extropection) mencerminkan dilema yang dihadapi mengenai bagaimana
memformulasikan teori. Memformulasikan teori secara intropeksi yaitu dari sudut
pandang objek yang menjadi studi. Sedangkan secara ekstropeksi yaitu dari sudut
pandang peneliti sebagai pengamat.
3. Evaluasi Teori
Suatu
teori dievaluasi untuk membuktikan kecukupan dari teori yang diungkapkan. Karl
Popper mengusulkan kriteri-kriteria evaluasi, yaitu konsistensi internal,
bentuk logis perbandingan dengan teori-teori lain, dan uji empiris. Dari 70 kriteria teori yg “baik”, S.C. Dodd memilih 24
kriteria evaluasi yang paling relevan disusun dengan urutan yang paling penting.
a.
Dapat
diverivikasi
b.
Dapat
diprediksi
c.
Konsisten
d.
Andal
e.
Akurat
f.
Umum
g.
Utilitas
h.
Penting
i.
Multi
penerapan
j.
Memiliki
satu arti
k.
Dapat
dikendalikan
l.
Dapat
distandarkan
m. Sinergi
n.
Kehematan
o.
Kesederhanaan
p.
Stabilitas
q.
Keseringan
r.
Kemampuan untuk diterjemahkan
s.
Kelangsungan
t.
Ketahanan
u.
Pengenalan
v.
Kepopuleran
w. Kemanjuran
x.
Densitas
Terdapat pengelompokan Bunge untuk
mengembangkan 16 kriteria evaluasi teori. Pada dasarnya.
a.
Pernyataan teoritis hendaknya dibuat
dengan baik
b.
Pernyataan teoritis hendaknya tidak
memiliki pertentangan-pertentangan logis
c.
Pernyataan teoritis dapat memuat
konsep-konsep primitif (belum didefinisikan) dan asumsi yang didefinisikan
hendaknya independen.
d.
Pernyataan teoritis hendaknya
komprehensif
e.
Pernyataan teoritis hendaknya tidak memuat konsep-konsep yang memiliki ketidakjelasan
maksud dan ketidakjelasan perluasan.
f.
Pernyataan teoritis dari berbagai
disiplin hendaknya mengacu pada satu kumpulan fenomena yang sama
g.
Pernyataan teoritis hendaknya melibatkan
korespondensi masing-masing simbol dengan artinya.
h.
Pernyataan teoritis hendaknya memiliki
keterdalaman (keterwakilan)
i.
Pernyataan teoritis hendaknya dapat
diuji secara empiris.
j.
Pernyataan teoritis hendaknya tidak
terlalu rumit (kesederhanaan metodologi).
k.
Pernyataan teoritis hendaknya dapat
dikonfirmasi.
l.
Pernyataan teoritis hendaknya original.
m. Pernyataan
teoritis hendaknya konsisten.
n.
Pernyataan teoritis hendaknya memiliki
kekuatan untuk menyatukan.
o.
Pernyataan teoritis hendaknya mampu
menghasilkan ide-ide riset yang baru.
p.
Pernyataan teoritis hendaknya fleksibel
dan memilik stabilitas.
4. Teori Umum vs Teori Menengah
Mengenai Akuntansi
Suatu teori didefinisikan
sebagai suatu gagasan, definisi, dan usulan yg saling bergantung satu sama
lain, yang menyajikan suatu pandangan yang matematis dari suatu
fenomena yangg
menyatakan hubungan-hubungan antar
variabel dengan maksud untuk meramalkan fenomena tersebut.
Harus disadari bahwa saat ini belum ada teori akuntansi yang komprehensif.
Namun hal itu tidak berarti bahwa tidak ada upaya untuk mengembangkan teori
umum semacam itu.
Teori
akuntansi menengah didefinisikan Robert Merton sebagai teori yang ada pada hipotesis-hipotesis minor namun sangat banyak dikembangkan selama
riset.
Teori
akuntansi menengah
diakibatkan oleh adanya perbedaaan yang terjadi antar peneliti bagaimana
mengartikan baik ‘pengguna’ dari data akuntansi maupun ‘lingkungan’ dimana para
pengguna dan pembuat data akuntansi seharusnya bertingkah laku.
Dari
perbedaan-perbedaan ini, sehingga mengarahkan Komite Konsep dan Standar untuk
Laporan Keuangan Eksternal (Comitee Concepts
and Standards for External Financial Report) dari American Accounting Association untuk menarik kesimpulan bahwa.
· Tidak
ada satu pun teori akuntansi keuangan yang cukup luas untuk mencakup seluruh
jajaran spesifikasi dari pengguna linkungan secara efektif.
· Yang
tercantum dalam literatur akuntansi keuangan bukanlah suatu teori akuntansi,
melainkan sekumpulan teori yang yang dapat diatur sesuai dengan perbedaan yang
terdapat dalam spesifikasi dari pengguna lingkungan.
B. Pemikiran Mengenai Konsep
1. Hakikat dan Pentingnya Konsep
Konsep
secara fundamental adalah sesuatu yang penting
dalam akuntansi maupun dalam ilmu-ilmu yang lain. Pengetahuan ilmiah adalah sepenuhnya konseptual yang
terdiri atas sistem- sistem konsep yang saling berhubungan dengan cara yang berbeda. Dan konsep dapat didefinisikan sebagai
unit-unit utama dari suatu teori, dan pembuatan teori yang baik mengandung
artian pembentukan konsep yang baik pula.
2. Validitas Konsep
Meskipun banyak konsep keuangan dalam akuntansi telah
didefinisikan dengan cukup baik, hanya sedikit diantaranya yang telah divalidasi.
Validasi dari suatu konsep pada kenyataannya penting untuk penerimaannya sebagai
suatu konsep yang bermanfaat sehingga dapat dimasukkan ke dalam suatu teori tertentu.
Zalman dan rekan-rekannya memberikan
daftar lengkap mengenai jenis validitas konsepn yang terdapat dalam literatur
konsep.
a.
Validitas observasional
Yaitu tingkat sampai dimana konsep dapat
disederhanakan oleh observasi.
b.
Validitas isi
Yaitu tingkat sampai dimana suatu operasionalisasi mencerminkan
konsep yang akan dibuat generalisasinya.
c.
Validitas kriteria
Yaitu tingkat sampai dimana konsep yang sedang
dinilai dapat meramalkan nilai dari beberapa konsep lain yang memenuhi kriteria.
· Validitas
prediktif (kriteria yang diukur memiliki waktu yang terpisah dari konsep
prediktor)
· Validitas
konkuren atau bersamaan (konsep kriteria dan konsep prediktor diukur dalam
waktu yang sama)
d.
Validitas gagasan
Yaitu tingkat sampai dimana operasionalisasi
mengukur konsep yang seharusnya ia ukur.
· Validitas
konvergen (korelasi dua percobaan untuk mengukur konsep melalui metode yang
berbeda)
· Validitas
diskriminan (sejauh mana perbedaan konsep dengan yang lain)
· Validitas
nomologi (sejauh mana suatu prediksi yang didasarkan pada konsep dapat diukur
oleh instrumen yang dapat dikonfirmasikan)
e.
Validitas sistemik
Yaitu tingkat sampai dimana konsep memungkinkan
adanya integrasi dari konsep-konsep yang sebelumnya tidak berhubungan.
f.
Validitas semantik
Yaitu tingkat sampai dimana konsep memiliki
penggunaan semantik yang seragam.
g.
Validitas pengendalian
Yaitu tingkat sampai dimana konsep dapat
dimanipulasi dan mampu mempengaruhi variabel lain yang berpengaruh.
C.
Menangani
Hipotesis
1.
Dari Dalil ke
Hipotesis
Dalil
dalam suatu teori menetapkan hubungan antara konsep-konsep dalam teori
tersebut. Ia ditunjukkan oleh sebuah kalimat. Secara umum ciri-cirinya adalah
(1) angka dan tingkat predikat, yaitu unit sintaksis yang menyatakan tindakan
yang telah dilakukan oleh atau berdasarkan kondisi yang dapat dikaitkan dengan
subjek dari kalimat, (2) tingkat dari keumuman, yaitu lingkungan dari wacana
yang diberikan.
Dalil
dapat menjadi hipotesis jika mereka mengacu kepada fakta-fakta yang tidak
berpengalaman dan pada waktu yang bersamaan dapat diperbaruhi berdasarkan atas
pengetahuan yang baru diperoleh. Sifat dari pengujian bergantung apakah dalil
bersifat analitis yaitu hanya dapat dinyatakan benar atau salah secara logis
atau apakah dalil sintesis yaitu yang memiliki signifikasi empiris dapat
menjadi subjek dari suatu ujian empiris.
2.
Konfirmasi
atas Hipotesis
Pernyataan
apakah akuntansi suatu ilmu(sains) belum mendapat jawaban yang memadai. Suatu
definisi ilmu yang baik yang dikatakan oleh Robert Buzzell sebagai berikut:
Suatu isi
pengetahuan yang terklasifikasi dan sistematis yang diorganisasikan di sekitar
satu atau lebih teori pusat dan sejumlah prinsip-prinsip dasar biasanya
dinyatakan dalam bentuk kuantitatif pengetahuan yang memungkinkan dilakukannya
prediksi dan dalam kondisi tertentu, pengendalian atas peristiwa di masa depan.
Akuntansi
memenuhi kriteria tersebut,ia memiliki subjek masalah yang jelas dan mencakup
keseragaman dan keteraturan yang menjadi dasar dan kondusif bagi hubungan
empiris, generalisasi,otoritatif, konsep-konsep, prinsip, hukum dan
teori. Karenanya terdapat suatu metodelogi yang diterima umum oleh seluruh ilmu
pengetahuan untuk membenarkan suatu pengetahuan. Metodologi tersebut terletak
dalam penentuan apakah suatu nilai kebenaran dapat secara prinsip ditempatkan
sebagai hipotesis yaitu apakah ia dapat disanggah,dikonfirmasikan, dibuktikan
kesalahannya atau diverivikasi.
Ada
hipotesis yang bisa tidak sepenuhnya dapat dikonfirmasi atau dapat disanggah,
yaitu yang muncul dari hukum-hukum statistika atau tendensius yaitu pernyataan
yang menyatakan suatu hubungan statistika yang”ditentukan dengan longgar”antara
suatu fenomena dengan sejumlah besar variabel. Hipotesis akuntansi masuk dalam
kategori ini yang menjadikan mereka tidak sepenuhnya dikonfimasikan ataupun
disanggah.
3.
Hakikat dari
Penjelasan
Ernst
Nagel menyatakan bahwa tujuan khusus dari suatu usaha ilmiah adalah memberikan
penjelasan yang sistematis dan didukung secara tanggungjawab. Syarat model
penjelasan:
a. Model
penjelasan harus bagaimana pun caranya menunjukkan bahwa fenomena yang akan
dijelaskan adalah telah diekspektasikan mengingat kondisi-kondisi yang ada.
b. Penjelasan
ilmiah harus dapat diuji secara empiris.
Model
deduktif-nomologi disebut juga hipotesis-deduktif. Model probabilistik berbeda
dari model deduktif-nomologi dengan mengandalkan pada probabilistik daripada
mempelajari suatau hukum universal. Penjelasan probabilistik lebih lemah
daripada penjelasan eduktif. Model probabilistik memiliki struktur.
· Model fungsional atau
teleologi-penjelasan menjawab pertanyaan mengapa atas suatu
fenomena dengan mengacu kepada fungsi-fungsi tertentu dari fenomena tersebut.
· Model genetik-penjelasan menjawab
pertanyaan mengapa atas suatu fenomena dengan mengacu kepada suatu kondisi
sebelumnya atau suatu urutan dari kondisi-kondisi sebelumnya.
· Model pola menjawab
pertanyaan mengapa dengan mencocokkan suatu fenomena ke dalam pola yang
diketahui.
· Model peristiwa-peristiwa
individual menjawab pertanyaan mengapa atas suatu
fenomena dengan mengacu kepada penjelasan yang individual sebagai penjelasnya.
· Model empiris menjawab
pertanyaan mengapa dengan tidak mengacu kepada peritiwa individual namun kepada
generalisasi yang menggolongkan dan secara induktif menggeneralisasi temuan
yang ada.
4.
Hakikat dari
Prediksi
Apakah
hubungan antara penjelasan dengan prediksi? Hempel menjawab pertanyaan ini dari
segi tesis identitas struktural atau simetri struktural: (1) setiap penjelasan
yang memadai adalah suatu potensi prediksi, dan (2) setiap prediksi yang
memadai adalah suatu potensi penjelasan. Predisksi sebagai suatu kasus dari
penjelaan. Meraka menyarankan agar strukutur formal dari penjelasan berlaku
pula pada prediksi dengan sedikit modifikasi.
D.
Konteks
Penemuan
Prosedur
yang harus digunakan untuk menghasilkan generalisasi, hukum, atau teori-teori
impiris yaitu:
1.
Mimpi
2.
Eureka
3.
Pendekatan deduktif
4.
Pendekatan induktif
Usulan-usulan akuntansi yang
dihasilkan dari kesimpulan induksi secara tidak langsung berarti teknik-teknik
akuntansi khusus namun dengan kemungkinan yang lebih atau kurang tinggi,
sedangkan usulan-usulan akuntansi yang dihasilkan dari kesimpulan deduktif
mengarah kepada teknik-teknik akuntansi khusus dengan pasti.
DAFTAR RUJUKAN
Riahi, Ahmed & Belkaoui. 2011. Teori Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
http;// Contoh Kasus Creative Accounting _
Purnama110393's Blog.htm
TUGAS TEORI
AKUNTANSI
Bab 2
(akuntansi
yang dirancang)
BAB 3
(Elemen dan
struktur teori akuntansi)
AKUNTANSI YANG
DIRANCANG
(SUB BAB HAKIKAT
DAN PENGGUNAAN AKUNTANSI)
Makalah
untuk memenuhi tugas matakuliah Teori
Akuntansi
yang dibina oleh H. Eka Ananta Sidharta,
S.E., M.M.Ak.
oleh
ASHFA EL FAJRIYYA H.A 120422403180
SUTRIA
KUMALASARI 120422403192
UNIVERSITAS NEGERI
MALANG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
September
2014
AKUNTANSI YANG
DIRANCANG
A. Hipotesis Salah Saji Keuangan
secara Selektif
1. Materi
Hipotesis
salah saji keuangan secara selektif diasumsikan melintas kedua sektor publik
dan pribadi karena para partisipan di kedua sektor tersebut dimotivasi untuk
mendukung standart-standart yang secara selektif membuat salah saji dari
realitas ekonomi ketika hal tersebut sesuai dengan tujuan mereka. Ini berlaku
untuk manajer, pemegang saham, auditor, dan para penyusun standart. Situasi ini
menuntut adanya suatu perubahan dengan mengisolasi proses penentuan standart
dari jangkauan regulator. Revsine mengusulkan proses empat langkah berikut:
a.
Mendidik publik
b.
Memperbaiki proses pemilihan dan
pengawasan para penyusun standar
c.
Menetapkan peraturan pendanaan baru dan
d.
Menciptakan independensi bagi para
penyusun standart
2. Studi Kasus
Pada
tahun 2002 ditemukan penggelembungan laba bersih pada laporan keuangan PT.
Kimia Farma tahun buku 2001. Hal
tersebut berawal dari temuan akuntan publik Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM)
soal ketidakwajaran dalam laporan keuangan kurun semester I tahun 2001. Mark up itu senilai Rp 32,7 M, karena
dalam laporan keuangan yang seharusnya laba Rp 99,6 M ditulisnya Rp 132,3 M, dengan nilai
penjualan bersih Rp 1,42 T.
Untuk
diketahui bahwa yang mengaudit tahun buku 2001 adalah kantor akuntan HTM itu sendiri,
hanya berbeda partner. Pada
tahun buku 2001 yang menjadi partner dari KAP HTM adalah Syamsul Arif,
sedangkan yang menjadi partner KAP HTM dalam pengauditan semester I tahun buku
2002 adalah Ludovicus Sensi W.
Pihak PT. Kimia Farma
menduga bahwa ketidakwajaran tersebut mungkin berbeda di pos inventory stock. Pihak Bapepam selaku
pengawas pasar modal mengungkapkan tentang kasus PT. Kimia Farma sebagai berikut:
Dalam
rangka restrukturisasi PT. Kimia
Farma Tbk, Ludovicus Sensi W. selaku partner dari
KAP HTM yang diberikan tugas untuk mengaudit laporan keuangan PT. Kimia Farma
untuk masa lima bulan yang berakhir 31 Mei 2002, dia menemukan dan melaporkan adanya
kesalahan dalam penilaian persediaan barang dan jasa dan kesalahan pencatatan
penjualan untuk tahun yang berakhir per-31 Desember 2001. Selanjutnya diikuti
dengan pemberitaan dalam harian Kontan yang menyatakan bahwa kementrian BUMN
memutuskan penghentian proses divestasi saham milik pemerintah di PT. Kimia
Farma setelah melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan dalam laporan
keuangan pada semester I tahun 2002.
Berdasarkan
hasil pemeriksaan Bapepam diperoleh bukti sebagai berikut: Terdapat kesalahan
penyajian dalam laporan keuangan PT. Kimia Farma, adapun dampak kesalahan
tersebut mengakibatkan overstated laba
pada laba bersih untuk tahun yang berakhir.
3. Analisis Studi Kasus
Kesalahan
penyajian laporan keuangan tentunya akan merugikan berbagai pihak. Karena laporan
keuang yang seharusnya memberikan informasi yang dibutuhkan oleh para
penggunanya tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
B. Manajemen Laba
1. Materi
Manajemen laba (earning management) yaitu suatu kemampuan untuk memanipulasi pilihan-pilihan
yang tersedia dan mengambil pilihan yang tepat untuk dapat mencapai tingkat
laba yang diharapkan. Schipper melihat manajemen laba sebagai suatu intervensi
yang disengaja pada proses pelaporan eksternal dengan maksud untuk mendapatkan
beberapa keuntungan pribadi. Schipper juga melihat manajemen laba baik dari
sudut pandang ekonomi (nyata) maupun dari sudut pandang informasional.
Definisi yang dikemukakan oleh
Healy dan Wahlen di atas berfokus pada penerapan pertimbangan dalam laporan
keuangan. Oleh karenanya, terdapat sisi baik dan sisi buruk dari manajemen laba: a) sisi buruknya adalah biaya
yang diciptakan oleh kesalahan alokasi dari sumber-sumber daya dan, b) sisi
baiknya adalah potensi peningkatan kredibilitas manajemen dalam
mengkomunikasikan informasi pribadi kepada pemangku kepentingan eksternal, dan
memperbaiki keputusan dalam alokasi sumber-sumber daya.
2. Studi Kasus
Fenomena adanya praktik manajemen laba pernah terjadi di pasar modal
Indonesia, khususnya pada emiten manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Contoh kasus
terjadi pada PT Kimia Farma Tbk. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam (Badan
Pengawas Pasar Modal, 2002), diperoleh bukti bahwa terdapat kesalahan penyajian
dalam laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk., berupa kesalahan dalam penilaian
persediaan barang jadi dan kesalahan pencatatan penjualan, dimana dampak
kesalahan tersebut mengakibatkan overstated laba pada laba bersih untuk
tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp32,7 miliar.
Kasus yang sama juga pernah terjadi pada PT Indofarma Tbk. Berdasarkan
hasil pemeriksaan Bapepam terhadap PT Indofarma Tbk. (Badan Pengawas Pasar
Modal, 2004), ditemukan bukti bahwa nilai barang dalam proses diniliai lebih
tinggi dari nilai yang seharusnya dalam penyajian nilai persediaan barang dalam
proses pada tahun buku 2001 sebesar Rp28,87 miliar. Akibatnya penyajian
terlalu tinggi (overstated) persediaan sebesar Rp28,87 miliar, harga
pokok penjualan disajikan terlalu rendah (understated) sebesar
Rp28,8 miliar dan laba bersih disajikan terlalu tinggi overstated dengan
nilai yang sama.
Praktik manajemen laba juga terjadi di luar negeri. AAER (Accounting and
Auditing Enforcement Releases), suatu Divisi di The SEC (Security and
Exchange Commision), pada tahun 2000 dalam Mulford dan Comiskey (2010), menerbitkan laporan
tentang beberapa kasus manajemen laba, antara lain sebagai berikut:
Praktik-praktik Manajemen Laba
No.
|
Perusahaan
|
Manajemen Laba
|
1.
|
Intile
Design, Inc.
AAER
No. 1259, May 23, 2000.
|
menilai
terlalu rendah persediaan akhir agar pajak properti mengecil.
|
2.
|
System
Software Associates, Inc.
AAER
No. 1285, July 14, 2000.
|
mengakui
pendapatan atas pendapatan yang tidak jelas apakah produk yang dikirim telah
diterima pelanggan atau belum.
|
3.
|
ABS
Industries, Inc.
AAER
No. 1240, Mar 23, 2000.
|
membukukan
penjualan tanpa adanya pesanan dari pelanggan, bahkan pada beberapa kasus
produk belum selesai dibuat.
|
4.
|
Sirena
Apparel, Inc.
AAER
No. 1673, Sept 27, 2000.
|
tidak
menutup pembukuan di kuartal Maret 1999 agar target penjualan periode
tersebut tercapai dengan cara mengubah tanggal pada computer agar tanggal
palsu tercetak di faktur.
|
5.
|
Guilford
Mills, Inc.
AAER
No. 1287, Mar 23, 2000.
|
Melakukan
pembukuan palsu ke Buku Besar Hofman Laces (anak perusahaan) yang mengurangi
utang dagang dan harga pokok penjualan dengan jumlah yang sama sehingga
menaikkan laba.
|
3. Analisis Studi Kasus
Perusahaan yang terancam melanggar perjanjian utang cenderung melakukan
manajemen laba dengan menaikkan laba dalam rangka memperbaiki posisi
tawarnya saat negosiasi ulang atau sebagai upaya melakukan go public untuk
mendapatkan dana segar karena kesulitan mencari dana pinjaman.
Praktik-praktik manajemen laba dapat memengaruhi relevansi penyajian
laporan keuangan sehingga laporan keuangan tidak membantu bahkan dapat
menyesatkan para pemakainya dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini
atau masa depan karena penyusun laporan keuangan, dalam hal ini manajer, tidak
menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya.
Manajemen laba membuat laporan keuangan tidak dapat diandalkan,
menyesatkan, mengandung kesalahan material, dan bukan merupakan penyajian yang
jujur dan apa adanya. Selain itu, informasi yang disajikan pada laporan
keuangan diarahkan pada kepentingan pihak tertentu yang menguntungkan beberapa
pihak dan dapat merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan berlawanan.
C. Kreativitas dalam Akuntansi
1. Materi
Kreativitas
dalam akuntansi menyiratkan suatu interprestasi yang liberal atas aturan-aturan
akuntansi yang memungkinkan dilakukannya pilihan sehingga dapat dihasilkan
penggambaran situasi keuangan yang lebih atau kurang optimis jika dibandingkan
dengan situasi nyata.
Bentuk-bentuk
kreativitas dalam akuntansi ini biasanya dikenal dalam praktik dan literatur
sebagai akuntansi “mandi besar”(big bath)
dan akuntansi kreatif.
a.
Akuntansi mandi besar (big bath accounting) umumnya mengacu
pada langkah-langkah yang diambil oleg manajemen untuk secara drastis
mengurangi laba per lembar saham saat ini untuk mendapatkan peningkatan laba
per lembar saham di masa depan. Seperti yang dinyatakan Healy jika pendapatan
begitu rendahnya sehingga prosedur akuntansi apapun yang dipilih tetap tidak
akan dapat mencapai sasaran pendapatan, para manajer mendapatkan insentif untuk
semakin menurunkan pendapatan saat ini dengan menangguhkan pendapatan atau
mengekselerasi penghapusan, sebuah strategi yang dikenal dengan melakukan
“mandi”.
Akuntansi kreatif (creative accounting) biasanya digunakan
oleh pers populer untuk mengacu pada apa yang dianggap oleh jurnalis dilakukan
oleh akuntan untuk menjadikan laporan keuangan tampak lebih bagus dari yang
seharusnya.
2. Studi Kasus
Kasus creative
accounting sering dihubungkan dengan Enron, sebuah perusahaan migas.
Sebelum kebangkrutannya, Enron pernah dipilih oleh Fortune Magazine sebagai ‘America’s
Most Innovative Company’ selama 6 tahun berturut-turut. Enron yang tadinya
adalah perusahaan pembangkit tenaga listrik mulai naik daun setelah Enron mulai
bermain komoditas-komoditas bandwidth telekomunikasi dan derivatives
(sejenis investasi di mana hasil untung ruginya berdasarkan pergerakan dari
nilai aset seperti saham, surat utang, komoditas, atau bahkan dari nilai
seperti suku bunga, valas, indeks pasar saham, bahkan indeks cuaca).
Enron mulai
berpaling dari bisnis tradisionalnya dan mulai berspekulasi dalam financial
instruments yang mengandung resiko tinggi. Memang kesannya mereka cukup
sukses untuk beberapa tahun, tapi akhirnya kenyataan dari kesuksesan (atau
lebih tepatnya kegagalan) mereka mulai terlihat. Namun Enron bukan hanya inovatif
dalam berbisnis, ternyata juga ‘inovatif’ dalam cara pembukuannya. Di balik
kesuksesan mereka, banyak sekali hutang-hutang tersembunyi yang dipindahkan
kepada anak-anak perusahaan yang tidak dikonsolidasi (tidak diperhitungkan
masuk ke dalam neraca perdagangan Enron sendiri). Mereka sengaja memanfaatkan
celah dalam hukum Amerika yang memperbolehkan ‘special purpose vehicles’
(suatu organisasi yang dibentuk untuk proyek khusus yang dibentuk terpisah
untuk mengisolasi resiko-resiko dari proyek tersebut) yang memenuhi
syarat-syarat tertentu tidak dikonsolidasi.
3. Analisis Studi Kasus
Akuntansi kreatif merupakan
eufemisme mengacu pada praktik akuntansi yang mungkin mengikuti surat aturan
praktik akuntansi standar, tapi jelas menyimpang dari semangat peraturan
tersebut. Tujuan-tujuan seseorang melakukan creative accounting bermacam-macam,
di antaranya adalah untuk pelarian pajak, menipu bank demi mendapatkan pinjaman
baru, atau mempertahankan pinjaman yang sudah diberikan oleh bank dengan
syarat-syarat tertentu, mencapai target yang ditentukan oleh analisis pasar,
atau mengecoh pemegang saham untuk menciptakan kesan bahwa manajemen berhasil
mencapai hasil yang cemerlang.
Motivasi materialisme merupakan
suatu dorongan besar manajemen dan akuntan-akuntan melakukan creative
accounting. Banyak perusahaan yang terjebak masalah creative
accounting mempunyai sistem ‘executive stock option plan’ bagi
eksekutif-eksekutif yang mencapai target yang ditetapkan. Secara umum, para
eksekutif biasanya lebih mengenal perusahaan tempat mereka bekerja dibandingkan
karyawan-karyawan di bawah mereka, sehingga para eksekutif ini dapat dengan
mudah memanipulasi data-data dalam laporan keuangan (financial statement)
dengan motivasi memperkaya diri mereka sendiri.
Motivasi dan
prilaku manusialah yang membuat creative
accounting jadi ilegal atau legal, etis atau tidak etis, atau baik atau
buruk.
D. Kecurangan dalam Akuntansi
1. Materi
Kecurangan
merupakan pengelabuhan yang disengaja yang dilakukan oleh orang lain melali
kebohongan dan penipuan untuk tujuan memperoleh keuntungan ekonomi, pribadi,
sosial, ataupun politik yang tidak adil atas orang tersebut. Macam-macam
kecurangan.
a.
Kecurangan korporat
Kejahatan ekonomi yang dilakukan oleh pejabat,
eksekutif,dan atau manajer pusat laba dari perusahaaan publik untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi jangka pendek mereka.
b.
Kecurangan dalam pelaporan keuangan
Yaitu perlakuan yang di sengaja baik tindakan, atau
penghilangan yang menghasilkan laporan keuangan yang secara material
menyesatkan. Terdapat suatu strategi yang disengaja untuk melakukan kecurangan
melalui pendistorsian informasi dan catatan-atatannya. Perilaku ini terjadi
ketika para manajer memiliki tingkat kepercayaan yang rendah terhadap mampu
tidaknya suatu informasi dianalisis serta dalam kemampuan pengukuran dan
verivikasi data. Faktor terjadinya kecurangan pelaporan akuntansi adalah
kegagalan dari institut pendidikan akuntansi dalam mengajarkan cara mendeteksi
kecurangan dan pentingnya pendeteksian terhadap keseluruhan sistem pelaporan
keuangan. Salah satu pengungkapan keuangan yang disyaratkan oleh program
penegak kecurangan terdapat empat area:
· Masalah
likuiditas
· Tren
dan faktor operasional yang mempengaruhi laba dan rugi
· Peningkatan
yang material dalam pinjaman bermasalah harus dilaporkan oleh intitusi keuangan
· Perusahaan
tidak dapat menghindari kewajiban pengungkapannya ketika menghadapi penurunan
atau kegagaln bisnis.
· Kejahatan
kerah putih
Hartung mendifinisikannya sebagai
suatu pelanggaran atas hukum yang mengatur bisnis, yang dilakukan terhadap
suatu perusahaan oleh perusahaan tersebut atau agen-agennya dalam [elaksanaan
usahanya. Kejahatan kerah putoh belum dipersalahkan dengan bobot seperti
kejahatan umumnya. Kejahatan kerah putih dapat dikenali dari lima komponen
utamanya:1) maksud untuk melakukan kejahatan, 2) menyamarkan tujuan, 3)
menggantungkan diri pada kenaifan korban, 4) tindakan korban secara sukarela
untuk membantu pelaku kejahatan, 5) penyembunyian pelanggaran tersebut.
·
Kegagalan audit
Yaitu kegagalan audit dalam
mendeteksi dan memperbaiki atau mengungkapkan penghilangan atau kesalahan saji
informasi keuangan yang material. Maka kemudian tingkat kualiatas auditlah yang
dapat menghindarkan terjadinya kegagalan audit. Kualitas audit (audit quality) adalah sebagai
probabilitas bahwa laporan keuangan tidak memuat penghilangan ataupun kesalahan
saji yang material.
Namun kegagalan audit memang
terjadi dan sebagai konsekuensinya akan membuat kantor akuntan publik
berhadapan dengan litigasi yang merugikan dan hilangnya reputasi, belum
termasuk keputusan yang diberikan oleh pengauditan dan penyelesaian di luar
persidangan.
Kegagalan bisnis dan kecurangan
manajemen memainkan peranan yang sangat penting dalam terjadinya kegagalan
audit, yang meminta auditor untuk mengambil sikap yang bertanggungjawab dalam
pendeteksian kecurangan, karena ia dapat mempengaruhi kualitas audit, risiko
audit, dan potensi terjadinya litigasi yang merugikan.
2. Studi Kasus
WorldCom Perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di
Amerika Serikat, mengakui telah Melakukan
skandal akuntansi yang menyebabkan perdagangan
sahamnya di bursa NASDAQ terhenti. Beberapa
minggu kemudian, WorldCom menyatakan diri bangkrut. Perusahaan
telah memberi gambaran yang salah tentang kinerja perusahaan dengan cara
memalsukan milyaran bisnis rutin sebagai belanja modal,
sehingga labanya overstated sebesar $11 milyar pada awal
2002. Perusahaan juga meminjamkan uang lebih dari $400 juta kepada Chief
Executive Officer (CEO)-nya waktu, Bernard Ebbers,
untuk menutupi kerugian perdagangan pribadinya.
Ironisnya meski di dakwa telah melakukan
pemalsuan, konspirasi dan laporan keuangan yang
salah, mantan CEO WorldCom tersebut mengaku
tidak bersalah.
3. Analisis Studi Kasus
Praktik kecurangan dalam akuntansi
ini tidak dapat dibenarkan, hal ini dapat merugikan banyak pihak.
ELEMEN DAN STUKTUR
TEORI AKUNTANSI
Makalah
untuk memenuhi tugas matakuliah Teori
Akuntansi
yang dibina oleh H. Eka Ananta Sidharta,
S.E., M.M.Ak.
oleh
ASHFA EL FAJRIYYA H.A 120422403180
SUTRIA
KUMALASARI 120422403192
UNIVERSITAS NEGERI
MALANG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
September
2014
ELEMEN DAN STUKTUR
TEORI AKUNTANSI
A. Pemikiran Mengenai Teori
1. Jenis Struktur Teoritis
Terdapat
suatu kebingungan umum anatara istilah hipotesis, hukum, dan teori.
· Hipotesis
ilmiah adalah suatu teori ilmiah jika dan hanya jika ia mengacu kepada suatu
permasalahan faktual tertentu dan setiap bagian dari kumpulan tersebut adalah
suatu asumsi awal.
· Hukum
menunujuk kepada suatu jenis teori tertentu, yaitu non-tunggal, non-terisolasi,
mengacu pada pola, dan membenarkan sesuatu.
· Teori
menunjuk kepada suatu sistem hipotesis, dimana rumusan hukum terlihat jelas
diantaranya. Jadi teori adalah suatu sistem dari rumusan hukum.
Berikut tingkatan formalisasi dari suatu teori yang menghasilkan enam jenis utama stuktur teoritis.
a.
Teori deduktif lengkap,
yaitu
stuktur
formal yang lengkap dengan aksioma-aksioma yang dijelaskan secara penuh
dan lengkap.
b.
Prapengandaian siatematis,
berisi formulasi-formulasi yang mengandaikan sebelumnya isi dari teori.
c.
Teori kuasi-deduktif,
yaitu teori yang menggunakan logika induktif
dan merupakan deduktif kuasi (seolah-olah).
d.
Percobaan-percobaan teoritis, yaitu sistem yang dapat tanpa modifikasi yang signifikan pada konsep, dapat dibuat paling tidak sebagian
unttuk menjadi stuktur formal.
e.
Teori yang saling berhubungan, yaitu teori yang hukum-hukum komponennya saling berhubungan
sehingga membentuk
konfigurasi atau pola yang dapat diidentifikasi.
f.
Teori hierarki, yaitu teori yang
hukum-hukum komponennya disajikan sebagai deduksi-deduksi dari satu kumpulan
kecil prinsip-prinsip dasar.
2. Fungsi dan Struktur Teori
John Harvard dan Sheth Jagdish mengklasifikasikan
fungsi menjadi empat kategori.
a.
Fungsi deskriptif, mencakup
penggunaan gagasan atau konsep & hubungan yang dimiliki untuk memberikan penjelasan terbaik atas fenomena.
b.
Fungsi pembatasan, mencakup
kumpulan peristiwa favorit yang harus dijelaskan dan memberikan suatu arti atas
abstraksi yang diformulasikan dari tahapan deskriptif
tersebut.
c.
Fungsi generatif, kemampuan untuk
menghasilkan suatu hipotesis yang dapat diuji
d.
Fungsi integrative, kemampuan untuk
menyajikan secara koheren dan konsisten, integrasi dari berbagai konsep
dan hubungan dalam suatu teori.
Tingkat abstaksi (level of abstraction) adalah
penyederhanaan dan generalisasi konsep dan hubungan untuk menghilangkan
fitur-fitur yang kurang relevan dalam menjelaskan suatu fenomena. Abstraksi
memberikan keunggulan ketika semakin tinggi tingkat abstraksinya, maka semakin
tinggi generalisasi dalam teori.
Permasalahan mengenai realisme
versus idealisme (realism versus idealism)
mencerminkan dilema yang dihadapi oleh peneliti. Para realis berpikir bahwa
dunia memberikan mereka satu struktur yang harus mereka temukan. Dan para
idealis meyakini bahwa tidak terdapat dunia realitas dan bahwa riset yang
dilakukan adalah untuk menciptakan struktur dan bukan menemukannya.
Permasalahan mengenai objektivitas
versus subjektivitas (objectivisim versus
subjectivisim) mencerminkan dilema yang dihadapi para peneliti mengenai
suatu konsep. Objektivitas adalah memandang sesuatu dalam arti umum, sedang
subjektivitas adalah memandang sesuatu secara pribadi.
Permasalahan mengenai intropeksi
versus ekstropeksi (instropection versus
extropection) mencerminkan dilema yang dihadapi mengenai bagaimana
memformulasikan teori. Memformulasikan teori secara intropeksi yaitu dari sudut
pandang objek yang menjadi studi. Sedangkan secara ekstropeksi yaitu dari sudut
pandang peneliti sebagai pengamat.
3. Evaluasi Teori
Suatu
teori dievaluasi untuk membuktikan kecukupan dari teori yang diungkapkan. Karl
Popper mengusulkan kriteri-kriteria evaluasi, yaitu konsistensi internal,
bentuk logis perbandingan dengan teori-teori lain, dan uji empiris. Dari 70 kriteria teori yg “baik”, S.C. Dodd memilih 24
kriteria evaluasi yang paling relevan disusun dengan urutan yang paling penting.
a.
Dapat
diverivikasi
b.
Dapat
diprediksi
c.
Konsisten
d.
Andal
e.
Akurat
f.
Umum
g.
Utilitas
h.
Penting
i.
Multi
penerapan
j.
Memiliki
satu arti
k.
Dapat
dikendalikan
l.
Dapat
distandarkan
m. Sinergi
n.
Kehematan
o.
Kesederhanaan
p.
Stabilitas
q.
Keseringan
r.
Kemampuan untuk diterjemahkan
s.
Kelangsungan
t.
Ketahanan
u.
Pengenalan
v.
Kepopuleran
w. Kemanjuran
x.
Densitas
Terdapat pengelompokan Bunge untuk
mengembangkan 16 kriteria evaluasi teori. Pada dasarnya.
a.
Pernyataan teoritis hendaknya dibuat
dengan baik
b.
Pernyataan teoritis hendaknya tidak
memiliki pertentangan-pertentangan logis
c.
Pernyataan teoritis dapat memuat
konsep-konsep primitif (belum didefinisikan) dan asumsi yang didefinisikan
hendaknya independen.
d.
Pernyataan teoritis hendaknya
komprehensif
e.
Pernyataan teoritis hendaknya tidak memuat konsep-konsep yang memiliki ketidakjelasan
maksud dan ketidakjelasan perluasan.
f.
Pernyataan teoritis dari berbagai
disiplin hendaknya mengacu pada satu kumpulan fenomena yang sama
g.
Pernyataan teoritis hendaknya melibatkan
korespondensi masing-masing simbol dengan artinya.
h.
Pernyataan teoritis hendaknya memiliki
keterdalaman (keterwakilan)
i.
Pernyataan teoritis hendaknya dapat
diuji secara empiris.
j.
Pernyataan teoritis hendaknya tidak
terlalu rumit (kesederhanaan metodologi).
k.
Pernyataan teoritis hendaknya dapat
dikonfirmasi.
l.
Pernyataan teoritis hendaknya original.
m. Pernyataan
teoritis hendaknya konsisten.
n.
Pernyataan teoritis hendaknya memiliki
kekuatan untuk menyatukan.
o.
Pernyataan teoritis hendaknya mampu
menghasilkan ide-ide riset yang baru.
p.
Pernyataan teoritis hendaknya fleksibel
dan memilik stabilitas.
4. Teori Umum vs Teori Menengah
Mengenai Akuntansi
Suatu teori didefinisikan
sebagai suatu gagasan, definisi, dan usulan yg saling bergantung satu sama
lain, yang menyajikan suatu pandangan yang matematis dari suatu
fenomena yangg
menyatakan hubungan-hubungan antar
variabel dengan maksud untuk meramalkan fenomena tersebut.
Harus disadari bahwa saat ini belum ada teori akuntansi yang komprehensif.
Namun hal itu tidak berarti bahwa tidak ada upaya untuk mengembangkan teori
umum semacam itu.
Teori
akuntansi menengah didefinisikan Robert Merton sebagai teori yang ada pada hipotesis-hipotesis minor namun sangat banyak dikembangkan selama
riset.
Teori
akuntansi menengah
diakibatkan oleh adanya perbedaaan yang terjadi antar peneliti bagaimana
mengartikan baik ‘pengguna’ dari data akuntansi maupun ‘lingkungan’ dimana para
pengguna dan pembuat data akuntansi seharusnya bertingkah laku.
Dari
perbedaan-perbedaan ini, sehingga mengarahkan Komite Konsep dan Standar untuk
Laporan Keuangan Eksternal (Comitee Concepts
and Standards for External Financial Report) dari American Accounting Association untuk menarik kesimpulan bahwa.
· Tidak
ada satu pun teori akuntansi keuangan yang cukup luas untuk mencakup seluruh
jajaran spesifikasi dari pengguna linkungan secara efektif.
· Yang
tercantum dalam literatur akuntansi keuangan bukanlah suatu teori akuntansi,
melainkan sekumpulan teori yang yang dapat diatur sesuai dengan perbedaan yang
terdapat dalam spesifikasi dari pengguna lingkungan.
B. Pemikiran Mengenai Konsep
1. Hakikat dan Pentingnya Konsep
Konsep
secara fundamental adalah sesuatu yang penting
dalam akuntansi maupun dalam ilmu-ilmu yang lain. Pengetahuan ilmiah adalah sepenuhnya konseptual yang
terdiri atas sistem- sistem konsep yang saling berhubungan dengan cara yang berbeda. Dan konsep dapat didefinisikan sebagai
unit-unit utama dari suatu teori, dan pembuatan teori yang baik mengandung
artian pembentukan konsep yang baik pula.
2. Validitas Konsep
Meskipun banyak konsep keuangan dalam akuntansi telah
didefinisikan dengan cukup baik, hanya sedikit diantaranya yang telah divalidasi.
Validasi dari suatu konsep pada kenyataannya penting untuk penerimaannya sebagai
suatu konsep yang bermanfaat sehingga dapat dimasukkan ke dalam suatu teori tertentu.
Zalman dan rekan-rekannya memberikan
daftar lengkap mengenai jenis validitas konsepn yang terdapat dalam literatur
konsep.
a.
Validitas observasional
Yaitu tingkat sampai dimana konsep dapat
disederhanakan oleh observasi.
b.
Validitas isi
Yaitu tingkat sampai dimana suatu operasionalisasi mencerminkan
konsep yang akan dibuat generalisasinya.
c.
Validitas kriteria
Yaitu tingkat sampai dimana konsep yang sedang
dinilai dapat meramalkan nilai dari beberapa konsep lain yang memenuhi kriteria.
· Validitas
prediktif (kriteria yang diukur memiliki waktu yang terpisah dari konsep
prediktor)
· Validitas
konkuren atau bersamaan (konsep kriteria dan konsep prediktor diukur dalam
waktu yang sama)
d.
Validitas gagasan
Yaitu tingkat sampai dimana operasionalisasi
mengukur konsep yang seharusnya ia ukur.
· Validitas
konvergen (korelasi dua percobaan untuk mengukur konsep melalui metode yang
berbeda)
· Validitas
diskriminan (sejauh mana perbedaan konsep dengan yang lain)
· Validitas
nomologi (sejauh mana suatu prediksi yang didasarkan pada konsep dapat diukur
oleh instrumen yang dapat dikonfirmasikan)
e.
Validitas sistemik
Yaitu tingkat sampai dimana konsep memungkinkan
adanya integrasi dari konsep-konsep yang sebelumnya tidak berhubungan.
f.
Validitas semantik
Yaitu tingkat sampai dimana konsep memiliki
penggunaan semantik yang seragam.
g.
Validitas pengendalian
Yaitu tingkat sampai dimana konsep dapat
dimanipulasi dan mampu mempengaruhi variabel lain yang berpengaruh.
C.
Menangani
Hipotesis
1.
Dari Dalil ke
Hipotesis
Dalil
dalam suatu teori menetapkan hubungan antara konsep-konsep dalam teori
tersebut. Ia ditunjukkan oleh sebuah kalimat. Secara umum ciri-cirinya adalah
(1) angka dan tingkat predikat, yaitu unit sintaksis yang menyatakan tindakan
yang telah dilakukan oleh atau berdasarkan kondisi yang dapat dikaitkan dengan
subjek dari kalimat, (2) tingkat dari keumuman, yaitu lingkungan dari wacana
yang diberikan.
Dalil
dapat menjadi hipotesis jika mereka mengacu kepada fakta-fakta yang tidak
berpengalaman dan pada waktu yang bersamaan dapat diperbaruhi berdasarkan atas
pengetahuan yang baru diperoleh. Sifat dari pengujian bergantung apakah dalil
bersifat analitis yaitu hanya dapat dinyatakan benar atau salah secara logis
atau apakah dalil sintesis yaitu yang memiliki signifikasi empiris dapat
menjadi subjek dari suatu ujian empiris.
2.
Konfirmasi
atas Hipotesis
Pernyataan
apakah akuntansi suatu ilmu(sains) belum mendapat jawaban yang memadai. Suatu
definisi ilmu yang baik yang dikatakan oleh Robert Buzzell sebagai berikut:
Suatu isi
pengetahuan yang terklasifikasi dan sistematis yang diorganisasikan di sekitar
satu atau lebih teori pusat dan sejumlah prinsip-prinsip dasar biasanya
dinyatakan dalam bentuk kuantitatif pengetahuan yang memungkinkan dilakukannya
prediksi dan dalam kondisi tertentu, pengendalian atas peristiwa di masa depan.
Akuntansi
memenuhi kriteria tersebut,ia memiliki subjek masalah yang jelas dan mencakup
keseragaman dan keteraturan yang menjadi dasar dan kondusif bagi hubungan
empiris, generalisasi,otoritatif, konsep-konsep, prinsip, hukum dan
teori. Karenanya terdapat suatu metodelogi yang diterima umum oleh seluruh ilmu
pengetahuan untuk membenarkan suatu pengetahuan. Metodologi tersebut terletak
dalam penentuan apakah suatu nilai kebenaran dapat secara prinsip ditempatkan
sebagai hipotesis yaitu apakah ia dapat disanggah,dikonfirmasikan, dibuktikan
kesalahannya atau diverivikasi.
Ada
hipotesis yang bisa tidak sepenuhnya dapat dikonfirmasi atau dapat disanggah,
yaitu yang muncul dari hukum-hukum statistika atau tendensius yaitu pernyataan
yang menyatakan suatu hubungan statistika yang”ditentukan dengan longgar”antara
suatu fenomena dengan sejumlah besar variabel. Hipotesis akuntansi masuk dalam
kategori ini yang menjadikan mereka tidak sepenuhnya dikonfimasikan ataupun
disanggah.
3.
Hakikat dari
Penjelasan
Ernst
Nagel menyatakan bahwa tujuan khusus dari suatu usaha ilmiah adalah memberikan
penjelasan yang sistematis dan didukung secara tanggungjawab. Syarat model
penjelasan:
a. Model
penjelasan harus bagaimana pun caranya menunjukkan bahwa fenomena yang akan
dijelaskan adalah telah diekspektasikan mengingat kondisi-kondisi yang ada.
b. Penjelasan
ilmiah harus dapat diuji secara empiris.
Model
deduktif-nomologi disebut juga hipotesis-deduktif. Model probabilistik berbeda
dari model deduktif-nomologi dengan mengandalkan pada probabilistik daripada
mempelajari suatau hukum universal. Penjelasan probabilistik lebih lemah
daripada penjelasan eduktif. Model probabilistik memiliki struktur.
· Model fungsional atau
teleologi-penjelasan menjawab pertanyaan mengapa atas suatu
fenomena dengan mengacu kepada fungsi-fungsi tertentu dari fenomena tersebut.
· Model genetik-penjelasan menjawab
pertanyaan mengapa atas suatu fenomena dengan mengacu kepada suatu kondisi
sebelumnya atau suatu urutan dari kondisi-kondisi sebelumnya.
· Model pola menjawab
pertanyaan mengapa dengan mencocokkan suatu fenomena ke dalam pola yang
diketahui.
· Model peristiwa-peristiwa
individual menjawab pertanyaan mengapa atas suatu
fenomena dengan mengacu kepada penjelasan yang individual sebagai penjelasnya.
· Model empiris menjawab
pertanyaan mengapa dengan tidak mengacu kepada peritiwa individual namun kepada
generalisasi yang menggolongkan dan secara induktif menggeneralisasi temuan
yang ada.
4.
Hakikat dari
Prediksi
Apakah
hubungan antara penjelasan dengan prediksi? Hempel menjawab pertanyaan ini dari
segi tesis identitas struktural atau simetri struktural: (1) setiap penjelasan
yang memadai adalah suatu potensi prediksi, dan (2) setiap prediksi yang
memadai adalah suatu potensi penjelasan. Predisksi sebagai suatu kasus dari
penjelaan. Meraka menyarankan agar strukutur formal dari penjelasan berlaku
pula pada prediksi dengan sedikit modifikasi.
D.
Konteks
Penemuan
Prosedur
yang harus digunakan untuk menghasilkan generalisasi, hukum, atau teori-teori
impiris yaitu:
1.
Mimpi
2.
Eureka
3.
Pendekatan deduktif
4.
Pendekatan induktif
Usulan-usulan akuntansi yang
dihasilkan dari kesimpulan induksi secara tidak langsung berarti teknik-teknik
akuntansi khusus namun dengan kemungkinan yang lebih atau kurang tinggi,
sedangkan usulan-usulan akuntansi yang dihasilkan dari kesimpulan deduktif
mengarah kepada teknik-teknik akuntansi khusus dengan pasti.
DAFTAR RUJUKAN
Riahi, Ahmed & Belkaoui. 2011. Teori Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
http;// Contoh Kasus Creative Accounting _
Purnama110393's Blog.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar