Minggu, 16 November 2014

KEWAJARAN, PENGUNGKAPAN, dan TREN MASA DEPAN dalam AKUNTANSI
Makalah untuk memenuhi tugas matakuliah Teori Akuntansi
yang dibina oleh H. Eka Ananta Sidharta, S.E., M.M.Ak.



Oleh:
ASHFA EL FAJJRIYAH H. A                 (120422403180)
SUTRIA KUMALASARI                         (120422403192)



Logo UM









PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
November 2014
KEWAJARAN, PENGUNGKAPAN, dan TREN MASA DEPAN dalam AKUNTANSI

8.2       KEWAJARAN DALAM AKUNTANSI
8.2.1    Kewajiban sebagai netralitas dalam penyajian
            Usulan pertama digunakannya kewajaran dalam akuntansi diutarakan oleh Scolt pada tahun 1941 ketika ia mencantumkannya sebagai salah satu prinsip akuntansi yang menyatakan”aturan, prosedur dan tekhnik akuntansi hendaknya wajar, tidak bias, tidak memihak. Mereka hendaknnya tidak bertindak untuk melayani satu kepentingan tertentu”. Kewajaran umumnya dihubungkan dengan pengukuran dan pelaporan informasi melauli cara yang objektif dan netral. Informasi adalah wajar jika informasi tersebut objektif dan netral. Persepsi dan penerapan penyajian secara wajar dalam pembuatan dan penyajian laporan keuangan yang telah mengikuti prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum, kadang-kadang memberikan konsekuensi yang kurang menguntungkan:
1.      Ketidakmampuan untuk mengandalkan pada konsep keadilan yang sebaliknya justru didedikasikan pada kewajaran dalam distribusi.
2.      Ketidakmampuan untuk memperluas ruang lingkup dari pengungkapan-pengungkapan dalam laporan keuangan di luar informasi akuntansi keuangan konvensional ke arah kewajaran dalam pengungkapan.
3.      Fleksibilitas yang diberikan untuk melakukan manajemen penghasilan dan perataan laba.
4.      Terciptanya iklim untuk praktik-praktik penyelewengan.

8.2.2    Doktrin”benar dan wajar”
            Fourth Directive yang mengharuskan seluruh laporan keuangan dari perusahaan perseroan terbatas yang menjadi subjek dari hukum perusahaan Masyarakat Ekonomi Eropa menyajikan pandangan”benar dan wajar”sebagai berikut:
1.      Laporan tahunan akan terdiri atas neraca, laporan laba rugi, dan catatan atas laporan. Dokumen ini akan membentuk satu gabungan keseluruhan.
2.      Mereka akan disusun dengan jelas dan sesuai dengan ketentuan yang terkandung di dalam Directive.
3.      Laporan tahunan akan memberikan pandangan yang benar dan wajar atas aktiva, kewajiban, posisi keuangan, dan laba rugi perusahaan.
4.      Apabila penerapan ketentuan dari Directive tersebut tidak memadai untuk memberikan pandangan yang benar dan wajar sesuai dengan arti dari paragraf 3, informasi tambahan harus diberikan.
5.      Apabila dalam kasus luar biasa penerapan salah satu ketentuan dari Directive ini tidak sesuai dengan kewajiban yang tertera dalam paragraf 5, ketentuan tersebut harus dihapuskan agar dapat memberikan pandangan yang benar dan wajar sesuai dengan yang dimaksudkan paragraf 5.

8.3       KEWAJARAN DALAM DISTRIBUSI
8.3.1    Perhatikan atas pertanyaan-pertanyaan mengenai distribusi
            Wiliams menandainya sebagai proses evaluasi dengan dua atribut berikut ini:
1.      Bahwa pengevaluasi(evaluator) sadar akan adanya kondisi bahwa segala konsukuensi dari tindakan yang ia lakukan akan dinilai kewajarannya, dan
2.      Bahwa evaluasi tersebut mencoba untuk menggunakan perspektif yang tidak memihak.
Wiliams menyajikan dua argumentasi yang menarik. Argumentasi pertama adalah bahwa kegunaan dari keputusan, prinsip pengorganisasian riset dan praktik akuntansi adalah tidak lengkap, sedangkan akuntabilitas paling tidak memiliki kewajaran sebagai sifat inherennya. Argumentasi yang kedua adalah bahwa perhatian akan akuntansi secara efisien menjadikan pertimbangan kewajaran dari akuntansi menadi suatu hal yang implisit, dan bukannya tidak ada.
Terdapat tiga pengecualian lain yang patut untuk dicatat dalam literatur akuntansi yang telah menunjukkan perhatiannya kepada pertanyaan distributif. Pengecualian pertama, muncul dari perhatian akuntansi sosial dengan akuntansi bagi eksternalitas dan pelaporan beberapa bentuk laporan sosial. Pengecualian kedua, dari para pendukung ekonomi politik dari akuntansi dan pendekatan kritis dan Marxist terhadap akuntansi. Pengecualian ketiga, muncul dari pandangan teori positif akuntansi yang mengatakan bahwa akuntnasi dapat digunakan untuk menyelesaikan secara optimal konflik mengenai alokasi sumber daya bagi sejumlah kumpulan partisipan yang terbatas.

8.3.2    Kewajaran sebagai konsep moral dari keadilan
A. Kontribusi dari Rawis
1. Teori keadilan Rawis
            Sasaran dari teori keadilan Rawis adalah mengembangkan suatu teori mengenai keadilan dalam bentuk prinsip untuk diterapkan dalam pengembangan struktur dasar dari masyarakat dan yang menyajikan tantangan langsung kepada utilitaruanisme(paham kemanfaatan). Dua prinsip keadilan:
1.      Setiap orang memiliki hak yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas dan sesuai dengan kebebasan yang serupa bagi orang lain.
2.      Ketidaksamaan sosial dan ekonomi akan disusun sehingga mereka akan secara wajar diharapkan memberikan manfaat bagi semua orang dan terkait posisi dan pekerjaan yang terbuka bagi semua orang.
Rawis memberikan sedikit perhatian kepada pengidentifikasian perwakilan dari pihak yang paling tidak beruntung. Ia memberikan dua alternatif:
1.      Memilih posisi sosial tertentu dan kemudian menghitung yang paling tidak mampu di antara semua yang masuk ke dalam kelompok dengan pendapatan rata-rata yang sama atau lebih kecil
2.      Berfokus pada pendpatan dan kekakyaan relatif tanpa mengacu kepada posisi sosial,yaitu semua orang dengan pendpatan dan kekayaan dengan nilai kurang dari setengah nilai median dapat dianggap sebagai segmen yang paling tidak sempurna.
2. Kewajaran dalam akutansi menurut Rawis
            Teori kontrak Rawis adalah suatu teori mengenai intitusi sosial yang adil dapat ditawarkan sebagai konsep kewajaran dalam akuntansi. Diterapkan pada akuntansi, teori ini pertama, menawarkan potensi untuk memercayakan tabir ketidaktauan di semua situasi yang meminta adanya pilihan akuntansi pada akhirnya memberikan hasil solusi yang netral, wajar dan adil secara sosial. Kedua, konsep ini juga menawarkan peran akuntansi yang diperluas dalam penciptaan intitusi yang adil san definisi dari tingkat sosial minimul yang dianjurkan oleh Rawis.


B. Kontribusi dari Nozick
1. Teori keadilan Nozick
            Nozick berpendapat” untuk memiliki pikiran bahwa tugas dari teori keadilan adalah untuk mengisi titik-titik di masing-masing menurutnya akan cenderung untuk mencari pola dan perlakuan terpisah dari masing-masing menurutnya memperlakukan produksi dan distribusi sebagai permasalahan yang terpisah dan independen satu sama lain. Teori Nozick menempatkan fokusnya pada pentingnya prinsip historis, dalam artian bahwa distribusi tidak hanya atau tidak bergantung kepada bagaimana hasil akhirnya saja. Ia memberikan contoh untuk teorinya sebgai berikut:
1.      Seseorang yang mengakuisisi suatu kepemilikan sesuai dengan prinsip keadilan dalam akuisisi sikatakan memiliki hak atas kepemilikan tersebut.
2.      Seseorang yang mengakuisisi suatu kepemilikan sesuai dengan prinsip keadilan dalam transfer, dari seseorang yang memiliki hak atas kepemilikan tersebut, maka ia dikatakan memiliki hak atas kepemilikan itu.
3.      Tidak ada seorangpun yang berhak atas kepemilikan tersebut kecuali oleh (pengulangan) penerapan no1 dan 2.
2. Kewajiban dalam akuntansi menurut Nozick
            Pada sadarnya menurut Nozick teori tersebut merupakan teori distribusi libetarian, yang didasarkan atas prinsip keadilan dalam akuisisi dan transfer. Konsep keadilan distributif ini dengan ketergantungannya kepada mekanisme pasar bebas, tidak memungkinkan untuk secara memadai berhadapan dengan kewajaran sebagai fungsi distributif, karena ia diasumsikan akan mengalami kegagalan dalam pembahasan mengenai kewajiban sosial dari manusia satu sama lain, untuk mengabadikan pelanggaran masalalu atas prinsip akuisisi dan transisi dan untuk mendistorsikan arti dari pembiaran di tengah dunia kelangkaan.

C. Kontribusi dari Gerwith
1. Teori keadilan Gerwith
            Sasaran dari teorinya adalah memberikan justifikasi rasional bagi prinsip-prinsip moral untuk secara objektif membedakan tindakan yang tepat secara moral dan intitusi dari tindakan yang salah secara moral. Gerwith menyajikan doktrinnya mengenai struktur tindakan dalam tiga langkah:
1.      Setiap agen secara implisit membuat pertimbangan evaluatif mengenai manfaat dari tujuannya dan selanjutnya mengenai manfaat akan kebebasan dan kesejahteraan yang merupakankondisi yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan guna mencapai tujuan.
2.      Karena kebutuhan manfaat ini semua agen secara implisit membuat pertimbangan deontic(kewajiban) dimana ia mengklaim bahwa ia tidak memperolah kebebasan dan kesejahteraan.
3.      Tiap agen harus mengklaim hak-hak ini dengan alasan memadai bahwa ia seorang agen prospektif yang memiliki tujuan untuk di penuhi.
2. Kewajaran dalam akuntansi menurut Gerwith
            Ia mengusulkan keunggulan dari perhatian atas hak-hak kebebasan dan kesejahteraan dari semua orang yang dipengaruhi oleh akivitas-aktivitas perusahaan dan atas peniptaan peraturan intitusional dan akuntansi untuk menjamin hak tersebut.

8.4       KEWAJARAN DALAM PENGUNGKAPAN
8.4.1    Tuntutan untuk memperluas pengungkapan
A. Usulan pengungkapan Bedford
            Bedford mengusulkan perluasan pada pengungkapan akuntansi untuk mengurangi maslah yang diciptakan oleh doktrin kewajaran dalam akuntansi. Perluasan pengungkapan akuntansi menentukan perluasan dari karakteristik pengungkapan sebagai berikut:
1.      Perluasan ruang lingkup dari pemegang saham, kreditor, manajer dan masyarakat umum.
2.      Perluasan pengguna dan mengevaluasi kemajuan ekonomi
3.      Perluasan jenis informasi mengenai valuasi moneter yang berbasis atas transaksi dari aktivitas internal peruasahaan sampai data internal dan eksternal
4.      Perluasan teknik pengukuran menggunakan aritmetika dan sistem pembukuan sampai pada bidang ilmu manajemen total
5.      Perluasan kualitas pengungkapan keistimewaan dari segi kebutuhan masa lalu sampai pada perbaikan relevansi bagi keputusan yang spesifik
6.      Perluasan sarana pengungkapan laporan keuangan konvensional sampai pada pengungkapan multimedia

B. Teori kebliakan akuntansi yang efisien dan adil dari Lev
            Berpendapat bahwa kemajuan dalam menangani masalah kebijakan akuntansi fundamental dapat dicapai dengan memuat kepentingan eksplisit dari para pembuat kebijakan keadilan dari pasar modal. Keadilan adalah kesamaan kesempatan atau informasi simetris ketika seluruh investor sama-sama diberikan informasi dan ekpertasi pengembalian setelah disesuaikan dengan resiko yang identik bagi semua investor. Standart keadilan dinyatakan sebagai berikut “ kepentingan dari yang kurang terinformasi hendaknya secara umum diperlakukan lebih baikdaripada investor yang terinformasi”.

C. Keunggulan pengguna dari Gaa
            Kebijakan pelaporan keuangan menghadapi masalah perlengkapan kolektif yang mempengaruhi pengalokasian sumber daya dalam pembuatan dan konsumsi informasi. Ada dua alternatif, yang pertama adalah bahwa individu akan sama-sama dihubungkan oleh penyusun standart. Alternatif kedua adalah kepentingan dari kelompok pengguna akan mendapat perlakuan istimewa. Gaa menyelidiki perumusan logis dari prinsip keunggulan pengguna, dengan didasarkan pada karya kontemporer dalam filosofi etika, sosial dan politik dimana manusia dipandang sebagai pembuat keputusan.

D. Temuan-temuan Komite Jenkins
            Komite ini ditugaskan untuk menentukan: (a) hakikat dan tingkatan dari informasi yang disediakan oleh manajemen bagi pihak lain, (b) tingkatan sampai dimana hendaknya auditor memberikan laporannya atas berbagai eleman dari informasi tersebut. Komite pada bulan november 1995 mengeluarkan laporannya yang berjudul “ The Information Needs of Investors and Creditors” yang mengidentifikasi:
1.      Meningkatkan pengungkapan informasi dari segmen bisnis.
2.      Mengangani pengungkapan dan akuntansi untuk instrumen keuangan yang inovatif.
3.      Meningkatkan pengungkapan mengenai identitas, peluang dan resiko dari rencana pembiayaan.
4.      Melaporkan secara terpisah dampak dari aktivitas dan peristiwa inti dan non-inti
5.      Meningkatkan pengungkapan mengenai ketidakpastian pengukuran atas aktiva dan kewajiaban tertentu
6.      Meningkatkan laporan triwulan dengan memberikan pelaporan pada triwulan ke empat secara terpisah
Ada lima elemen yang dirancang untuk sesuai dengan proses pengambilan keputusan:
1.      Data keuangan dan non keuangan
2.      Analisis manajemen terhadap data keuangan dan non keuangan
3.      Informasi yang menatap masa depan
4.      Informasi mengenai manajemen dan para pemegang saham
5.      Latar belakang perusahaan

E. Model pelaporan multilapisan
            Model pelaporan multilapisan dijelaskan sebagai berikut:
1.      Lapisan pertama ditujukan untuk hal yang memenuhi kriteria pengakuan dan akan mencerminkan inti dari laporan keuangan ssat ini.
2.      Lapisan kedua ditujukan untuk hal yang memenuhi kriteria pengakuan namun tidak termasuk ke dalam bagian inti karena menyangkut menganai keandalannya yang dipertanyakan
3.      Lapisan ketiga ditujukan untuk hal yang memiliki keandalan san definisinya dipertanyakan
4.      Lapisan keempat ditujukan untuk hal yang memenuhi kriteria pengukuran, keandalan, dan relevansi tetapi tidak memenuhi definisi dari elemen laporan keuangan
5.      Lapisan keliama ditujukan untuk hal yang tidak memenuhi definisi dari elemen dan tidak dapat diukur secara andal.

F. Pengungkapan akuntansi yang diperluas
            Tujuan dari pengungkapan sebagai berikut:
1.      Untuk memngurangi hal yang diakui dan memberikan pengukuran yang relevan atas hal tersebut di luar pengukuran yang digunakan dalam laporan keuangan
2.      Untuk menguraikan hal yang diakui dan untuk memberikan pengukuran yang bermanfaat bagi hal tersebut
3.      Untuk memberikan informasi yang akan membantu investor dan kreditor menilai resiko dan potensial dari hal yang diakui dan tidak diakui.
4.      Untuk memberikan informasi yang penting yang memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk melakukan perbandingan dalam satu tahun dan diantara beberapa tahun
5.      Untuk memberikan informasi mengenai arus kas masuk atau keluar di masa depan
6.      Untuk membantu investor menilai pengembalian dari investasi mereka.

8.4.2    Pelaporan nilai tambah
            Laporan  nilai tambah mempunyai beberapa keuntungan:
1.      Karyawan akan mendapat kepuasan karena mengatahui nilai dari kontribusi yang mereka berikan kepada kekayaan total peruasahaan
2.      Mencerminkan dasar perhitungan bonus bagi para perkerja yang lebih baik
3.      Dapat menjadi prediktor peristiwa ekonomi dan reaksi pasar yang baik
4.      Merupakan ukuran yang lebih baik daripada penjualan
5.      Bermanfaat bagi kelompok karyawan karena dapat mempengaruhi aspirasi dan pikiran para perwakilannya dalam serikat pekerja
6.      Bermanfaat dalam analisis keuangan dengan menghubungkan beragam peristiwa penting terhadap variabel nilai tambah

8.4.3 Pelaporan karyawan
            Sampel laporan kepegawaian yang dimasukkan sebagai satu lampiran dari The Corpirate Report, menunjukkan data kuantitatif menurut judul berikut:
1.      Jumlah karyawan yang diperkerjakan
2.      Lokasi pekerjaan
3.      Distribusi umur dari tenaga kerja permanen
4.      Jumlah jam kerja selama setahun
5.      Biaya-biaya karyawan’
6.      Informasi pensiun
7.      Pendidikan dan pelatihan
8.      Serikat dagang yang diakui
9.      Informasi tambahan
10.  Rasio leternagakerjaan

8.4.4 Akuntansi dan pelaporan sosial
            Gray dkk, menyajikan laporan sosial perusahaan (CSR) sebagai seni pencarian kebenaran dari empat posisi: (1) sisi kiri yang ekstrem politik (sayap kiri radikal), (2) penerimaan status quo, (3) pengejaran hak subjek/kekayaan intelektual; (4) sayap kanan yang ekstrem dari politik. Kelompok yang kedua sepertinya mewakili para pendukung sejati dari pelaporan sosial perusahaan. Mereka diwakili oleh orang-orang:
1.      Berasumsi bahwa tujuan dari CSR adalah untuk meningkatkan citra perusahaan dan mempertahankan, biasanya secara implisit asumsi bahwaperilaku perusahaan secara fundamental adalah baik.
2.      Berasumsi bahwa tujuan CSR untuk membebaskanakuntabilitas organisasi atas dasar asumsi adanya kotrak sosial di antara organisasi san masyarakat
3.      Berasumsi bahwa CSR secara efektif adalah perpanjangan dari pelaporan keuangan tradisional dan tujuannya adalah untuk memberikan informasi kepada investor.

B. Teori nilai sumber daya manusia
            Terdapat dua model hakikat determinan dari nilai sumber daya manusia:
1.      Determinan dari nilai individu
Model  Flamholz menyarankan bahwa pengukuran dari nilai individual seperti itu adalah sebagai hasil dari interaksi dua jenis variabel: (1) nilai persyaratan yang diharapkan dari individu yang bersangkutan dan (2) tingkat probabilitas bahwa individu tersebut akan tetap terjaga keanggotaanya dalam organisasi
2.      Determinan dari nilai kelompok
Model Likert-Bowers melihat determinan dari nilai kelompok dengan maksud untuk menggambarkan kemampuan produktif dari organisasi manusia dari setiap perusahaan atau unit di dalamnya. Model ini mengidentifikasikan tiga variabel yang mempengaruhi efektifitas dari orgaisasi manusia perusahaan:
a.       Variabel kausal
b.      Variabel yang mempengaruhi
c.       Variabel hasil akhir

C. Pengukuran aktiva sumber daya manusia
1.      Metode biaya historis (biaya akuisisi)
            Terdiri atas pengapitalisasian seluruh biaya yang berhubungan dengan perekrutan, pemilihan, penerimaan, pelatihan, penempatan, dan pengembangan seseorang karyawan dan kemudian mengamortisasi biaya tersebut selama ekspertasi masa manfaat dari aktiva tersebut dengan mengakui adanya kerugian pada kasus dimana terjadi likuidasi atas aktiva atau meningkatnya nilai aktiva untuk meng-offset tambahan biaya yang diharapkan akan meningkatkan potensimanfaat dari akriva tersebut.
2.      Metode biaya penggantian
Terdiri atas pengestimasian biaya yang harus dikeluarkan untuk mengganti sumber daya manusia dari suatu perusahaan yang sudah ada. Keunggulan dari metode ini merupakan pengganti yang baik untuk nilai ekonomis dari suatu aktiva dalam artian bahwa pertimbangan dari pasar menjadi suatu hal yang penting dalam memperoleh angka akhir.
3.      Metode biaya oportunitas
Hekimian dan Jones mengusulkan metode biaya oportunitas untuk mengatasi keterbatasan yang dihadapi oleh metode biaya pengganti. Mereka mengusulkan agar nilai sumber daya manusia ditetapkan melalui proses lelang yang kompetitif dalam perusahaan, dengan didasarkan paa konsep biaya oportunitas. Lebih spesifik lagi, para manajer pusat investasi harus memberikan penawarannya untuk karyawan yang langkah dan mereka perlukan untuk direkrut.
4.      Metode kompensasi
Lev dan Schwariz menyarankan penggunaan kompensasi masing-masing karyawan di masa depan sebagai pengganti nilainya. Oleh karenanya nilai modal manusia yang terwujud dalam seseorang karywan dengan usia T adalah nilai kini dari penghasilan yang ia peroleh dari pekerjaannya dan masih tersisa di masa depan.
5.      Metode upah diskonto masa depan yang telah disesuaikan
Hermanson mengusulkan penggunaan nilai kompensasi yang telah disesuaikan untuk memperkirakan nilai seorang individu bagi sebuah perusahaan. Upah diskonto masa depan mendapatkan penyesuaian oleh satu faktro yang dimaksudkan untuk mengukur keefektifan relatif dari modal manusia suatu perusahaan.
6.      Ukuran-ukuran nonmoneter
Ukuran yang paling sering digunakan atas nilai manusia berasal dari variabel model Likert-Bowers yang menentukan efektivitas dari organisasi sumber daya manusia suatu perusahaan. Sebuah kuisioner berdasarkan odelteoritis yang disebut “survei organisasi”dirancang untuk mengukur iklim organisasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar