KEWAJARAN, PENGUNGKAPAN, dan TREN
MASA DEPAN dalam AKUNTANSI
Makalah untuk memenuhi tugas
matakuliah Teori Akuntansi
yang dibina oleh H. Eka
Ananta Sidharta, S.E., M.M.Ak.
Oleh:
ASHFA EL FAJJRIYAH H. A (120422403180)
SUTRIA
KUMALASARI (120422403192)
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
November 2014
KEWAJARAN, PENGUNGKAPAN, dan TREN
MASA DEPAN dalam AKUNTANSI
8.2 KEWAJARAN DALAM AKUNTANSI
8.2.1
Kewajiban sebagai netralitas dalam
penyajian
Usulan pertama digunakannya
kewajaran dalam akuntansi diutarakan oleh Scolt pada tahun 1941 ketika ia
mencantumkannya sebagai salah satu prinsip akuntansi yang menyatakan”aturan,
prosedur dan tekhnik akuntansi hendaknya wajar, tidak bias, tidak memihak.
Mereka hendaknnya tidak bertindak untuk melayani satu kepentingan tertentu”.
Kewajaran umumnya dihubungkan dengan pengukuran dan pelaporan informasi melauli
cara yang objektif dan netral. Informasi adalah wajar jika informasi tersebut
objektif dan netral. Persepsi dan penerapan penyajian secara wajar dalam
pembuatan dan penyajian laporan keuangan yang telah mengikuti prinsip-prinsip
akuntansi berlaku umum, kadang-kadang memberikan konsekuensi yang kurang
menguntungkan:
1. Ketidakmampuan
untuk mengandalkan pada konsep keadilan yang sebaliknya justru didedikasikan
pada kewajaran dalam distribusi.
2. Ketidakmampuan
untuk memperluas ruang lingkup dari pengungkapan-pengungkapan dalam laporan
keuangan di luar informasi akuntansi keuangan konvensional ke arah kewajaran
dalam pengungkapan.
3. Fleksibilitas
yang diberikan untuk melakukan manajemen penghasilan dan perataan laba.
4. Terciptanya
iklim untuk praktik-praktik penyelewengan.
8.2.2 Doktrin”benar dan wajar”
Fourth Directive yang mengharuskan
seluruh laporan keuangan dari perusahaan perseroan terbatas yang menjadi subjek
dari hukum perusahaan Masyarakat Ekonomi Eropa menyajikan pandangan”benar dan
wajar”sebagai berikut:
1. Laporan
tahunan akan terdiri atas neraca, laporan laba rugi, dan catatan atas laporan.
Dokumen ini akan membentuk satu gabungan keseluruhan.
2. Mereka
akan disusun dengan jelas dan sesuai dengan ketentuan yang terkandung di dalam
Directive.
3. Laporan
tahunan akan memberikan pandangan yang benar dan wajar atas aktiva, kewajiban,
posisi keuangan, dan laba rugi perusahaan.
4. Apabila
penerapan ketentuan dari Directive tersebut tidak memadai untuk memberikan
pandangan yang benar dan wajar sesuai dengan arti dari paragraf 3, informasi
tambahan harus diberikan.
5. Apabila
dalam kasus luar biasa penerapan salah satu ketentuan dari Directive ini tidak
sesuai dengan kewajiban yang tertera dalam paragraf 5, ketentuan tersebut harus
dihapuskan agar dapat memberikan pandangan yang benar dan wajar sesuai dengan
yang dimaksudkan paragraf 5.
8.3 KEWAJARAN DALAM DISTRIBUSI
8.3.1 Perhatikan atas pertanyaan-pertanyaan
mengenai distribusi
Wiliams menandainya sebagai proses
evaluasi dengan dua atribut berikut ini:
1. Bahwa
pengevaluasi(evaluator) sadar akan adanya kondisi bahwa segala konsukuensi dari
tindakan yang ia lakukan akan dinilai kewajarannya, dan
2. Bahwa
evaluasi tersebut mencoba untuk menggunakan perspektif yang tidak memihak.
Wiliams
menyajikan dua argumentasi yang menarik. Argumentasi pertama adalah bahwa
kegunaan dari keputusan, prinsip pengorganisasian riset dan praktik akuntansi
adalah tidak lengkap, sedangkan akuntabilitas paling tidak memiliki kewajaran
sebagai sifat inherennya. Argumentasi yang kedua adalah bahwa perhatian akan
akuntansi secara efisien menjadikan pertimbangan kewajaran dari akuntansi
menadi suatu hal yang implisit, dan bukannya tidak ada.
Terdapat
tiga pengecualian lain yang patut untuk dicatat dalam literatur akuntansi yang
telah menunjukkan perhatiannya kepada pertanyaan distributif. Pengecualian
pertama, muncul dari perhatian akuntansi sosial dengan akuntansi bagi eksternalitas
dan pelaporan beberapa bentuk laporan sosial. Pengecualian kedua, dari para
pendukung ekonomi politik dari akuntansi dan pendekatan kritis dan Marxist
terhadap akuntansi. Pengecualian ketiga, muncul dari pandangan teori positif
akuntansi yang mengatakan bahwa akuntnasi dapat digunakan untuk menyelesaikan
secara optimal konflik mengenai alokasi sumber daya bagi sejumlah kumpulan
partisipan yang terbatas.
8.3.2 Kewajaran sebagai konsep moral dari keadilan
A.
Kontribusi dari Rawis
1.
Teori keadilan Rawis
Sasaran dari teori keadilan Rawis
adalah mengembangkan suatu teori mengenai keadilan dalam bentuk prinsip untuk
diterapkan dalam pengembangan struktur dasar dari masyarakat dan yang
menyajikan tantangan langsung kepada utilitaruanisme(paham kemanfaatan). Dua
prinsip keadilan:
1. Setiap
orang memiliki hak yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas dan sesuai
dengan kebebasan yang serupa bagi orang lain.
2. Ketidaksamaan
sosial dan ekonomi akan disusun sehingga mereka akan secara wajar diharapkan memberikan
manfaat bagi semua orang dan terkait posisi dan pekerjaan yang terbuka bagi
semua orang.
Rawis memberikan sedikit perhatian kepada
pengidentifikasian perwakilan dari pihak yang paling tidak beruntung. Ia
memberikan dua alternatif:
1. Memilih
posisi sosial tertentu dan kemudian menghitung yang paling tidak mampu di
antara semua yang masuk ke dalam kelompok dengan pendapatan rata-rata yang sama
atau lebih kecil
2. Berfokus
pada pendpatan dan kekakyaan relatif tanpa mengacu kepada posisi sosial,yaitu semua
orang dengan pendpatan dan kekayaan dengan nilai kurang dari setengah nilai
median dapat dianggap sebagai segmen yang paling tidak sempurna.
2.
Kewajaran dalam akutansi menurut Rawis
Teori kontrak Rawis adalah suatu
teori mengenai intitusi sosial yang adil dapat ditawarkan sebagai konsep
kewajaran dalam akuntansi. Diterapkan pada akuntansi, teori ini pertama,
menawarkan potensi untuk memercayakan tabir ketidaktauan di semua situasi yang
meminta adanya pilihan akuntansi pada akhirnya memberikan hasil solusi yang
netral, wajar dan adil secara sosial. Kedua, konsep ini juga menawarkan peran
akuntansi yang diperluas dalam penciptaan intitusi yang adil san definisi dari
tingkat sosial minimul yang dianjurkan oleh Rawis.
B.
Kontribusi dari Nozick
1.
Teori keadilan Nozick
Nozick berpendapat” untuk memiliki
pikiran bahwa tugas dari teori keadilan adalah untuk mengisi titik-titik di
masing-masing menurutnya akan cenderung untuk mencari pola dan perlakuan
terpisah dari masing-masing menurutnya memperlakukan produksi dan distribusi
sebagai permasalahan yang terpisah dan independen satu sama lain. Teori Nozick
menempatkan fokusnya pada pentingnya prinsip historis, dalam artian bahwa
distribusi tidak hanya atau tidak bergantung kepada bagaimana hasil akhirnya saja.
Ia memberikan contoh untuk teorinya sebgai berikut:
1. Seseorang
yang mengakuisisi suatu kepemilikan sesuai dengan prinsip keadilan dalam
akuisisi sikatakan memiliki hak atas kepemilikan tersebut.
2. Seseorang
yang mengakuisisi suatu kepemilikan sesuai dengan prinsip keadilan dalam
transfer, dari seseorang yang memiliki hak atas kepemilikan tersebut, maka ia
dikatakan memiliki hak atas kepemilikan itu.
3. Tidak
ada seorangpun yang berhak atas kepemilikan tersebut kecuali oleh (pengulangan)
penerapan no1 dan 2.
2.
Kewajiban dalam akuntansi menurut Nozick
Pada sadarnya menurut Nozick teori
tersebut merupakan teori distribusi libetarian, yang didasarkan atas prinsip
keadilan dalam akuisisi dan transfer. Konsep keadilan distributif ini dengan
ketergantungannya kepada mekanisme pasar bebas, tidak memungkinkan untuk secara
memadai berhadapan dengan kewajaran sebagai fungsi distributif, karena ia
diasumsikan akan mengalami kegagalan dalam pembahasan mengenai kewajiban sosial
dari manusia satu sama lain, untuk mengabadikan pelanggaran masalalu atas
prinsip akuisisi dan transisi dan untuk mendistorsikan arti dari pembiaran di
tengah dunia kelangkaan.
C.
Kontribusi dari Gerwith
1.
Teori keadilan Gerwith
Sasaran dari teorinya adalah
memberikan justifikasi rasional bagi prinsip-prinsip moral untuk secara
objektif membedakan tindakan yang tepat secara moral dan intitusi dari tindakan
yang salah secara moral. Gerwith menyajikan doktrinnya mengenai struktur
tindakan dalam tiga langkah:
1. Setiap
agen secara implisit membuat pertimbangan evaluatif mengenai manfaat dari
tujuannya dan selanjutnya mengenai manfaat akan kebebasan dan kesejahteraan
yang merupakankondisi yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan guna mencapai
tujuan.
2. Karena
kebutuhan manfaat ini semua agen secara implisit membuat pertimbangan
deontic(kewajiban) dimana ia mengklaim bahwa ia tidak memperolah kebebasan dan
kesejahteraan.
3. Tiap
agen harus mengklaim hak-hak ini dengan alasan memadai bahwa ia seorang agen
prospektif yang memiliki tujuan untuk di penuhi.
2.
Kewajaran dalam akuntansi menurut Gerwith
Ia mengusulkan keunggulan dari perhatian
atas hak-hak kebebasan dan kesejahteraan dari semua orang yang dipengaruhi oleh
akivitas-aktivitas perusahaan dan atas peniptaan peraturan intitusional dan
akuntansi untuk menjamin hak tersebut.
8.4 KEWAJARAN DALAM PENGUNGKAPAN
8.4.1 Tuntutan untuk memperluas pengungkapan
A.
Usulan pengungkapan Bedford
Bedford mengusulkan perluasan pada
pengungkapan akuntansi untuk mengurangi maslah yang diciptakan oleh doktrin
kewajaran dalam akuntansi. Perluasan pengungkapan akuntansi menentukan
perluasan dari karakteristik pengungkapan sebagai berikut:
1. Perluasan
ruang lingkup dari pemegang saham, kreditor, manajer dan masyarakat umum.
2. Perluasan
pengguna dan mengevaluasi kemajuan ekonomi
3. Perluasan
jenis informasi mengenai valuasi moneter yang berbasis atas transaksi dari
aktivitas internal peruasahaan sampai data internal dan eksternal
4. Perluasan
teknik pengukuran menggunakan aritmetika dan sistem pembukuan sampai pada
bidang ilmu manajemen total
5. Perluasan
kualitas pengungkapan keistimewaan dari segi kebutuhan masa lalu sampai pada
perbaikan relevansi bagi keputusan yang spesifik
6. Perluasan
sarana pengungkapan laporan keuangan konvensional sampai pada pengungkapan
multimedia
B.
Teori kebliakan akuntansi yang efisien dan adil dari Lev
Berpendapat bahwa kemajuan dalam
menangani masalah kebijakan akuntansi fundamental dapat dicapai dengan memuat
kepentingan eksplisit dari para pembuat kebijakan keadilan dari pasar modal.
Keadilan adalah kesamaan kesempatan atau informasi simetris ketika seluruh
investor sama-sama diberikan informasi dan ekpertasi pengembalian setelah
disesuaikan dengan resiko yang identik bagi semua investor. Standart keadilan
dinyatakan sebagai berikut “ kepentingan
dari yang kurang terinformasi hendaknya secara umum diperlakukan lebih
baikdaripada investor yang terinformasi”.
C.
Keunggulan pengguna dari Gaa
Kebijakan pelaporan keuangan
menghadapi masalah perlengkapan kolektif yang mempengaruhi pengalokasian sumber
daya dalam pembuatan dan konsumsi informasi. Ada dua alternatif, yang pertama
adalah bahwa individu akan sama-sama dihubungkan oleh penyusun standart.
Alternatif kedua adalah kepentingan dari kelompok pengguna akan mendapat
perlakuan istimewa. Gaa menyelidiki perumusan logis dari prinsip keunggulan
pengguna, dengan didasarkan pada karya kontemporer dalam filosofi etika, sosial
dan politik dimana manusia dipandang sebagai pembuat keputusan.
D.
Temuan-temuan Komite Jenkins
Komite ini ditugaskan untuk
menentukan: (a) hakikat dan tingkatan dari informasi yang disediakan oleh
manajemen bagi pihak lain, (b) tingkatan sampai dimana hendaknya auditor
memberikan laporannya atas berbagai eleman dari informasi tersebut. Komite pada
bulan november 1995 mengeluarkan laporannya yang berjudul “ The Information
Needs of Investors and Creditors” yang mengidentifikasi:
1. Meningkatkan
pengungkapan informasi dari segmen bisnis.
2. Mengangani
pengungkapan dan akuntansi untuk instrumen keuangan yang inovatif.
3. Meningkatkan
pengungkapan mengenai identitas, peluang dan resiko dari rencana pembiayaan.
4. Melaporkan
secara terpisah dampak dari aktivitas dan peristiwa inti dan non-inti
5. Meningkatkan
pengungkapan mengenai ketidakpastian pengukuran atas aktiva dan kewajiaban
tertentu
6. Meningkatkan
laporan triwulan dengan memberikan pelaporan pada triwulan ke empat secara
terpisah
Ada lima elemen yang dirancang untuk sesuai dengan
proses pengambilan keputusan:
1. Data
keuangan dan non keuangan
2. Analisis
manajemen terhadap data keuangan dan non keuangan
3. Informasi
yang menatap masa depan
4. Informasi
mengenai manajemen dan para pemegang saham
5. Latar
belakang perusahaan
E.
Model pelaporan multilapisan
Model pelaporan multilapisan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Lapisan
pertama ditujukan untuk hal yang memenuhi kriteria pengakuan dan akan
mencerminkan inti dari laporan keuangan ssat ini.
2. Lapisan
kedua ditujukan untuk hal yang memenuhi kriteria pengakuan namun tidak termasuk
ke dalam bagian inti karena menyangkut menganai keandalannya yang dipertanyakan
3. Lapisan
ketiga ditujukan untuk hal yang memiliki keandalan san definisinya
dipertanyakan
4. Lapisan
keempat ditujukan untuk hal yang memenuhi kriteria pengukuran, keandalan, dan
relevansi tetapi tidak memenuhi definisi dari elemen laporan keuangan
5. Lapisan
keliama ditujukan untuk hal yang tidak memenuhi definisi dari elemen dan tidak
dapat diukur secara andal.
F.
Pengungkapan akuntansi yang diperluas
Tujuan dari pengungkapan sebagai
berikut:
1. Untuk
memngurangi hal yang diakui dan memberikan pengukuran yang relevan atas hal tersebut
di luar pengukuran yang digunakan dalam laporan keuangan
2. Untuk
menguraikan hal yang diakui dan untuk memberikan pengukuran yang bermanfaat
bagi hal tersebut
3. Untuk
memberikan informasi yang akan membantu investor dan kreditor menilai resiko
dan potensial dari hal yang diakui dan tidak diakui.
4. Untuk
memberikan informasi yang penting yang memungkinkan para pengguna laporan
keuangan untuk melakukan perbandingan dalam satu tahun dan diantara beberapa
tahun
5. Untuk
memberikan informasi mengenai arus kas masuk atau keluar di masa depan
6. Untuk
membantu investor menilai pengembalian dari investasi mereka.
8.4.2 Pelaporan nilai tambah
Laporan nilai tambah mempunyai beberapa keuntungan:
1. Karyawan
akan mendapat kepuasan karena mengatahui nilai dari kontribusi yang mereka
berikan kepada kekayaan total peruasahaan
2. Mencerminkan
dasar perhitungan bonus bagi para perkerja yang lebih baik
3. Dapat
menjadi prediktor peristiwa ekonomi dan reaksi pasar yang baik
4. Merupakan
ukuran yang lebih baik daripada penjualan
5. Bermanfaat
bagi kelompok karyawan karena dapat mempengaruhi aspirasi dan pikiran para
perwakilannya dalam serikat pekerja
6. Bermanfaat
dalam analisis keuangan dengan menghubungkan beragam peristiwa penting terhadap
variabel nilai tambah
8.4.3
Pelaporan karyawan
Sampel laporan kepegawaian yang
dimasukkan sebagai satu lampiran dari The Corpirate Report, menunjukkan data
kuantitatif menurut judul berikut:
1. Jumlah
karyawan yang diperkerjakan
2. Lokasi
pekerjaan
3. Distribusi
umur dari tenaga kerja permanen
4. Jumlah
jam kerja selama setahun
5. Biaya-biaya
karyawan’
6. Informasi
pensiun
7. Pendidikan
dan pelatihan
8. Serikat
dagang yang diakui
9. Informasi
tambahan
10. Rasio
leternagakerjaan
8.4.4
Akuntansi dan pelaporan sosial
Gray dkk, menyajikan laporan sosial
perusahaan (CSR) sebagai seni pencarian kebenaran dari empat posisi: (1) sisi
kiri yang ekstrem politik (sayap kiri radikal), (2) penerimaan status quo, (3)
pengejaran hak subjek/kekayaan intelektual; (4) sayap kanan yang ekstrem dari
politik. Kelompok yang kedua sepertinya mewakili para pendukung sejati dari
pelaporan sosial perusahaan. Mereka diwakili oleh orang-orang:
1. Berasumsi
bahwa tujuan dari CSR adalah untuk meningkatkan citra perusahaan dan
mempertahankan, biasanya secara implisit asumsi bahwaperilaku perusahaan secara
fundamental adalah baik.
2. Berasumsi
bahwa tujuan CSR untuk membebaskanakuntabilitas organisasi atas dasar asumsi
adanya kotrak sosial di antara organisasi san masyarakat
3. Berasumsi
bahwa CSR secara efektif adalah perpanjangan dari pelaporan keuangan
tradisional dan tujuannya adalah untuk memberikan informasi kepada investor.
B.
Teori nilai sumber daya manusia
Terdapat dua model hakikat
determinan dari nilai sumber daya manusia:
1. Determinan
dari nilai individu
Model
Flamholz menyarankan bahwa pengukuran dari nilai individual seperti itu
adalah sebagai hasil dari interaksi dua jenis variabel: (1) nilai persyaratan
yang diharapkan dari individu yang bersangkutan dan (2) tingkat probabilitas
bahwa individu tersebut akan tetap terjaga keanggotaanya dalam organisasi
2. Determinan
dari nilai kelompok
Model Likert-Bowers melihat determinan dari nilai
kelompok dengan maksud untuk menggambarkan kemampuan produktif dari organisasi
manusia dari setiap perusahaan atau unit di dalamnya. Model ini
mengidentifikasikan tiga variabel yang mempengaruhi efektifitas dari orgaisasi
manusia perusahaan:
a. Variabel
kausal
b. Variabel
yang mempengaruhi
c. Variabel
hasil akhir
C.
Pengukuran aktiva sumber daya manusia
1. Metode
biaya historis (biaya akuisisi)
Terdiri atas pengapitalisasian
seluruh biaya yang berhubungan dengan perekrutan, pemilihan, penerimaan,
pelatihan, penempatan, dan pengembangan seseorang karyawan dan kemudian
mengamortisasi biaya tersebut selama ekspertasi masa manfaat dari aktiva tersebut
dengan mengakui adanya kerugian pada kasus dimana terjadi likuidasi atas aktiva
atau meningkatnya nilai aktiva untuk meng-offset tambahan biaya yang diharapkan
akan meningkatkan potensimanfaat dari akriva tersebut.
2. Metode
biaya penggantian
Terdiri atas pengestimasian biaya yang harus
dikeluarkan untuk mengganti sumber daya manusia dari suatu perusahaan yang
sudah ada. Keunggulan dari metode ini merupakan pengganti yang baik untuk nilai
ekonomis dari suatu aktiva dalam artian bahwa pertimbangan dari pasar menjadi
suatu hal yang penting dalam memperoleh angka akhir.
3. Metode
biaya oportunitas
Hekimian dan Jones mengusulkan metode biaya
oportunitas untuk mengatasi keterbatasan yang dihadapi oleh metode biaya
pengganti. Mereka mengusulkan agar nilai sumber daya manusia ditetapkan melalui
proses lelang yang kompetitif dalam perusahaan, dengan didasarkan paa konsep
biaya oportunitas. Lebih spesifik lagi, para manajer pusat investasi harus
memberikan penawarannya untuk karyawan yang langkah dan mereka perlukan untuk
direkrut.
4. Metode
kompensasi
Lev dan Schwariz menyarankan penggunaan kompensasi
masing-masing karyawan di masa depan sebagai pengganti nilainya. Oleh karenanya
nilai modal manusia yang terwujud dalam seseorang karywan dengan usia T adalah
nilai kini dari penghasilan yang ia peroleh dari pekerjaannya dan masih tersisa
di masa depan.
5. Metode
upah diskonto masa depan yang telah disesuaikan
Hermanson mengusulkan penggunaan nilai kompensasi
yang telah disesuaikan untuk memperkirakan nilai seorang individu bagi sebuah
perusahaan. Upah diskonto masa depan mendapatkan penyesuaian oleh satu faktro
yang dimaksudkan untuk mengukur keefektifan relatif dari modal manusia suatu
perusahaan.
6. Ukuran-ukuran
nonmoneter
Ukuran yang paling sering digunakan atas nilai
manusia berasal dari variabel model Likert-Bowers yang menentukan efektivitas
dari organisasi sumber daya manusia suatu perusahaan. Sebuah kuisioner
berdasarkan odelteoritis yang disebut “survei organisasi”dirancang untuk
mengukur iklim organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar