BAB 9
Makalah untuk memenuhi tugas matakuliah
Teori Akuntansi
yang dibina oleh H. Eka Ananta Sidharta,
S.E., M.M.Ak.
oleh
ASHFA EL FAJRIYYA H.A 120422403180
SUTRIA KUMALASARI 120422403192
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
November 2014
1. Perspektif Peneliti – Peneliti
Akuntansi
A. Perolehan
Ilmu Akuntansi
Pada dasarnya kita mulai memperoleh ilmu pengetahuan
melalui pengalaman-pengalaman konkrit yang kita alami. Keunikan dari beberapa
peristiwa, ritual atau fenomena mengarahkan kita untuk meningkatkan pengamatan
dan pemikiran yang kita lakukan atas apa yang sedang terjadi. mengajarkan kita,
jika kita cukup termotivasi, untuk menciptakan hipotesis dalam bentuk
konsep-konsep abstrak dan generalisasi. Hal ini menggerakkan kita untuk menguji
hipotesis-hipotesis tadi, untuk memahami implikasi yang dihasilkan oleh konsep
tersebut pada situasi-situasi baru dan sebagai proses untuk memperhalus
pengetahuan yang kita peroleh. Hal di atas sebenarnya menggambarkan proses yang
menjelaskan perolehan suatu ilmu akuntansi, yang berangkat dari fakta-fakta
tertentu (diamati atau ditemukan) berlanjut ke hipotesis-hipotesis tertentu
(penyusunan pemikiran) lalu ke teori-teori umum (penyusunan pemikiran yang
lainnya) hingga ke hukum umum yang diamati atau ditemukan.
Perhatikan
bahwa pengetahuan terbagi menjadi tiga jenis:
·
Pengetahuan-bahwa (knowledge-that)
atau pengetahuan faktual,
·
Pengetahuan-dari (knowledge-of)
atau pengetahuan berdasarkan perkenalan atau pengetahuan berdasarkan
pengalaman, dan
·
Pengetahuan-bagaimana (knowledge-how).
B. Klasifikasi
Peneliti-Peneliti Akuntansi
Keragaman ilmu pengetahuan dan proses perolehan ilmu
pengetahuan mengarah ke adanya kebutuhan untuk mengklasifikasikan ilmuan pada
umumnya dan peneliti akuntansi pada khususnya. Terdapat berbagai kemungkinan
kerangka kerja untuk mengklasifikasikan para peneliti secara umum, termasuk
tipologis.
Tipologi yang digunakan oleh Mitroff dan Kilman[4] untuk menghasilkan klasifikasi para
peneliti:
·
Ilmuan Abstrak (Abstract
Scientist-AS);
·
Teoritikus Konseptual (Conseptual
Theorist-CT);
·
Humanis Konseptual (Conseptual
Humanist-CH);
·
Humanis Khusus (Particular
Humanist-PH).
Ilmuan Abstrak, seseorang yang menggunakan indra nya
dan berpikir, dimotivasi oleh penyelidikan yang menggunakan metodologi dan
logika yang seksama, dengan fokus pada kepastian, keakuratan dan keandalan,
serta bergantung pada sebuah paradigma konsisten yang sederhana dan
terdefinisikan dengan baik.
Teoritikus Konseptual, seseorang
yang berfikir dan berintuisi, mencoba untuk memberikan banyak penjelasan atau
hipotesis untuk fenomena yang terjadi dengan berfous pada penemuan dan bukan
pengujiannya.
Humanis Khusus, seseorang yang menggunakan indra dan
perasaannya, berkepentingan dengan keunikan dari individu manusia secara
khusus. Setiap orang memiliki arti yang unik dari pada suatu akhir teoretis
yang Abstrak.
Humanis Konseptual, seseorang
yang menggunakan intuisi dan perasaannya, berfokus pada kesejahteraan manusia
yang mengarahkan penyelidikan konseptual pribadinya ke arah kebaikan dari umat
manusia secara umum.
2. Perspektif Metodologi
Akuntansi : Ideografi Versus Nomotesis
Pendekatan nomotesis ... hanya mencoba untuk mencari
hukum dan menerapkan prosedur-prosedur yang telah di sampai kan oleh ilmu
pasti. Psikologi secara umum telah berusaha untuk menjadikan dirinya sebagai salah
satu disiplin ilmu yang sepenuhnya nomotesis. Sedangkan ilmu-ilmu pengetahuan
ideografis berusaha untuk memahami beberapa peristiwa-peristiwa tertentu yang
terjadi di alam atau di masyarakat.
Burrell dan Morgan memberikan suatu definisi yang mendalam
mengenai baik nomotesis maupun ideografi. Pendekatan ideografis didasarkan atas
pandangan bahwa seseorang hanya dapat memahami dunia sosial dengan pertama kali
memperoeh pengetahuan langsung dari subyek yang sedang diselidiki. Ia kemudian
memberikan tekanan yang cukup kuat untuk mendekati subjek tersebut dan menekan
kan analisis dari catatan-catatan subjektif yang di hasilkan dengan
“masuk ke dalam” situasi dan melibatkan diri dalam kegiatan
sehari-hari, analisis yang rinci dari wawasan yang di ciptakan oleh interaksi
sejenis dengan subjek dan wawasan yang di tunjukkan dalam catatan-catatan
impresionistis yang di temukan dalam buku harian, biografi, dan catatan-catatan
jurnalistis.
Pada sisi yang lain, pendekatan nomotesis mendasarkan
penelitian pada protokol dan teknik. Pendekatan ini dilambangkan oleh
pendekatan metode-metode yang di pergunakan dalam ilmu-ilmu pengetahuan alam.
Ia disibukkan dengan penyusunan tes-tes ilmiah dan penggunaan
teknik-teknik kuantitatif dalam analisis data. Survei, kuesioner, tes-tes
kepribadian dan semua jenis instrumen penelitian yang telah distandardisasi
marupakan alat-alat penting paling utama, yang menyusun meodologi nomotesis.
Arti dari semua hal diatas bagi praktik penelitian adalah
pada akhirnya ia harus mengambil pilihan di antara ketiga pilihan berikut:
·
Melakukan baik penelitian nomotesis
maupun ideografis dan agregatnya
·
Melakukan penelitian nomotesis dan ideografis
secara bergantian,
menggunakan
kedua metode tersebut secara bergantian untuk mengkapitalisasi kekuatan dari
keduanya di beberapa kasus tertentu dan mengatasi kelemahan yang di miliki
metode lainnya dibeberapa kasus lainnya.
·
Mengembangkan sebuah ilmu baru.
3. Perspektif Ilmu Akuntansi
A. “Hipotesis
dunia” (world hypotheses) Oleh Stephen Pepper Formisme
Formisme secara
filosofis terhubung dengan “kenyataan” dan “idealisme platonik” dengan
eksponen-eksponen. Metafora akarnya adalah kesamaan. Hal ini mengasumsikan
formisme berfokus pada fenomena-objek, peristiwa, proses – yang di ambil satu
persatu dari sumber,yang mencoba untuk mengidentifikasikan kesamaan atau
perbedaan hanya melalui sebuah uraian, dan menerima hasil dari penguraian
tersebut. Aktifitas utama adalah pengraian dengan berdasar pada kesamaan, tampa
mempertimbangkan sumber- sumber dari kesamaan itu sendiri. Uraian dalam formisme
terbagi menjadi tiga kategori: (1)
karakter, (2) kekhususan, dan (3) Partisipasi.
Apa yang tampak
dalam formisme adalah bahwa kebenaran merupakan tingkat kesamaan suatu uraian
terhadap objek yang di acunya.Formisme merupakan sebuah teori
kebenaran yang didasar kan atas kesesuaian. Formisme tidak meliputi
pertanyaan-pertanyaan keseragaman empiris, karena mereka hanya setengah benar
dimana kebenaran penuh adalah uraian yang secara akurat sesuai dengan
fakta-fakta yang telah terjadi dan dengan hukum-hukum yang perlu di tegakkan.
Mekanisme
Mekanisme
secara filosofis terhubung dengan naturalisme atau materialisme. Metafora
akarnya adalah sebuah mesin. Seperti formisme, ia merupakan suatu teori
analitis yang berfokus pada elemen-elemen yang memiliki ciri-ciri tersendiri
dan bukannya sesuatu yang kompleks atau konteks. Akan tetapi, tidak seperti
formisme, ia integratif dalam suatu urutan yang tertentu dan, jika cukup banyak
hal yang dapat diketahui. Mereka dapat di ramalkan, atau paling sedikit di
uraikan, sesuai dengan kebutuhannya.pengetahuan yang berjenis mekanisme ini
memiliki enam ciri-ciri :
a. Seperti
sebuah mesin, objek studi terdiri atas bagian-bagian yang memiliki
lokasi-lokasi tertentu.
b. Bagian tersebut
dapat dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, sesuai dengan sifat utama dari mesin
tersebut.
c. Hubungan
resmi antara bagian-bagian dari objek studi dapat diuraikan sebagai rumus-rumus
fungsional atau korelasi-korelasi statistik, hal ini merupakan pernyataan dari
antarhubungan di antara bagian-bagian mesin.
d. Sebagai
tambahan dari sifat utama, terdapat karakteristik lain yang dapat di nyatakan
secara kuantitatif, meskipun tidak relevan secara langsung dengan objek studi:
Mereka adalah sifat-sifat sekunder.
e. Sifat-sifat
sekunder tersebut juga berhubungan secar prinsip dengan objek studi karena “
jika memang terdapat suatu uraian lengakap tentang mesin, kita seharusnya ingin
untuk menemukannya dan menguraikan prinsip seperti apakah yang dapat
mempertahankan sifat-sifat sekunder tertentu terletak pada bagian-bagian
tertentu dari mesin tersebut.”
f. Hukum-hukum
sekunder menandai hubungan yang stabil di antara sifat-sifat sekunder.
Kontekstualisme
Kontekstualisme
berhubungan dengan pragmatisme. Metafora akarnya adalah peristiwa historis atau
tindakan dalam konteks. Tidak seperti formisme, kontekstualisme bersifat
sintetis, di mana ia berfokus pada pola, suatu keseluruhan objek studi daripada
fakta-fakta yang terpisah. Seperti formisme, kontekstualisme bersifat dispersif
di mana fokusnya adalah pada interpretasi dari fakta-fakta yang di ambil satu
per satu dari suatu keseluruhan fakta.
Organisisme
Organisisme
terhubung dengan absolut atau idealisme objektif. Metafora akarnya adalah
integrasi secara keseluruhan atau kesatuan yang harmonis dilihat dari segi
ketepatan waktu dan struktur yang bertahan. Seperti mekanisme, organisisme
terintegrasi dalam artian bahwa dunia tersusun dari fakta-fakta yang tertata
rapi dan terintegrasi yang dapat diuraikan sekaligus dapat diramalkan. Seperti
kontekstualisme ia bersifat sintetis, dengan berfokus pada keseluruhan objek
studi dan bukannya fakta-fakta yang berbeda.
Teori kebenaran
dari organisisme adalah koherensi yang di dasar kan pada determinasi dan
keabsolutan. Dengan kata lain, organisisme mengusulkan adanya tingkat
kebenaran yang tergantung pada jumlah fakta yang di ketahui,dan ketika semua
fakta telah diketahui, karena memang pada prinsipnya mereka dapat diketahui,
baru kebenaran absolut dapat di peroleh.[9]
B. Formisme dalam akuntansi
Formisme dalam akuntansi meliputi pencarian akan kesamaan
dan perbedaan di antara berbagai objek studi yang berbeda-beda tanpa
mempertimbangkan adanya kemungkinan hubungan di antara mereka. Dapat di
kemukakan bahwa seluruh pengetahuan teknik akuntansi yang digunakan dalam
pengajaran akuntansi dan termuat dalam buku-buku teks standar sampai sejauh ini
adalah formistis secara mutlak. Aturan-aturan umum, model dan algoritma yang
digunakan untuk menjelaskan fenomena akuntansi dan untuk
membantu pelaksanaan praktik akuntansi adalah objek studi yang
memiliki ciri-ciri tersendiri, yang dapat di bandingkan dari segi
tingkat kesamaan dan perbedaan di antara mereka.
C. Mekanisme dalam akuntansi
Mekanisme akuntansi tidak hanya meliputi pencarian
kesamaan dan perbedaan di antara objek-objek studi namun juga dan terutama
adalah untuk hubungan kuantitatif yang memungkinkan untuk
dilakuakan penguraian dan peramalan. Mekanisme dalam akuntansi
adalah juga pencarian keteraturan empiris antara fenomena yang
berbeda-beda melalui berbagai bentuk korelasi statistik.
Mekanisme dalam akuntansi berfokus pada pencapaian uraian
yang semakin mendalam dan penyajian yang lebih sempurna agar dapat
menggambarkan suatu representasi yang singkat dari logika yang menghubungkan
bagian-bagian dari objek penelitian akuntansi.
Masalah lain yang dihadapi oleh mekanisme dalam akuntansi
adalah adanya asumsi tidak langsung bahwa:
·
Ukuran tidak memiliki perbedaan (invariant),
dan
·
Hubungan diantara ukuran tidak memiliki
perbedaan (invariant).
D.
Kontekstualisme
dalam akuntaansi
Kontekstualisme dalam akuntansi berfokus pada
interpretasi dari fakta-fakta independen yang di peroleh dari seperangkat fakta
menurut satu konteks spesifik yang akan menciptakan suatu pola atau gestalt.
Fakta-fakta yang terdapat di setiap pola diasumsikan akan mengalami perubahan
dan menerima hal-hal baru. Tambahan lagi, mereka akan di bedakan berdasarkan
sifat dan tekstur mereka.
Kontekstualisme dalam penelitian akuntansi
bergantung pada analisis dari fakta-fakta yang hanya diverifikasi secara
langsung. Fakta-fakta yang spesifik terhadap situasi tertentu. Sehingga hasil
akhirnya akan memiliki ruang lingkup yang terbatas.
E.
Organisisme di dalam akuntansi
Bagi mereka yang menerapkan organisisme di dalam
akuntansi akan berfokus pada gestalt yang spesifik sebagai
objek studinya,yang terdiri atas fakta-fakta yang tertata dengan baik dan
terintegrasi serta dapat di uraikan sekaligus diramalkan. Seperti
mekanisme dalam akuntansi, organisisme mencari determinasi dari keteraturan empiris di
antara fenomena-fenomena yang berbeda melalui beragam bentuk analisis
statistik. Namun tidak seperti mekanisme, pecarian keteraturan empiris tersebut
dipersempit kepada konteks-konteks gestalt yang spesifik.
Organisasi dalam akuntansi memang akan bergantung pada
ketersediaan dari basis data asli, fokus pada konteks spesifik yang akan
mengakui keunikan dari data dan mengharmonisasikan nya menjadi holon
akuntansi yang lebih lengkap, dan sebagai hasilnya akan memberikan struktur
mendasar yang lebih komprehensif. Organisisme dalam akuntansi perlu pula untuk
mengidentifikasi urutan langkah-langkah yang mencapai puncaknya dalam
suatu telos, suatu struktur keseluruhan yang mendetail.
4. Perspektif Pada
Penelitian Akuntansi
Penelitian akuntansi dapat memiliki banyak ragam dan
pilihan. Bagi orang awam, penelitian akuntansi tampak seperti mengalami
kesulitan dalam mencari topik, metodologi, dan jenis wacananya. Kenyataan nya
sangat berbeda. Seperti ilmu sosial lainnya, akuntansi melakukan penelitiannya
dengan didasarkan pada asumsi-asumsi yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu
sosial dan hakikat dari masyarakat. Sebuah pendekatan yang telah di terapkan
oleh Burrell dan morgan dalam analisis organisasional dapat digunakan untuk
membedakan empat pandangan penelitian dalam akuntansi – pandangan fungsional,
pandangan interpretatif, pandangan humanis redikal, dan pandangan strukturalis
redikal. Dalam bagian ini, keempat pandangan tersebut akan dibahas dan
diterapkan pada penelitian akuntansi.
a. Kerangka kerja
Burrell dan Morgan
Hakikat Ilmu Sosial
Terdapat empat asumsi yang dibahas
dalam kaitannya dengan hakikat dari ilmu sosial, yaitu:
Pertama, asumsi ontologis, berhubungan
dengan esensi paling mendasar dari fenomena akuntansi, yang melibatkan
perbedaan-perbedaan nominalisme-realisme. Perbedaan yang terjadi adalah apakah
alam sosial yang berada di luar kesadaran individu adalah merupakan
suatu penggabungan nama-nama asli, konsep, dan judul yang merupakan struktur
pada kenyataan.
Kedua, perdebatan tentang epistemologi,
yang berkaitan dengan dasar pengetahuan dan hakikat pengetahuan, melibatkan
debat antipositivisme-positivisme.perdebatan ini berfokus pada kegunaaan dari pecarian
hukum atau keteraturan yang menjadi dasar dalam bidang sosial.
Ketiga, pardebatan sifat manusia,
berkaitan dengan hubungan antara manusia dan lingkungannya, yang melibatkan
perdebatan voluntarisme-determinisme. Perdebatan ini berfokus pada apakah manusia
dan aktifitasnya ditentukan oleh situasi atau lingkungan. Perdebatan mengenai
metodologi, yang berkaitan dengan metode-metode yang di gunakan untuk melakukan
penyelidikan dan mempelajari alam sosial, melibatkan perdebatan
ideografis-nomotesis.
Hakikat dari Masyarakat
Satu asumsi
mengenai hakikat masyarakat – yaitu, perdebatan susunan-konflik, atau lebh
tepat lagi, perdebatan regulasi-perubahan radikal. Sosiologi regulasi mencoba
untuk menjelaskan masyarakat dengan berfokus pada kesatuan dan keterpaduannya
serta perlunya diberikan suatu regulasi. Sosiologi perubahan radikal
sebaliknya, mencoba untuk menjelaskan masyarakat dengan berfokus pada perubahan
radikal, konflik struktural mendalam, cara pendominasian, dan pertentangan
struktral yang terjadi pada masyarakat modern.
Kerangka Kerja
Untuk Analisis Penelitian
Salah satu
contoh kerangka kerja yang digunakan oleh Morgan untuk memeriksa bagaimana
teori organisasional dipengaruhi oleh asumsi-asumsinya sendiri dengan melalui
referensi pada paradigma, metafora, dan perilaku pemecahan teka-teki.
b. Pandangan
Fungsionalis dalam Akuntansi
Pandangan
fungsional dalam akuntansi berfokus pada penjelasan keteraturan sosial, dimana
akuntansi memainkan sebuah peranan. Paradigma fungsional dalam akuntansi
melihat fenomena akuntansi sebagai hubungan dunia nyata yang konkret yang
memiliki keberaturan dan hubungan sebab akibat yang dapat diterima dengan
disertai penjelasan dan peramalan ilmiah.
c. Pandangan
Interpretatif dalam Akuntansi
Asumsi-asumsi
yang dominan dari pandangan interpretatif dalam akuntansi hendaknya adalah :
· Percaya pada
pengetahuan
· Percaya pada
kenyataan fisik dan sosial
· Hubungan antara
teori dan praktik
d. Pandangan
Humanis Radikal dalam Akuntansi
Pandangan
humanis radikal dalam akuntansi berfokus pada penjelasan tatanan sosial dan
memberikan penekanannya pada bentuk-bentuk dari perubahan radikal.
e. Pandangan
Strukturalis Radikal dalam Akuntansi
Pandangan
strukturalis radikal dalam akuntansi akan menantang tatanan sosial. Dari sudut
pandang strukturalis radikal ini, organisasi merupakan sebuah instrumen dari
kekuatan-kekuatan sosial yang berkepentingan untuk mempertahankan pembagian
tenaga kerja dan pembagian kekayaan dan kekuatan di masyarakat.
5. Fondasi
Intelektual Dalam Akuntansi
a. Akuntansi
Berbasis Ekonomi Marginal
Ekonomi
marginal dan akuntansi konvensional yang di dasarkan pada nilai dan laba
ekonomi yang berhubungan, dikaitkan dengan nilai dari kemungkinan konsumsi di
masa datang yang diperoleh dari taksiran nilai sekarang dari aliran arus kas
mereka.
D.J. Cooper
menunjukkan bahwa tingkat suku bunga pasar bergantung pada permintaan dan
penawaran model moneter, yang selanjutnya akan bergantung pada tingkat suku
bunga pasar.[10] Singkatnya, ekonomi marginal ditampilkan
sebagai tautologis atau tidak terdeterminasi.
b. Akuntansi
Ekonomi Politis
Akuntansi
Ekonomi Politis (AEP) adalah sebuah pendekatan normatif, deskriptif, dan kritis
terhadap penelitian akuntansi. Ia memberikan kerangka kerja yang lebih luas dan
lebih holistik dalam menganalisis dan memahami nilai dari laporan-laporan
akuntansi didalam ekonomi keseluruhan. Pendekatan AEP mecoba untuk menjelaskan
dan menerjemahkan peran dari laporan akuntansi dalam pendistribusian laba,
kekayaan, dan kekuatan dalam masyarakat.
c.
Akuntansi Berbasis Disiplin Ilmu Bisnis
Untuk
meningkatkan posisi dan penghormatan terhadap akuntansi, berbagai usulan telah
dibuat baik untuk akuntansi maupun berbagai disiplin ilmu bisnis. Usaha
tersebut umumnya diarahkan kepada pengadaptasian akuntansi untuk mengubah
lingkungan sosial dan ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar